Determinan Keinginan Mempunyai Anak Lagi (Analisis SDKI Tahun 2012) Desiminasi Hasil Penelitian Puslitbang Kependudukan BKKBN 2014 Determinan Keinginan Mempunyai Anak Lagi (Analisis SDKI Tahun 2012) Reni Ardianti
Laju Pertumbuhan Penduduk1960-2010 LATAR BELAKANG Jumlah penduduk Indonesia 1971 – 2010 (dalam juta) Laju Pertumbuhan Penduduk1960-2010 Sumber: BPS, Sensus Sumber: Sensus Rata-rata jumlah anak yang diinginkan 1987 - 2012 Estimasi TFR 1987- 2012 Sumber : SPI 1987 dan SDKI 1991-2012 Sumber : SPI 1987 dan SDKI 1991-2012
Sasaran yang ingin dicapai Latar Belakang (2) Keinginan menambah anak 2002-2012 Sumber : SDKI 2002-2012 Sasaran yang ingin dicapai Kenyataan RPJP (2005-2025) Bonus Demografi (2020-2030) TFR = 2,1 TFR = 1,86 TFR = 2,6 (SDKI 2012) NRR = 1 LPP = 1,49 (SP 2010)
Pertanyaan dan Tujuan Penelitian Pertanyaan Penelitian: Faktor-faktor sosial ekonomi dan demografi apa saja yang berpengaruh terhadap keinginan mempunyai anak lagi pada wanita berstatus kawin di Indonesia? Tujuan: Untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan wanita untuk mempunyai anak lagi ditinjau dari faktor sosial, ekonomi dan demografi.
Preferensi Fertilitasi dan Ukuran Keluarga Preferensi fertilitas adalah suatu selera atau keinginan menambah anak (Easterlin, 1978; Lee dan Bulatao, 1983; Spleger dan Heer, 1985). Besarnya jumlah kelahiran anak yang diinginkan tiap keluarga tergantung pada berapa banyak kelahiran yang bertahan hidup (Robinson dan Harbison, 1983) Permintaan akan anak ditentukan oleh karakteristik latar belakang seperti agama, pendidikan, tempat tinggal, tipe keluarga. Setiap keluarga mempunyai norma-norma dan sikap fertilitas yang berdasarkan pada karakteristik tersebut (Pullum, 1983)
Studi Empiris Kecenderungan seorang wanita kawin untuk mempunyai anak lagi lebih tinggi tergantung pada kondisi: Tingkat pendidikan (Pasay,1982; Ali, 2000; Simon 1974; Mahmood,1992) Jumlah Anak Masih Hidup (Heer, 1975; Hadmadji, 1991). Status Kerja (Axiin, 1993; Retherford,dkk,1993) Indeks Kekayaan (Dibaba, 2008). Umur (Dibaba, 2008; Siregar dan Linda 2004) Riwayat Kematian Anak (Heer, 1975; Pasay, 1984) Daerah Tempat Tinggal (Ali,2000) Komposisi Jenis kelamin Anak (Kevane dan Levine, 2000; Fuse ,2010) .
Kerangka Pikir Penelitian Faktor Utama: Jumlah anak masih hidup Tingkat Pendidikan Faktor Klasifikasi: Sosial Ekonomi: Status Kerja Indeks Kekayaan Demografi : Umur Riwayat Kematian Anak Daerah Tempat tinggal Keinginan untuk mempunyai anak lagi Komposisi Jenis Kelamin Anak Keterangan: : Faktor Penyebab : Faktor Klasifikasi
Hipotesis Kecenderungan wanita ingin anak lagi lebih tinggi daripada wanita tidak ingin anak lagi tergantung pada jumlah anak masih hidup dan tingkat pendidikan yang berbeda pada setiap: Status bekerja Indeks kekayaan Umur Riwayat Kematian Anak Daerah Tempat Tinggal Komposisi Jenis kelamin Anak
Metode Penelitian - SDKI tahun 2012 - Jumlah Responden : 26.484 Sumber Data - Wanita kawin umur 15-49 tahun - Responden maupun pasangannya tidak disteril - Mempunyai anak 1 atau lebih yang masih hidup . Unit analisis - Analisis deskriptif dengan tabulasi - Analisis inferensial dengan regresi logistik biner Metode analisis Model
