Congestive Heart Failure Irma Nur Amalia, M.Kep
DEFINISI Congestive Hearth Failure (CHF)/ Gagal Jantung Kongestif : adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh (Ebbersole, Hess 1998).
ETIOLOGI 1. Kelainan otot jantung 2. Aterosklerosis koroner 3. Hipertensi sistemik atau pulmonal 4. Peradangan dan penyakit miokardium 5. Penyakit jantung lain seperti stenosis katup semilunar, tamponade perikardium, pericarditis konstruktif, stenosis katup AV 6. Faktor sistemik seperti demam, tirotoksikosis, hipoksia, anemia.
AHA Stages of Heart Failure Stage A : Pasien memiliki resiko tinggi mengalami disfungsi ventrikel kiri Stage B : Pasien dengan penyakit jantung yang berhubungan kuat dengan perkembangan HF tetapi belum memperlihatkan tanda dan gejala HF Stage C : Pasien yang saat ini atau sebelumnya memiliki tanda dan gejala HF yang berhubungan dengan penyakit jantung Stage D : Pasien dengan penyakit jantung berat dan menunjukkan tanda dan gejala HF saat istirahat dan membutuhkan intervensi khusu
NYHA Functional classification of Heart Disease Fungtional class I: Cardiac disease, Payah Jantung tanpa mengakibatkan adanya pembatasan aktivitas; Tidak ada pembatasan aktivitas , aktivitas seperti biasa, tidak mengakibatkan muncul nya symptoms. Fungtional class II: Terdapat adanya pembatasan aktifitas ringan; tidak ada symptoms saat istirahat (comfort possible at rest); ordinary physical activity(aktifitas yang biasa dilakukan) akan mengakibatkan munculnya symptoms (fatique, dyspnea, palpitasi or anginal pain) Fungtional class III: Pembatasan aktivitas secara ketat (Severe limitation activity); klien dapat merasa comfortable at rest; aktivitas minimal (kurang dari biasanya) dapat mengakibatkan munculnya symptoms (fatique, dyspnea, palpitasi or anginal pain). Fungtional class IV: ketidakmampuan melaksanakan aktifitas fisik, setiap melakukan aktifitas fisik akan mengakibatkan discomfort dan symptoms; siymptomps (fatique, dyspnea, palpitasi or anginal pain) bahkan dapat muncul saat istirahat.
KLASIFIKASI Berdasarkan tingkat keparahan Berdasarkan Lokasi Berdasarkan waktu kejadian Akut Kronik Gagal jantung Kanan Gagal Jantung Kiri Sistolik Diastolik
Gagal Jantung Akut-Kronik a. Gagal jantung akut : Terjadinya secara tiba-tiba, ditandai dengan penurunan kardiak output dan tidak adekuatnya perfusi jaringan b. Gagal jantung kronik : Terjadinya secara perlahan ditandai dengan penyakit jantung iskemik, penyakit paru kronis. terjadi retensi air dan sodium pada ventrikel sehingga menyebabkan hipervolemia, akibatnya ventrikel dilatasi dan hipertrofi.
Gagal Jantung Kanan- Kiri Gagal jantung kiri : Terjadi karena ventrikel gagal untuk memompa darah secara adekuat sehingga menyebabkan kongesti pulmonal, hipertensi dan kelainan pada katub aorta/mitral b. Gagal jantung kanan : Disebabkan peningkatan tekanan pulmo akibat gagal jantung kiri yang berlangsung cukup lama sehingga cairan yang terbendung akan berakumulasi secara sistemik di kaki, asites, hepatomegali, efusi pleura.
