SELAMAT DATANG PESERTA BINTEK

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Masalah-masalah BELAJAR
Advertisements

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS.
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Keterampilan Dasar Mengajar
IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
Destina Puji Rahayu Friesca Aster Indah Indriyani Satria Suja Senotsa 4C4C.
FAKTOR MANUSIA.
PENDIDIKAN TUNANETRA Oleh: Sumaryanti
PENERIMAAN DIRI REMAJA PENYANDANG TUNADAKSA
GPK : Mendukung Peran Guru di Kelas Reguler
PENILAIAN.
Perbedaan Siswa Dalam Kecerdasan Dan Gaya Belajar
STKIP-PGRI Banjarmasin
Pusat Pendidikan dan Pelatihan BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
SLB-A (TUNANETRA) NAMA KELOMPOK : MEGA RAHAYU ( )
Mengenal TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK)
Media Pembelajaran OLEH : RATNASARI
Pengertian Microteaching
SI122 – Interaksi Manusia dan Komputer
EVALUASI DAN PENGUKURAN TEORI DAN IMPLEMENTASI
MODEL pelaksanaan remedial & pengayaan DIREKTORAT PEMBINAAN SMA
Pengembangan Portofolio
KESUKARAN BELAJAR PART III
ANALISIS KURIKULUM IPBA KELAS TINGGI
PENGOLAHAN CITRA DIGITAL
Interaksi Manusia & Komputer Faktor Manusia
PENGEMBANGAN PORTOFOLIO
“PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL UNTUK ANAK BERKELAINAN AKADEMIK DAN MENTAL EMOSIONAL” Nur Amalina Siti Lailatus Sholichah Kanty.
KEBUTUHAN, TANTANGAN DAN PERMASALAHAN PEMBELAJARAN SD PERTEMUAN - 7
PROGRAM PENGEMBANGAN KEKHUSUSAN
PENILAIAN DI SD KURIKULUM 2013
Oleh : Munawir Yusuf PLB FKIP UNS
PSIKOLOGI PENDIDIKAN ANAK TUNANETRA
Masalah-masalah BELAJAR
INTERAKSI MANUSIA & KOMPUTER
PERAN DAN TUGAS GPK DI SEKOLAH INKLUSI
PERSEPSI PERTEMUAN 9.
KOMPUTER/MEDIA GRAFIS
Almas Mafazi M. Faza Fadhilah XII – IPA 2
MEDIA PEMBELAJARAN By: Durinda Puspasari.
ICT DALAM BELAJAR MENGAJAR
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
Keterampilan Dasar Mengajar
Pengertian Strategi Pembelajaran pkn Dick dan carey mengatakan “strategi pembelajaran adalah komponen umum dari suatu materi pembelajaran yang akan digunakan.
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
PEMBELAJARAN BAGI ANAK DENGAN KETUNANETRAAN
MENGENAL DAN MELAYANI ABK
Pengembangan Portofolio
HAKIKAT BELAJAR & PEMBELAJARAN
IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Keterampilan Dasar Mengajar
SIFAT UMUM AKTIVITAS MANUSIA
PENILAIAN PORTOFOLIO Suranto, S.Pd, M.Pd.
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) Mengenal Lebih Dekat dan Penanganannya di Kelas Oleh: Ana Karunia, S.Psi.
ESTY ARYANI SAFITHRY, M.PSI, PSIKOLOG
Blindness (Gangguan Penglihatan)
PENGEMBANGAN MODEL MATA PELAJARAN
PERANCANGAN PEMBELAJARAN TERPADU
PENGEMBANGAN MODEL MATA PELAJARAN
Pengembangan Portofolio
PERTEMUAN 6 HARLINDA SYOFYAN, S.Si., M.Pd
PENGEMBANGAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
PENGEMBANGAN MODEL MATA PELAJARAN
PENILAIAN MOTORIK KASAR DAN MOTORIK HALUS AGUSNADI TALAH.
PENGEMBANGAN MODEL MATA PELAJARAN
PENGEMBANGAN SILABUS dan RPP dalam Implementasi KTSP
PENGEMBANGAN MODEL MATA PELAJARAN
MEDIA DISPLAY DAN REALIA DALAM PEMBELAJARAN KIMIA BY : LENNI KHOTIMAH HARAHAP MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2017.
PENDALAMAN MATERI IDENTIFIKASI DAN ASESMEN ANAK TUNANETRA
Transcript presentasi:

