Pengolahan Teh Wangi Teh wangi adalah teh yang paling populer di Indonesia, yang diolah dengan bahan dasar the hijau Jawa Barat adalah daerah utama pembuatan teh hijau yang kemudian diproses menjadi teh wangi. Di Jawa Tengah (Pekalongan, Tegal, Surakarta, dan daerah-daerah lainnya) dan Yogyakarta.
Teh wangi dibuat dari teh hijau yang dicampur dengan bahan pewangi berupa bunga melati, melalui proses pengeringan menggunakan rotary dryer untuk mendapatkan cita rasa yang khas, disamping rasa tehnya masih tetap dipunyai. Dalam pengolahan teh wangi, bunga yang biasa dipakai adalah bunga melati (Jasminum sambac) dan/ atau bunga melati gambir (Jasminum officinale var. grandiflorum)
Perbandingan 1:1 sampai 1:7 Teh Hijau Penggosongan: dengan mesin Rotary Dryer pada suhu 150-170ºC selama 1-2 jam Pemilihan Bunga Pelembaban dengan kadar air 30-35% Pewangian: Perbandingan 1:1 sampai 1:7 Pengeringan: Alat pengering ECP suhu inlet ±110ºC dan outlet ± 50°C selama 30 menit Kadar air ± 4% Pengepakan: -kertas lapis aluminium foil atau plastik PE
Penyediaan bahan dasar Teh Hijau Teh hijau adalah hasil penolahan daun teh (Camellia sinensis) yang dalam proses pembuatannya tidak memerlukan proses fermentasi (oksidasi senyawa polifenol). Kriteria teh hijau yan dikehendaki teh wangi adalah (1) warna hijau kehitaman yang hidup (bright), (2) bentuk tergulung dengan baik, (3) rasa yang sepet, pahit, segar (brisk), kuat (good strenght), (4) dapat menyerap bau bunga dan (5) kandungan air maksimal 10%
Bahan Pewangi Bahan pewangi yang umum dipakai dalam pengolahan teh wangi adalah - Bunga melati dari tanaman melati yang biasa tumbuh dengan baik pada tanah-tanah yang mengandung fraksi pasir tinggi di daerah pantai - Bunga melati gambir dari tanaman yang tumbuh dengan baik pada tanah-tanah lempung berpasir.
2. Penggosongan Pada awal pengolahan teh wangi, teh hijau perlu dibuat tidak mengandung gas-gas yang tidak dikehendaki dengan jalan pemanasan dengan mesin rotary dryer pada suhu 150-170ºC selama 1-2 jam atau sering pula disebut dengan penggosongan. Proses ini akan menghasilkan teh hijau yang lebih kering dan berwarna coklat kehitaman dengan kadar air 0%. 3. Pemilihan Bunga Pemilihan bunga melati yang mempunyai tingkat kemasakan tertentu, dengan perkiraan tepat mekar pada saat pencampuran dengan teh, sehingga aroma bunga dapat diserap secara maksimal. aroma bunga perlu dipersiapkan sebaik-baiknya agar dapat diserap dengan baik.
4. Pelembaban Pelembaban dengan cara pemberian air pada teh gosong sampai keadaan teh menjadi lembab dengan kadar air 30-35%. Pelembaban dapat melonggarkan gulungan teh, berarti memperluas permukaan teh hijau sehingga meningkatkan daya serap terhadap aroma bunga. Pelembaban berpengaruh dalam proses pemindahan aroma bunga pada teh hijau, karena pewangian pada keadaan dingin akan menghasilkan teh wangi yang sangat harum dan tingkat keharumannya tidak mudah hilang.
5. Pewangian Pewangian adalah proses penyerapan (absorbsi) aroma bunga oleh teh hijau yang telah digosongkan. Teh hijau gosong sebagai bahan penyerap dan aroma bunga sebagai bahan yang diserap. Perbandingan penggunaan bunga melati atau melati gambir dengan teh hijau gosong berkisar antara 1:1 sampai 1:7 (dalam timbangan berat). Proses kontak aroma dilakukan dengan jalan campurkan teh hijau gosong dengan bunga selama terjadinya aroma bunga secara fisiologis yaitu sepanjang sore sampai malam hari.
6. Pengeringan dan Pengepakan Bunga setelah proses pewangian selesai sudah tidak berguna lagi dalam tehnya sendiri, oleh karena itu bunga dipisahkan. Setelah pemisahan bunga, teh kemudian dikeringkan dengan alat pengering ECP pada suhu inlet ±110ºC dan outlet ± 50°C selama 30 menit sampai kadar air ± 4%. Kadar air waktu dipasarkan tidak lebih dari 8% Bahan pembungkus yang baik untuk melindungi kualitas teh wangi adalah kertas lapis aluminium foil atau plastik PE, selanjutnya dikemas untuk dipasarkan