Observasi ke rumah Makan khas padang “MAK ETEK” Dan Cara Membuat Rendang Khas Sumatera Barat. Tugas : Prakarya {kel.3} Kelas : XI IIS 2 Nama Anggota : Azha Eka Lestari Farhan Ramadhani Santoso Hanifah Ghafilah Romadhona Ori Bilqisthi Syaphira Djufri Rexy Mainaki
Keterangan informasi observasi Nama : Rumah Makan Khas Padang “Mak Etek” setba Rp 11.000 Lokasi : Perumahan Taman Sari, Blok D.23, Tiban. Waktu : Jumat, 2 September 2016 Pukul 2.35 WIB. Narasumber : Ibu Indrawati (owner)
PENDAHULUAN Latar Belakang B. Tujuan Latar belakang kami melakukan observasi ke rumah makan khas padang “Mak Etek” adalah karena kami ingin mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan aspek cara pembuatan produk yang dijual termasuk teknik memasaknya, hal-hal khusus yang harus diperhatikan saat proses memasak, keistimewaan makanan yang diperjualbelikan, aspek pemasaran baik modal, omzet/keuntungan yang diperoleh, hingga kesulitan-kesulitan yang ditemui pada saat proses pemasaran dilakukan. Melalui rasa keingintahuan tersebut, maka kami melakukan observasi ini. Sebagai pelajar, kami merasa hal-hal yang berkenaan dengan wirausaha seperti ini perlu diketahui sebagai pengetahuan umum yang bisa dijadikan bekal untuk kebutuhan masa depan. B. Tujuan 1. Mengetahui latar belakang berdirinya usaha rumah makan khas Padang“Mak Etek” 2. Mengetahui makanan apa saja yang dijual dan makanan yang menjadi favorit bagi konsumen 3. Mengetahui keistimewaan makanan khas yang disajikan serta kesulitan yang ditemukan dalam memasak 4. Mengetahui alat dan bahan yang digunakan serta teknik memasak yang digunakan
5. Mengetahui berapa modal yang dibutuhkan serta omzet yang didapatkan per hari 6. Mengetahui hal-hal khusus yang harus diperhatikan dalam memasak, khususnya dalam membuat rendang
Bahan-Bahan 1 kg Daging sapi/ayam pilihan, potong ukuran sesuai selera 3 buah kelapa Tua, jadikan santan kental 15 butir Bawang merah 8 siung Bawang putih 1 ons Cabai merah (kriting) 2 cm Jahe 2 cm lengkuas memarkan 1 sendok teh merica bubuk 2 batang Sereh geprek terlebih dahulu 2 biji asam kandis 2 buah Bunga pekak 3 lembar Daun jeruk 4 lembar Daun salam 1 lembar Daun kunyit Garam Gula pasir
Alat-alat Wajan/panci Kompor Pisau Talenan Pengaduk/spatula Piring Blender/mixer/Ulekan Sendok dan garpu
Langkah-langkah Pertama, Haluskan terlebih dahulu bawang merah dan putih, cabai, jahe dan lengkuas Mulai ungkep daging sapi/ayam yang sudah dipotong-potong dengan bumbu yang dihaluskan, tunggu sampai ber uap dan daging ungkepan kering.
3. Masukan santan kental, merica bubuk, sereh, asam kandis, bunga pekak, daun jeruk, daun salam, garam dan gula pasir, kemudian aduk hingga merata, jangan lupa daun kunyit juga tapi sobek-sobek terlebih dahulu 4. Tunggu sampai santan mendidih, dan sedikit mengeluarkan minyak, kemudian kecilkan api
5. Usahakan terus di aduk-aduk agar rendang tidak menempel pada wajan, tunggu sampai rendang berubah warna dan mengering 6. Angkat rendang, dan siap untuk disajikan.
Teknik memasak yang digunakan Teknik Braising Braising hampir sama dengan stewing, namun biasanya bahan makanan terlebih dahulu dimarinate/direndam dalam bumbu sebelum disetup. Atau di rebus secara perlahan-lahan agar bumbunya meresap hingga matang sesuai pada waktunya.
Sejarah makanan rendang. Penelusuran tentang sejarah rendang akan membawa kita ke salah satu daerah di Sumatera bagian barat, yaitu Minangkabau. Bagi masyarakat Minang, rendang sudah menjadi salah satu bagian dari kehidupan kuliner mereka sejak jaman nenek moyang mereka. Untuk sejarah kapan pertama kali rendang diciptakan sendiri, sayangnya tidak banyak bukti tertulis yang dapat ditemukan. Salah satu dugaan yang muncul di kalangan para peneliti adalah bahwa panganan ini telah muncul sejak orang Minang mengadakan acara adat mereka untuk pertama kalinya. Awal mula sejarah masakan rendang khas Padang ini terdengar dimana-mana mungkin terjadi karena seni memasak ini terus berkembang dari Riau, Mandailing, Jambi, bahkan hingga ke Negeri Sembilan yang merupakan negara bagian federasi Malaysia karena perantau Minang yang tinggal di sana.