SELAMAT DATANG PESERTA BINTEK ADAFTASI PEMBELAJARAN PESERTA DIDIK TUNANETRA PADA KELAS INKLUSIF oleh UUS HERDIANTO DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JATENG BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS 2011

Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra ANAK TUNANETRA PENGERTIAN Tuna > luka, tidak memiliki Netra > mata Tunanetra adalah suatu kondisi dari indra penglihatan yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya walau sudah dikoreksi dengan alat bantu apapun. Secara medis > Ketajaman visualnya kurang atau sama dengan 6/60 Lapang pandangnya kurang dari 200. Pendidikan > Seseorang dikatakan tunanetra bila penglihatannya tidak dapat dimanfaatkan dalam proses pendidikan. Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra ...lanjutan Pengertian Dipandang dari dunia pendidikan, seseorang dikatakan tunanetra bila penglihtannya tidak dapat dimanfaatkan dalam proses pendidikan, sehingga mereka memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus. Anak yang memiliki kerusakan fungsi penglihatan tetapi setelah dikoreksi dengan kacamata tidak memerlukan pelayanan pendidikan khusus, maka anak tersebut tidak dapat disebut sebagai tunanetra Klasifikasi Anak Tunanetra Buta dan kurang lihat (low vision). Bila diukur dengan kartu Snellen anak diklasifikasikan tunanetra bila : a) ketajaman penglihatannya kurang dari 20/200; b) ketajaman penglihatannya lebih dari 20/200 tetapi luas lapangan penglihatannya membentuk sudut kurang dari 20o ; c) anak kurang lihat terdiri dari yang memiliki persepsi benda-benda dengan ukuran besar (1 dm3 atau lebih), anak yang memiliki persepsi benda-benda dengan ukuran sedang (antara 2 cm3 dan 1 dm3), anak yang memiliki persepsi benda-benda ukuran kecil (2 cm3 atau lebih kecil). Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra CIRI-CIRI TUNANETRA Tidak mampu melihat Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter Kerusakan nyata pada kedua bola mata Sering meraba-raba/tersandung saat berjalan Kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya Bola mata yang hitam berwarna keruh Mata bergoyang terus Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

PENYEBAB KETUNANETRAAN Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra Kelainan genetik > Retina degeneration (kemerositan fungsi retina), tumor pada retina, hilangnya fungsi syaraf mata, katarak, myopi. Terjadinya infeksi pada saat embrional: penggunaan obat-obatan. Penggunakan radioaktif atau radiasi eksternal Kekurangan gizi > pada saat embrional berpengaruh pada susunan syaraf mata. Pada masa setelah kelahiran: kesalahan perawatan, kecelakaan, tumor, infeksi, radang, kekurangan gizi sehingga menyebabkan ketunanetraan. Ketunanetraan pada masa remaja dan menjelang dewasa lebih banyak disebabkan oleh kecelakaan dan penyakit, sedangkan pada usia lanjut banyak disebabkan oleh katarak ketuaan. Selain penyebab di atas terdapat faktor penyebab ketunanetraan yang belum diketahui sebab musababnya Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra INTELIGENSI TUNANETRA Menurut Kirley (1975) berdasarkan tes inteligensi dengan menggunakan Hayes-Binet bahwa IQ anak tunanetra berkisar 45-160 dengan distribusi: 12,5% memiliki IQ kurang 80. 37,5% memiliki IQ di atas 120. 50% memiliki IQ antara 80-120. Levingston sependapat dengan Kirtley, bahwa perkembangan inteligensi tidak langsung dipengaruhi oleh hilangnya fungsi penglihatan, dan IQ sendiri tidak cukup untuk mengukur kemampuan belajar IQ Tunanentra tidak berbeda dengan anak awas Ketunanetraan yang ada pada anak bukan kewajiban guru/ guru untuk merubah, tetapi mengidentifikasi kemampuannya untuk dapat dikembangkan seoptimal mungkin Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra PERSEPSI TUNANETRA Proses deteksi, diskriminasi, pengenalan, identifikasi, dan pertimbangan melalui indra non visual. 80% persepsi diperoleh melalui indra visual. Terdapat kesan yang dapat dipersepsi hanya melalui visual, indra lain tidak dapat menggantikannya, misal: warna, pemandangan, gerakan yang berkesinambungan, fakta yang jauh jaraknya, pembiasan, bayangan, dll. Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