Gagal Jantung Sistolik-Diastolik Terjadi karena penurunan kontraktilitas ventrikel kiri sehingga ventrikel kiri tidak mampu memompa darah akibatnya kardiak output menurun dan ventrikel hipertrofi b. Diastolik : Terjadi karena ketidakmampuan ventrikel dalam pengisian darah akibatnya stroke volume cardiac output turun.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan fisik: didapatkan tanda dan gejala payah jantung EKG: Sinus tachycardia, Atrial premature contraction, Paroxismal atrial tachycardia, Atrial fibrilasi, Ventricular premature beat, Radiographic: Cardiomegaly, left / right ventricular enlargement.
KOMPLIKASI Pleural effusion: meningkatnya intravascular pressure pada capiler pleura, mengakibatkan terjadinya transudasi cairan dari kapiler ke rongga pleural. Pleural effusion biasanya terjadi di mulai di lobus kanan bawah. Arrhytmias: Klien dengan payah jantung sering kali mengalami arrhythmia termasuk arrhythmia ventrikel. Left Ventrikular Trombus: Pada payah jantung , terjadi pembesaran ventrikel dan penurunan CO. kondisi ini meningkatkan resiko terjadinya pembentukan thrombus di left ventrikel. Hepatomegaly: yang sering muncul pada payah jantung kanan, dimana kongesti di hepar yang terjadi akan mengakibatkan gagalnya fungsi liver, sehingga terjadi fibrosis hati.
MANAJEMEN KOLABORATIF Tujuan manajemen kolaboratif pada kasus payah jantung adalah memperbaiki fungsi ventrikel dengan cara sbb: Menurunkan intravascular volume Menurunkan venous return (preload) Menurunkan after load Memperbaiki proses pertukaran gas dan oksigennasi Memperbaiki CO Menurunkan anxietas.
MANAJEMEN KOLABORATIF LHF Pemberian Oksigen untuk Memperbaiki Oksigenasi : Dg memperbaiki hypoksia dan Dyspnea. Pertahankan klien dalam posisi fowler / High fowler ( Menurunkan venous return, meningkatkan kapasitas thoraks sehingga dapat memperbaiki ventilasi). Pemberian Oksigen melalui nasal canule, /masker/ ( pemberian Oksigen akan meningkatkan persentasi O2 Insirasi sehingga dapat memperbaiki Oksigenasi dan proses pertukaran gas). Jika hasil pemeriksaan Anlisa GasDarah menunjukan respiratory failure, dilakukan ventilasi mekanik ( Memperbaiki proses pertukaran gas) Monitor Oksigenasi dengan memonitor Oksimetri dan pemeriksaan analisa gas darah.
PHARMACOTHERAPHY Morphin IV dosis kecil : 2 -5 mg. (Menurunkan resistensi perifer dan venous return, sehingga memperbaiki distribusi darah ke sirkulasi; menurunkan tekanan di kapilari pulmonary sehingga dapat menurunkan penimbunan cairan di paru-paru; menurunkan anxietas sehingga dapat menurunkan oksigen demand). Diuretics /furosemide: (Meningkatkan produksi urine dan membuang kelebihan cairan ekstraselular dan menurunkan volume cairan intracellular Nitroglycerin IV, vasodilator : menurunkan volume cairan di sirkulasi dengan menurunkan pre load; memperbaiki sirkulasi Coroner dengan dilatasi arteri coroner; sehingga nitroglycerin dapat menurunkan preload, menurunkan after load, dan meningkatkan oksigen supply ke miokardium. Nitroprusside IV, potent vasodilator (Venodilator dan Arterio dilator). Menurunkan pre load dan afterload, memperbaiki kontraksi miokard; meningkatkan CO dan menurunkan kongesti paru. Komplikasi nitroprusside IV dapat mengakibatkan hipotensi 5. Inotropik therapy, (Dobutamin/Dobutrex), meningkatkan kontraktilitas miokard, disamping hal tsb Dobutrex dapat juga mengakibatkan peningkatkan vasodilatasi