CARA PEMILIHAN SAMPEL SDKI = 45.607 Wanita Berstatus Kawin Ya = 32.361 Tidak ( bkn sampel) Jumlah anak masih hidup 1 atau lebih = 29.701 Tdk ada ( bkn sampel) Responden/suami di steril Disteril,( Bkn Sampel) Tidak Disteril = 28.767 Ingin dan Tidak Ingin Anak Lagi Lainnya (Bkn Sampel) Responden = 26 .484
VARIABEL PENELITIAN,DEFENISI OPERASIONAL DAN KATEGORI Variabel Terikat Keinginan wanita berstatus kawin usia15-49 tahun yang memiliki 1anak atau lebih untuk mempunyai anak lagi atau tidak. Y= 1, jika ingin mempunyai anak lagi Y=0, jika tidak ingin mempunyai anak lagi Variabel Terikat Jumlah anak masih hidup JAMH=1(untuk 1 orang ), JAMH= 2(untuk 2 orang), JAMH=3(untuk 3 orang atau lebih)* Tingkat pendidikan DIDIK =1 (jika tidak sekolah atau tidak tamat SD), DIDIK =2 (jika tamat SD atau Tamat SLTP), DIDIK =3 (jika tamat SLTA atau lebih tinggi)* Status kerja SK = 1 (Bekerja), SK = 2 (Tidak Bekerja)*. Indeks kekayaan IK=1(Terendah)*, IK=2 (Menengah), IK= 3 (Tertinggi) Kelompok Umur Kel_umur= 1(untuk umur 15- 34 tahun), Kel_umur= (untuk umur 35- 49tahun)*. Riwayat kematian anak RKA = 1 (jika ada riwayat kematian anak), RKA = 2 (tidak ada riwayat kematian anak)* Komposisi Jenis Kelamin Anak KJK = 1 (jika Laki-laki saja), KJK = 2 (jika Perempuan saja), KJK = 3 (jika Perempuan dan laki-laki)* . Daerah tempat tinggal DTT =1 (Kota ), DTT=2 (Desa)*
Analisis & Pembahasan
Persentase kecenderungan wanita kawin yang ingin mempunyai anak lagi atau yang tidak ingin mempunyai anak lagi, menurut faktor sosial ekonomi dan demografi
Kecenderungan wanita kawin ingin mempunyai anak lagi Pengaruh jumlah anak masih hidup terhadap keinginan mempunyai anak lagi menurut tingkat pendidikan No Kecenderungan wanita kawin ingin mempunyai anak lagi ln (p/1-p) F-stat/ Z-stat OR P-Value 1 Jumlah anak masih hidup dan tingkat pendidikan secara bersama sama berpengaruh terhadap keinginan mempunyai anak lagi 10127,17 0,000*) 2 Tidak sekolah/tidak tamat SD 2.1 memiliki 1 anak masih hidup > memiliki anak 3 atau lebih. 11,683 11,21 2.2 memiliki 2 anak masih hidup > memiliki anak 3 atau lebih. 8,546 4,25 3 Berpendidikan tamat SD/SLTP 3.1 61,270 32,41 3.2 29,190 3,64 4 Berpendidikan tamat SLTA keatas 4.1 50,944 50,21 4.2 19,804 3,74 * Data mendukung hipotesis pada tingkat kepercayaan 1% Heer (1975), hadmadji (1991) semakin banyak anak yang hidup semakin rendah keinginan mempunyai anak lagi
Pengaruh status kerja terhadap keinginan mempunyai anak lagi menurut tingkat pendidikan dan jumlah anak masih hidup Mahmood,(1992) Meningkatnya biaya kesempatan dan nilai waktu bagi perempuan akan mengurangi motivasinya untuk memiliki/ menambah anak.
Pengaruh indeks kekayaan terhadap keinginan mempunyai anak lagi menurut tingkat pendidikan dan jumlah anak masih hidup Persentase Indeks kekayaan terhadap keinginan mempunyai anak lagi menurut tingkat pendidikan dan jumlah anak masih hidup
Hasil Pengujian Hipotesis Indeks Kekayaan Dibaba (2008) Wanita dari rumah tangga kuintil terkaya 2,5 kali kurang cenderung untuk menginginkan anak tambahan daripada wanita dari kuinti termiskin
Pengaruh kelompok umur terhadap keinginan mempunyai anak lagi menurut tingkat pendidikan dan jumlah anak masih hidup Siregar dan Linda (2004) , umur konsisten mempunyai hubungan positif dengan jumlah anak lahir hidup.