PENDENGARAN TUNANETRA Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra memberi berbagai informasi merupakan indra jarak jauh yang mampu menempuh ruang kepekaan pendengaran dianggapnya sebagai suatu yang otomatis sebagai kompensasi atas hilangnya fungsi visual – semua itu hasil dari latihan bukan pembawaan Anak tunanetra dengan pendengarannya mampu mengetahui suasana yang silih berganti. Berbagai jenis dan warna suara (timbre) dapat menggambarkan atau memberi petunjuk terhadap suatu keadaan atau peristiwa dan objek. aktivitas yang mengkombinasikan tekstur atau bentuk dengan bunyi dapat membuka peluang bagi tunanetra terhadap terbentuknya asosiasi benda-benda Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra PERABAAN TUNANETRA Anak tunanetra usia sekolah atau prasekolah menggunakan tubuhnya untuk memahami masalah ruang Anak tunet sejak lahir mulai mengetahui bahwa ada ruangan di luar dirinya ketika mereka diajar menjangkau dengan tangannya untuk mendapatkan barang atau benda, kemudian barulah mereka berani mengangkat tubuhnya Kekakuan, kestabilan, berat, bentuk, dan tekstur dapat diketahui dengan indra perabaan Kepekaan indra perabaan pada anak tunanetra tidak berlangsung secara otomatis, tetapi melalui latihan yang berlangsung terus-menerus sebagai kompensasi hilangnya fungsi visual Sensitivitas kulit ditentukan oleh adanya kemampuan untuk membedakan dua titik yang disebut diskriminasi taktual Guyton (1981) menyatakan bahwa perabaan yang paling peka adalah ujung lidah (1 mm), ujung jari (2 mm), dan hidung (3 mm). Pinel (1993) menyatakan bahwa bagian tubuh yang mampu mendiskriminasikan taktual yang terhalus adalah tangan, bibir, dan lidah. Kepekaan diskriminasi taktual sesuai dengan kepadatan reseptornya dan luasnya korteks sensorik, maka tunanetra mampu membedakan berbagai variasi bentuk titik timbul dalam huruf Braille. Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra INDRA LAIN TUNANETRA Indra pencecap dan pencium secara fisiologis dekat sekali letaknya, maka kedua indra tersebut akan bekerja secara kooperatif Indra pembau mampu menganalisis dan menduga terhadap jenis benda, asal benda serta rasa dari benda tersebut Bau yang khas akan merupakan petunjuk terhadap suatu objek yang dituju. Bau menginformasikan posisi badan dan sebagai petunjuk berjalan. Indra kinestesi menyadarkan anak tunanetra akan posisi dan gerak tubuh Indra keseimbangan mampu memberikan informasi tentang posisi dari tubuhnya dan juga gerakan lurus serta memutar dari bagian–bagian tubuh tersebut Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra HAMBATAN TUNANETRA TUNANETRA KETERBATASAN Menurut Lowenfeld Gerak/Mobilitas Perkembangan Konsepsi/Pengalaman Interaksi dengan Lingkungan/Sosialisasi BERPENGARUH Aktifitas Belajar Bekerja Kegiatan Sehari-hari Kognitif (akibat kurangnya informasi/ pengalaman visual) Emosi (perasaan takut, cemas, mudah tersinggung, curiga, marah, sedih) Sosial (sikap masyarakat yang kurang menguntungkan sprt penolakan, acuh, isolasi, penghinan) Orientasi Mobilitas Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra STRATEGI PEMBELAJARAN Apa Kurikulum yang digunakan untuk Sekolah Inklusif? Alternatif pilihan Model Kurikulum Sekolah Inklusif, dilihat dari kebutuhan peserta didik berkelainan : (1) Model Kurik sekolah reguler penuh (Duplikasi) > Program layanan khususnya lebih diarahkan kepada proses bimbingan belajar, motivasi dan ketekunan belajarnya. (2) Model Kurik sekolah reguler yang dimodifikasi >modifikasi pada bahan, strategi pembelajaran, jenis penilaian dll. (3) Model Kurikulum Substitusi > beberapa bagian dari kur umum ditiadakan tetapi diganti dengan materi yang kurang lebih setara. (4) Model Kurikulum Omisi > beberapa bagian dari kurikulum umum ditiadakan sama sekali karena tidak memungkinkan bagi ABK. Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