NURSING SUPPORT Positioning untuk meningkatkan sirkulasi: Posisi semi fowler/ High fowler akan menurunkan venous return (preload) ke Jantung sehingga dapat menurunkan volume darah ke LV selama diastole; meningkatkan kapasitas thorax dan memperbaiki ventilasi. Monitoring: vital sign & kesadaran, Hemodinamic, Anlisa gas darah dan respon klien terhadap obat- obatan. Respon klien terhadap - obat-obatan yang diberikan perlu dimonitor dengan ketat sbb: Pada klien yang diberikan MO , harus diobservasi hal – hal sbb: Depresi pernafasan, Hipotensi, dan vomicting. Pada saat pemberian MO harus tersedia MO antagonis (Narcan/naloxon). Klien dengan pemberian diuretic harus dioservasi: intake dan out put ; risiko hipovolemia; kalium, natrium dan elektrolit imbalance. Pasang catheter untuk memonitor urine out put dan perfusi ke ginjal
NURSING SUPPORT Monitor hemodinamik : BP (MAP : > 60 mmHg) untuk melihat perfusi ke ogan –organ penting, PAWP: 14- 18 mmHg mengevaluasi kongesti di pulmonary capiler. Monitor hasil AGD untuk mengevaluasi proses pertukaran gas di paru. 5) Psychological support untuk menurunkan Anxiety Payah jantung kiri mengakibatkan klien merasakan seperti tercekik, ketakutan (fear) dan anxiety Lakukan pendekatan dan intervensi dengan tenang; upayakan untuk berada disamping klien. Jika perlu berikan informasi dengan bahasa yang simple dan sederhana. Berikan penjelasan bahwa semua intervensi dilakukan untuk membantu klien.
Manajemen kolaboratif RHF Manajemen kolaboratif pada payah jantung kanan bertujuan untuk: • Menurunkan beban kerja jantung; • Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi miokard • Support stroke volume
PHARMACOTHERAPHY ACE Inhibitor (Angiotensin Converting Enzym Inhibitor) (Captopril/ Capoten, Enalapril/Prexum) : menghambat pembentukan angiotensin II (vasokontriktor kuat), support vasodilatasi pembuluh darah dan mencegah absorpsi sodium akan berdampak terhadap penurunan beban kerja jantung, memperbaiki memperbaiki CO dengan cara memperbaiki stroke volume, menurunkan tekanan darah dan memperbaiki renal blood flow Digitalis: Lanoxin; digoksin: meningkatkan kontraktilitas miokard dan melambatkan konduksi melalui AV node. Dobutamin (Dobutrex) / B adrenergic agonist: Stimulasi B adrenergic reseptor meningkatkan kontraktilitas miokard dan meningkatkan perfusi ke ginjal, coroner, cerebral vascular bed dan mesentrik.
NUTRITIONAL THERAPHY Pembatasan sodium: 2 g sodium ( mild CHF); 0,5-1 g sodium (severe CHF) tergantung dari payah jantung. Timbang berat badan tiap hari – untuk mendeteksi penimbunan cairan. Tanda awal penimbunan cairan adalah Peningkatan BB 1,4 selama 2 -5 hari.
NURSING SUPPORT Monitor dan dokumentasikan intake dan out put untuk mengidentifiksi balance cairan. Timbang BB tiap hari, pada jam yang sama, yaitu pada saat pagi hari atau sesdudah BAK. Mengidentifikasi dan mengevaluasi derajat distensi vena jugularis yang terjadi. Mengidentifikasi dan mengevaluasi derajat edema yang terjadi. Monitoring pulse rate dan Blood pressure, mengidentifikasi hypotensi yang terjadi. Kaji turgor kulit dan mukosa membrane identifikasi tanda – tanda dehydrasi. Monitoring potensial komplikasi: Electrolit imbalance: hypokalemia yang ditandai; pulse lemah, hypotension, general weakness. Bed rest pada fase akut dan aktifitas ditingkatkan sesuai kondisi klien. Support psikologis, patient comfort