Catatan tentang rendang sebagai makanan tradisional dari daerah Minangkabau ditemukan pada awal abad ke-19, namun Gusti Anan, seorang sejarawan dari Universitas Andalas di Padang memiliki dugaan bahwa rendang sudah mulai muncul sejak abad ke-16. Hal ini ia simpulkan dari catatan literatur abad ke-19 dimana tertulis bahwa masyarakat Minang darat sering bepergian menuju Selat Malaka hingga Singapura. Perjalanan tersebut mereka lalui dengan jalur air dan bisa memakan waktu kurang lebih sekitar satu bulan. Mengingat tidak adanya perkampungan di sepanjang perjalanan itu, para perantau ini pasti sudah menyiapkan bekal makanan yang akan tahan hingga waktu yang lama, dan makanan itu adalah rendang. Gusti juga menduga bahwa pembukaan kampung baru di pantai timur Sumatera hingga Singapura, Malaka, dan Malaysia oleh masyarakat Minang pada abad ke-16 juga sudah mengikutsertakan rendang sebagai makanan mereka karena perjalanan tersebut butuh waktu berbulan-bulan. elain dari catatan sejarah, sejarah masakan rendang khas Padang juga dapat ditemukan dalam catatan harian Kolonel Stuers yang pada tahun 1827 menulis tentang kuliner dan sastra. Di dalam catatan tersebut sering kali muncul secara implisit deskripsi kuliner yang diduga mengarah pada rendang dan tertulis istilah makanan yang dihitamkan dan dihanguskan. Hal ini, menurut Gusti, adalah salah satu metode pengawetan yang biasa dilakukan oleh masyarakat minang. Rendang sendiri berasal dari kata “merandang,” yaitu untuk memasak santan hingga kering secara perlahan hal ini cocok dengan rendang yang memang butuh waktu lama untuk dimasak hingga kuahnya kering.
Sejarah rendang juga tidak lepas dengan kedatangan orang-orang dari Arab dan India di kawasan pantai barat Sumatera. Dipercaya bahwa pada abad ke-14, sudah banyak orang-orang India yang tinggal di daerah Minang, dan bumbu serta rempah-rempah sudah diperkenalkan oleh orang-orang tersebut. Ada juga dugaan yang mengatakan bahwa masakan kari yang sudah menjadi makanan khas India dan diperkenalkan pada abad ke-15 di daerah Minang merupakan dasar dari rendang itu sendiri. Hal ini sangat mungkin mengingat adanya kontrak perdagangan dengan India pada masa itu. Ahli waris tahta kerajaan Paguruyung juga membuka adanya kemungkinan bahwa rendang merupakan kari yang diproses lebih lanjut. Yang membuatnya berbeda adalah rendang memiliki sifat yang lebih kering, sehingga bisa jauh lebih awet jika dibandingkan dengan kari.
Informasi modal, pendapatan dan keuntungan usaha per hari serta teknik penjualan dan kesulitan NOMINAL Modal Rp.700.000 Pendapatan +/-Rp. 1000.000 Keuntungan Rp. 200.000 Teknik penjualannya adalah dengan dijual langsung di rumah makan tersebut, dan juga melayani pesan antar untuk jasa catering berbagai acara seperti selamatan atau syukuran, arisan, aqiqah, dan acara-acara penting lainnya. Serta, kesulitan yang dihadapi adalah ketika mencari bahan baku untuk memasak sulit, khususnya pada hari-hari besar seperti hari raya Idul Fitri, beberapa bahan baku akan menjadi mahal seperti daging, cabai, bawang.
Kesimpulan dan saran Kesimpulan Rumah makan padang khas Padang “Mak Etek” ini adalah salah satu dari banyak rumah makan khas padang yang ada di Indonesia, kota Batam khususnya. Dalam keseharianya Ibu Indrawati memasak untuk langsung dijual pada hari itu juga. Dengan menggunakan bahan serta alat-alat yang umum digunakan oleh rumah makan yang lain. Makanan yang menjadi ‘primadona’ dalam rumah makan Ibu Indrawati adalah Rendang, karena rasanya yang lezat dan cukup terjangkau harganya. Dalam memasak pun Ibu ini menggunakan teknik yang sama yaitu dengan cara merebus perlahan-lahan sampai matang dan bumbunya meresap secara sempurna. Dan dalam penjualannya, Ibu Indrawati menjajakan makanannya di rumah makannya di rumah pribadinya sendiri, serta juga melayani service pesan antar catering untuk acara-acara penting. Dan usaha rumah makan ini bisa dijadikan sebagai salah satu inspirasi atau contoh bagi kita untuk membuka usaha bisnis yang mudah dan banyak peminatnya.
B. Saran Apabila kita ingin mencoba membuka usaha rumah makan seperti Ibu Indrawati ini, hal-hal yang sepatutnya diperhatikan adalah tingkat kebersihannya serta pemilihan bahan-bahan baku yang berkualitas, agar makanan yang kita sajikan dapat terus dan selalu diminati oleh konsumen. Selain kebersihan, tidak lupa soal citarasa dan pengemasan yang menarik agar konsumen semakin menyukai makanan yang kita perjualbelikan. Lalu, setelah kita mengikuti saran-saran diatas maka kita akan bisa menjadi wirausahawan yang sukses dalam mengembangkan usaha kita.