TEORI BEHAVIORISTIK Oleh Lorinda Savitri
Behavioristic learning theory is a theory proposed by SKINNER GAGNE about changes in behavior as a result of experience
This theory is developed into the flow of learning psychology that influence the direction of development of the theory and practice of education and learning known as behavioristik flow.
Behavioristic theory with a model of stimulus-response relationship, seated people who learned as a passive individual.
Some of the principles in behavioristic learning theory, include: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) schedules of reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses
Behavioristik flow figures include John B. Watson Thorndike Skinner Behavioristik flow figures include Pavlov Albert Bandura
John B. Watson (1878-1958) Respons EXSPERIMENT OF WATSON Stimulus Albert adalah seorang bayi yang gembira dan tidak takut bahkan senag bermain-main dengan tikus putih dan kelinci putih berbulu halus. Dalam eksperimennya watson memulai proses pembiasaannya dengan cara memukul sebatang besi dengan sebuah palu setiap kali Albert mendekati dan ingin memegang tikus putih itu. Akibatnya, tidak lama kemudian Albert menjadi takut terhadap tikus putih juga kelinci putih. Bahkan terhadap semua benda putih, termasuk jaket dan topeng Sinterklas yang berjenggot putih. EXSPERIMENT OF WATSON
Skinner (1957) EXPERIMENT OF SKINNER Operant Conditioning Ada seorang anak kecil menangis meminta es kepada ibunya. Tetapi, karena ibunya yakin dan percaya bahwa es itu menggunakan pemanis buatan maka sang ibu tidak meluluskan permintaan anaknya. Sang anak terus menangis. Tetapi, sang ibu bersikukuh untuk tidak menuruti permintaan anaknya. Lama kelamaan tangis anak tersebut reda dengan sendirinya dan dilain waktu tidak meminta es semacam itu lagi kepada ibunya, apalagi dengan menangis. EXPERIMENT OF SKINNER
Pavlov (1948-1936) EXPERIMENT OF PAVLOV THEORY OF HABIT 1. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR). 2. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau mengeluarkan air liur. 3. Dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan (UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan. 4. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR). EXPERIMENT OF PAVLOV
EXPERIMENT OF THORNDIKE , Kucing yang telah dilaparkan dan diletakkan di dalam sangkar yang tertutup. Dalam percobaan tersebut apabila di luar sangkar diletakkan makanan, maka kucing berusaha untuk mencapainya dengan cara meloncat-loncat kian kemari. Dengan tidak tersengaja kucing telah menyentuh kenop, maka terbukalah pintu sangkar tersebut, dan kucing segera lari ke tempat makan. Percobaan ini diulangi untuk beberapa kali, dan setelah kurang lebih 10 sampai dengan 12 kali, kucing baru dapat dengan sengaja menyentuh kenop tersebut apabila di luar diletakkan makanan. EXPERIMENT OF THORNDIKE the law of exercise the law of effect
Albert Bandura Social Learning Observational Learning Reward and punishment BOBO DOLL EXPERIMENT Dalam eksperimennya, Bandura membagi anak-anak ke dalam 2 kelompok. Kelompok A = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa memukul, menonjok, menendang dan menjerit ke arah boneka besar Bobo. Setelah menyaksikan perilaku orang dewasa tersebut, ternyata hasilnya adalah anak-anak meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa bahkan lebih agresif Kelompok B = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa berperilaku lemah lembut dan sayang ke boneka besar Bobo. Setelah menyaksikan perilaku orang dewasa tersebut, ternyata hasilnya adalah anak-anak di kelompok B tidak menunjukkan tingkah laku agresif seperti kumpulan A. Dari eksperimen tersebut diperoleh kesimpulan bahwa Tingkah laku anak-anak dipelajari melalui peniruan/permodelan.
APLICATION OF BEHAVIORISTIC THEORY 1. Shaping: Pembentukan tingkah laku murid yang belum pernah ada sebelumnya oleh guru dengan memberikan pengarahan. 2. Ekstingsi: Berlangsung jika reinforcement adalah perhatian. Apabila murid memperhatikan kesana kemari maka perubahan interaksi guru murid akan menghasilkan tingkah laku murid tertentu 3. Modelling: Bisa diterapkan di sekolah dengan mengambil guru maupun orang lain atau anak lain yang sebaya sebagai model dari suatu tingkah laku yang akan memperbaiki tingkah laku anak murid yang tidak diinginkan
APLICATION OF BEHAVIORISTIC THEORY 4. Satiasi: Jika tingkah laku yang diulang berbeda dengan tingkah laku yang tidak diinginkan maka satiasi tidak tepat. Yang tepat adalah menerapkan metode disiplin seperti menulis 100 kali. Guru sebaiknya mencoba memperkuat tingkah laku yang tepat untuk menggantikan tingkah laku yang tidak diinginkan. 5. Perubahan Lingkungan Stimuli: Beberapa tingkah laku dapat dikendalikan oleh perubahan kondisi stimuli yang mempengaruhi tingkah laku itu. Jika murid terganggu oleh suara gaduh di luar kelas, ketukan jendela dapat menghentikan gangguan itu. 6. Hukuman: Untuk memperbaiki tingkah laku, hukuman hendaknya diterapkan di kelas dengan bijaksana