Pengaruh riwayat kematian anak terhadap keinginan mempunyai anak lagi menurut tingkat pendidikan dan jumlah anak masih hidup Mahmood (1992), dia juga menemukan di Paskistan dimana perempuan yang memiliki riwayat kematian kurang cenderung untuk mempunyai anak lagi dibanding yang tidak memiliki riwayat kematian anak hal dia jelaskan diduga bahwa kematian anak baru-baru ini dialami oleh seorang wanita mungkin memiliki implikasi psikologis, fisik, dan emosional, menyebabkan dia untuk mengekspresikan keinginan tanpa anak lagi ketika ditanya Hasil pengujian mempelihatkan arah hubungan yang negatif yang tidak sesuai dengan hipotesis
Pengaruh daerah tempat tinggal terhadap keinginan mempunyai anak lagi menurut tingkat pendidikan dan jumlah anak masih hidup Perempuan yang tinggal desa lebih cenderung ingin mempunyai anak daripada mereka yang tinggal di daerah perkotaan. (Ali,2000)
Pengaruh komposisi jenis kelamin terhadap keinginan mempunyai anak lagi menurut tingkat pendidikan Fuse (2010), keluarga di Indonesia cenderung menyukai komposisi jenis kelamin anak yang seimbang (balanced family atau mixed-sex composition).
Kesimpulan Dari hasil deskriptif menunjukkan bahwa 44,63 persen wanita kawin masih ingin untuk mempunyai anak lagi, keinginan untuk mempunyai anak lagi lebih tinggi pada wanita kawin: Berpendidikan tamat SLTA ke atas, Tidak bekerja, Indeks kekayaannya rendah, Memiliki 1 anak yang masih hidup, Pada kelompok umur muda (15-34 tahun), Tidak memiliki riwayat kematian anak, Tinggal di daerah perdesaan dan Memiliki komposisi jenis kelamin anak yang tidak seimbang (laki-laki saja atau perempuan saja).
Kesimpulan (2) Hasil analisis inferensia menunjukkan bahwa secara umum temuan hasil analisis mendukung arah hubungan seperti yang diajukan dalam hipotesis. Dengan memperhatikan tingkat pendidikan dan jumlah anak masih hidup, memiliki pengaruh negatif terhadap keinginan mempunyai anak lagi : wanita kawin yang bekerja, indeks menengah dan tinggi, dan tinggal di perkotaan. memiliki pengaruh Positif terhadap keinginan mempunyai anak lagi : wanita kawin yang berumur 15-34 tahun dan mempunyai komposisi jenis kelamin yang tidak seimbang memberikan pengaruh positif terhadap keinginan menambah anak. Dari penelitian ini juga ditemukan wanita kawin yang berpendidikan SLTA ke atas dan memiliki anak 3 atau lebih yang masih hidup, kelompok wanita yang bekerja lebih cenderung untuk mempunyai anak lagi dibandingkan dengan yang tidak bekerja.
Implikasi kebijakan Bagi wanita kawin yang telah memiliki anak 1, 2 maupun 3 ke atas yang masih hidup dan juga bagi wanita kawin yang memiliki komposisi jenis kelamin anak yang tidak seimbang, sehingga masih ingin mempunyai anak lagi, Perlu diberikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) tentang Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) anak laki-laki maupun anak perempuan sama saja. Juga ditekankan pada aspek menjarang kan bagi wanita yang baru mempunyai anak 1 dan pembatasan kelahiran pada wanita yang telah memiliki anak 2 dan 3 ke atas, mengingat resiko yang akan ditimbulkan karena seringnya melahirkan. Bagi wanita kawin yang berpendidikan tamat SLTA keatas yang kemungkinan sedang ‘catching up’ untuk memiliki anak perlu diingatkan resiko tinggi yang dapat timbul jika terlalu sering melahirkan (perbedaan usia antara anak sangat dekat), terlalu tua umur dan terlalu banyak anak dan juga tentang kesehatan reproduksi, agar tidak terlalu memaksakan untuk memiliki anak sesuai dengan jumlah dan komposisi anak yang diinginkan jika memang sudah membahayakan kesehatan ibu juga anak. Masih tingginya kecenderungan mempunyai anak lagi pada wanita kawin yang tidak sekolah atau tidak tamat SD, memiliki anak 2 dan 3 ke atas, tidak bekerja dan berada pada indeks kekayaan terendah dan bertempat tinggal di daerah perdesaan, maka perlu meningkatkan kesempatan pendidikan dan partisipasi dalam perekonomian dengan cara memberikan modal usaha, pelatihan yang dapat meningkatkan keterampilan mereka yang akan membantu meningkatkan ekonomi keluarga dan juga memberikan pelayanan KB yang terjangkau serta KIE mengenai manfaat keluarga yang berkualitas. Meningkatkan, memperluas dan mempermudah akses pelayanan informasi dan pelayanan KB agar dapat menjangkau target akseptor terutama di daerah terpencil atau kurang/tidak tersentuh dengan akses media massa (umumnya di daerah pedesaan). Hal ini dapat dilakukan dengan mengaktifkan kembali kader kader KB guna melakukan penyuluhan lewat interaksi langsung.
Terima kasih