Kurikulum Kurikulum Pendidikan Inklusif ...lanjutan Kurikulum Kurikulum Pendidikan Inklusif 1.  Duplikasi > sama dengan umum 2.  Modifikasi > disesuaikan dengan ABK 3.  Substitusi > beberapa diganti dg yg setara 4.  Omisi > bbrp ditiadakan krn tdk sesuai dg ABK

Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra KONSEP PPI Rencana pembelajaran bagi seorang anak (individual) PPI dinamis: sensitif terhadap perubahan & kemajuan anak Disusun oleh tim berbagai profesi Memuat deskripsi tingkat kemampuan yang telah dimiliki Mencakup semua aspek kurikulum (akademik dan non akademik ), spt kondisi emosi, kemamp, fisik, kesehatan Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra KOMPONEN PPI Format PPI tidak ada yang baku Format disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sekolah Ada komponen yang harus ada dalam PPI: informasi data siswa dan tingkat kemampuan siswa. Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

STRATEGI PEMBELAJARAN Kelas reguler (Inklusif Penuh) Kelas reguler dengan Cluster Kelas reguler dengan Pull out Kelas reguler dengan cluster dan pull out Kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian Kelas khusus penuh 24 Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra PRINSIP PEMBELAJARAN BAGI ANAK DENGAN GANGGUAN VISUAL/TUNANETRA Prinsip Kekongkritan > diraba > benda asli atau tiruan. Prinsip Pengalaman Menyatu > anak awas sekali pandang dapat mengetahui segalanya, tunet perlu dijelaskan hubungan2nya. Prinsip Belajar Sambil Melakukan > tidak hanya bersifat informatif tapi diajak untuk melakukannya. Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra KONDISI PEMBELAJARAN Tujuan/indikator pembelajaran  disesuaikan dengan kemampuan Karakteritik mata pelajaran Materi pelajaran yang banyak membutuhkan fungsi visual diAdaptasi dengan pemanfaatan indra pendengaran, taktual, penciuman serta indra lain non visual. Kebanyakan tunanetra kesulitan dalam pembentukan konsep global, mereka memulai pengertian dengan diawali pembentukan konsep detail per detail baru kemudian global. Kedalaman materi pelajaran yang memerlukan fungsi visual dan tidak dapat diganti dengan fungsi indra lain diturunkan target pencapaiannya, dan diberikan pengayaan di topik-topik yang mudah diterima dengan indra non visual. Kendala berkaitan dengan waktu, sarana/alat, ruang a. Waktu Membaca-menulis Braille lebih memerlukan waktu lama Memahami gambar timbul  waktunya bisa 10 (lebih) x waktu orang awas Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra SARANA/MEDIA b. Media/alat peta/ globe timbul miniatur binatang penggaris timbul Power rider meteran timbul meteran bunyi Reglet dan stylus Block kis, papan paku, kalkulator bicara, sempoa Laser can Papan catur, bola bunyi, tenis meja dll Braille kit, tongkat putih, blind ford Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra ...lanjutan Termoform Kertas braillon Kertas braille Plastik timbul Braille display Mesin tik braille Mowat sensor Tongkat putih Sonic fathpender Komputer braille Printer braille dll. Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra PENGELOLAAN KELAS Penataan ruang kelas Pengorganisasian siswa (individual, berpasangan, kelompok kecil, klasikal). Situasi kooperatif Penempatan tempat duduk pertimbangkan, ketajaman penglihatan, pendengaran, pencahayaan (Inklusi) dekatkan dengan siswa yang peduli Hindarkan kelas yang bising Aksesibel Pengelolaan kelas O O O O O O O O O O O O X O O X X O V O = siswa reguler X = peserta didik V = pendidik Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN Mata pelajaran dengan materi pelajaran yang banyak membutuhkan fungsi visual diAdaptasi dengan pemanfaatan indra pendengaran, taktual, penciuman serta indra lain non visual Formula/rumus atau penyajian fakta secara vertikal diubah dalam format horizontal (braille tidak mengenal format vertikal) Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra PAPAN PAKU Contoh tabel, Pengerjaan matematika Dinarasikan: 2001 50 2002150 2003250 2004320 2005400 2006450 dst 800   700 600 500 400 300 200 100 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010   Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN Materi pelajaran yang memerlukan fungsi visual dan tidak dapat diganti dengan fungsi indra lain (con. Cermin, cahaya, warna dll.) diturunkan target pencapaiannya, dan diberikan pengayaan di topik-topik yang mudah diterima dengan indra non visual Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra PENGELOLAAN KBM Strategi pengorganisasian: pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dan lainnya Pemilihan dan penataan isi materi tidak memerlukan Adaptasi Penyajian diagram (objek dua dimensi) memerlukan Adaptasi dengan mengemboss (menimbulkan) agar dapat diraba tunanetra), sedangkan objek tiga dimensi harus disajikan dalam bentuk benda asli atau model. Penyajian format/ formula vertikal dapat diAdaptasi dalam format horinsontal, karena penulisan huruf Braille susah disajikan dalam format vertikal Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra PENGELOLAAN KBM Peraga pembelajaran Upayakan setiap anak mendapat kesempatan untuk mengamati (meraba) media yang tersedia. Peraga visual diAdaptasi ke dalam peraga auditif, perabaan, namun tidak semua kesan visual dapat diubah ke dalam kesan non visual. Misal persepsi cahaya, bayangan, benda yang hanya dapat dijangkau dengan penglihatan. Hal ini anak tunanetra cukup diberi kesempatan untuk merasakan gejala yang muncul atau bahkan cukup diberikan cerita tentang itu. Objek tiga dimensi harus disajikan dalam bentuk benda asli atau model. Interaksi peserta didik dengan peraga Peraga hendaknya jangan terlalu besar atau terlalu kecil, yang ideal adalah sejauh kedua tangan dapat mendeteksi objek secara keseluruhan. Penyajian tabel/ diagram perlu penjelasan cara membaca dan maksud tabel/ diagram tersebut. Ada jaminan bahwa peraga itu tidak berbahaya, tidak mudah rusak. Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

PENGELOLAAN METODOLOGI Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra Metode pembelajaraan umum  anak tunanetra Adaptasi aktivitas visual ke non visual (menceritakan gambar, peta) Ceramah  ucapan jelas Demonstrasi  tidak dengan visualisasi Praktikum IPA  informasi proses Setiap anak upayakan mendapat alat peraga Hindarkan kata ini, itu, di sana, di situ, ke sini dll Raut wajah  indikator aktivitas anak Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra PRINSIP PENILAIAN Peserta didik dengan kebutuhan khusus yang dalam pembelajarannya menggunakan kurikulum standar, maka penilaian pembelajarannya sama dengan anak lain pada umumnya. Peserta didik ini berhak mengikuti ujian nasional dan memperoleh ijasah seperti anak lain. Peserta didik dengan kebutuhan khusus yang dalam pembelajarannya menggunakan kurikulum di bawah standar, maka penilaian pembelajarannya dibedakan dengan anak lain pada umumnya. Peserta didik ini berhak tidak perlu ujian nasional dan cukup mengikuti ujian sekolah memperoleh STTB dari sekolah yang bersangkutan. Terhadap anak berkebutuhan khusus yang tidak mampu memenuhi target kurkulum reguler sekalipun telah dimodifikasi sehingga menggunakan kurikulum PPI, maka kreteria penilaiannya berdasarkan yaitu berapa persen daya serap atau pencapaian tujuan yang telah disusun dalam PPI, itulah nilai yang diperoleh. Jika setiap anak berkebutuhan khusus di kelas itu memerlukan PPI yang berbeda, maka penilaianya atas dasar pencapaian tujuan masing-masing PPI untuk masing-masing anak. Hal ini dimungkinkan setiap anak mendapatkan nilai yang baik, sekalipun kemampuannya Jika penilaian dilakukan secara kuantitatif, maka untuk membedakan hasil penilaian antara peserta didik dengan kreteria reguler dengan peserta didik yang kenai PPI, maka khusus peserta didik dengan PPI hasil penilaian kuantitatif hendaknya dilampiri penilaian narasi Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra PRINSIP PENILAIAN Pasal 9 Permendiknas nomor 70/ 2009 sebagai berikut: Penilaian hasil belajar bagi peserta didik pendidikan inklusif mengacu pada kurikulum tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan. Peserta didik yang mengikuti pembelajaran berdasarkan kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan standar nasional pendidikan atau di atas standar nasional pendidikan wajib mengikuti ujian nasional. Peserta didik yang memiliki kelainan dan mengikuti pembelajaran berdasarkan kurikulum yang dikembangkan di bawah standar nasional pendidikan mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan. Peserta didik yang menyelesaikan pendidikan dan lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan mendapatkan ijazah yang blankonya dikeluarkan oleh Pemerintah. Peserta didik yang memiliki kelainan yang menyelesaikan pendidikan berdasarkan kurikulum yang dikembangkan oleh satuan pendidikan di bawah standar nasional pendidikan mendapatkan surat tanda tamat belajar yang blankonya dikeluarkan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan. Peserta didik yang memperoleh surat tanda tamat belajar dapat melanjutkan pendidikan pada tingkat atau jenjang yang lebih tinggi pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif atau satuan pendidikan khusus. Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra PENILAIAN Tunanetra total Menghindari/ minimalkan penggunaan kata-kata visual (abstrak) yang kurang dipahami anak. Gambar dua dimensi disajikan dalam bentuk gambar timbul/ taktual. Benda-benda tiga dimensi disajikan dalam bentuk asli atau model. Tambahan waktu sedikitnya 20% dari waktu yang ditentukan. Semua indra non visual dimanfaatkan untuk keperluan penilaian. Posisi tempat duduk anak memperhatikan kemampuan indra pendengaran Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra PENILAIAN Low Vison Memperhatikan kemampuan visual (ketajaman penglihatan) yang dimiliki anak . Posisi tempat duduk anak memperhatikan hal-hal berikut ini: jarak, ukuran, pencahayaan, kekontrasan Menggunakan alat bantu optik atau non optik yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan anak. Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra ADAPTASI PENILAIAN BENTUK TES DIADAFTASI Portofolio Kumpulan karya dalam bentuk Braille, CD, Disket, Huruf Cetak Penilaian produk Tidak perlu Adaptasi Lisan Tetap dilakukan dengan lisan Tertulis Ditulis dalam huruf Braille, diubah dalam bentuk lisan, CD, disket, huruf cetak Kinerja Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra

MENGENAL HURUF BRAILLE A b c d e f g h I j a b c d e f g h I j K l m n o p q r s t k l m n o p q r s t U v x y z W # = tanda angka u v x y z W

ALAT-ALAT TULIS BRAILLE 1. RIGLET

2. MESIN TIK BRAILLE

3. MESIN CETAK BRAILLO Braillo 200

Braillo 400

Braillo 400

dok-budi-sdm-inklusi SEKIAN, TERIMA KASIH DAN SELAMAT BERJUANG SELAMAT BERJUANG dok-budi-sdm-inklusi