Disampaikan oleh Agustinus Suyoto, S.Pd BERBAHASA INDONESIA SECARA SANTUN Bahan Ajar Kelas XII Bahasa dan Budaya SMA Stella Duce 1 Yogyakarta Disampaikan oleh Agustinus Suyoto, S.Pd
FAKTOR PENYEBAB KEGAGALAN KOMUNIKASI Kegagalan komunikasi dapat disebabkan oleh beberapa factor, antara lain Mitra tutur tidak memiliki informasi lama (pengetahuan sebelumnya) mengenai pokok masalah yang dibicarakan. Mitra tutur tidak tertarik dengan informasi penutur. Mitra tutur tidak berkenan dengan cara yang digunakan untuk menyampaikan informasi penutur. Apa yang diinginkan oleh penutur tidak dimiliki oleh mitra tutur. Mitra tutur tidak memahami pesan yang dimaksud oleh penutur. Penutur terkendala kode etik dalam bertutur.
FAKTOR PENDUKUNG KEBERHASILAN KOMUNIKASI Komunikasi dapat berhasil jika didukung oleh beberapa factor, antara lain Ada kesepahaman topic yang dibicarakan antara penutur dan mitra tutur. Ada kesepahaman bahasa yang digunakan oleh penutur kepada mitra tutur. Mitra tutur tertarik dengan pesan yang disampaikan oleh penutur Penutur dan mitra tutur sama-sama dalam konteks dan situasi yang sama. Praanggapan penutur terhadap mitra tutur benar. Penutur mahir memanfaatkan daya bahasa yang menjadikan komunikasi efektif.
INDIKATOR KESANTUNAN BERBAHASA INDONESIA Menurut Grice (2000) santun tidaknya pemakaian bahasa dapat ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut Ketika berbicara harus mampu menjaga martabat mitra tutur agar tidak merasa dipermalukan. Ketika berkomunikasi tidak boleh mengatakan hal-hal yang kurang baik mengenai diri mitra tutur atau orang atau barang yang ada kaitannya dengan mitra tutur. Tidak boleh mengungkapkan rasa senang atas kemalangan mitra tutur. Tidak boleh menyatakan ketidaksetujuan dengan mitra tutur sehingga mitra tutur merasa jatuh harga dirinya. Tidak boleh memuji diri sendiri atau membanggakan nasib baik atau kelebihan diri sendiri.
Menurut Pranowo (2005) agar komunikasi dapat terasa santun, tuturan ditandai dengan hal-hal sebagai berikut : Perhatikan suasana perasaan mitra tutur sehingga ketika bertutur dapat membuat hati mitra tutur berkenan (ANGON RASA). Pertemukan perasaan Anda dengan perasaan mitra tutur sehingga isi komunikasi sama-sama dikehendaki karena sama-sama diinginkan (ADU RASA). Jagalah agar tuturan dapat diterima oleh mitra tutur karena mitra tutur sedang berkenan di hati (EMPAN PAPAN).
Jagalah agar tuturan memperlihatkan rasa ketidakmampuan penutur di hadapan mitra tutur (ANDHAP ASOR). Jagalah agar tuturan selalu memperlihatkan bahwa mitra tutur diposisikan pada tempat yang lebih tinggi (ANGURMATI) Jagalah agar tuturan selalu memperlihatkan bahwa apa yang dikatakan kepada mitra tutur juga dirasakan oleh penutur (TEPO SELIRA).
B.4 NILAI-NILAI PENDUKUNG KESANTUNAN BERBAHASA
Sikap Rendah Hati Sifat rendah hati muncul karena kesadaran bahwa setiap manusia memilikikekurangan baik karena bawaan atau karena pergaulan sosial. Manifes sikap/sifat rendah hati dalam berbahasa dapat dilihat melalui pilihan kata atau gaya berbahasa yang digunakan dalam bertutur. Contoh : Saya bukan pakar nuklir, tetapi apakah mungkin teknologi nuklir yang perlu dikembangkan di Indonesia bukan untuk keperluan persenjataan tetapi untuk pembangkit listrik, peralatan kedokteran, rekayasa genetika sehingga hasilnya menyejahterakan rakyat. Barangkali inilah tantangan bagi para ahli nuklir untuk memperjelasnya.
Sikap Empan Papan Adalah kesanggupan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan tempat dan waktu dalam bertindak dengan mitra tutur.
Sikap menjaga perasaan Adalah kemampuan menjajagi kondisi psikologis mitra tutur sebelum menyampaikan gagasan atau pemikirannya. Angon rasa adalah kesanggupan penutur untuk mengendalikan diri agar maksud yang ingin disampaikan sesuai dengan suasana hati mitra tutur.
Sikap mau berkorban Adalah kesanggupan seseorang untuk mau berkorban dengan mengesampingkan kepentingan diri sendiri dan tetap mau bekerja keras untuk kepentingan orang lain.
Sikap Mawas Diri
C. MENULIS TEKS REFLEKSI
C. 1 PENGERTIAN Adalah sebuah teks yang berisi uraian subyektif tentang pemahaman, sikap, tindakan, dan suasana batin yang mendasari seseorang dalam melakukan suatu tindakan atau pekerjaan. Refleksi selalu dimulai dari pengalaman nyata, kemudian pengalaman nyata tersebut dihubungkan dengan pemahaman diri terhadap konsep tertentu. Dari penghubungan tersebut akan muncul penilaian subyektif apakah pengalaman nyata kita sudah sejalan dengan konsep yang digariskan, mana yang melebihi tuntutan, mana yang sesuai tuntutan, dan mana yang belum mencapai tuntutan. Dari pembandingan tersebut akan muncul ide-ide reflektif untuk memperbaiki diri dan merencanakan tindakan peningkatan kualitas kerja selanjutnya.
Yang perlu digarisbawahi adalah bahwa refleksi bersifat subyektif (tidak ada standar kebenaran) dan kontemplatif (melalui permenungan diri). Refleksi selalu dihubungkan dengan pemahaman atas konsep tertentu (dalam hal ini konsep-konsep ketarakanitaan) Refleksi berangkat dari pengalaman nyata dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari (tugas dan tanggung jawabnya). Refleksi biasanya menyajikan keunggulan (pencapaian) beserta factor pendukungnya dan kekurangan (kegagalan) beserta factor penyebabnya, dan diakhiri dengan niatan untuk memperbaiki diri.
C. 2 STRUKTUR Secara umum karya tulis refleksi terdiri dari tiga bagian pokok, yaitu Pendahuluan Biasanya berisi cerita/kisah ketertarikan seseorang terhadap suatu pekerjaan/lembaga, latar belakang bergabungnya seseorang dalam suatu kelompok/lembaga Isi Uraian tentang pemahaman penulis terhadap konsep tertentu. Uraian tentang pekerjaan yang telah dilakukan selama ini Refleksi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan Rencana-rencana peningkatan kualitas kerja. Penutupan Biasanya berisi ungkapan niat, cetusan semangat untuk meningkatkan kualitas kerja.
C.3 BEBERAPA CATATAN Karya tulis refleksi bukan karya ilmiah, kebenarannya bersifat subyektif. Karya tulis refleksi tidak perlu mencantumkan sumber pustaka/daftar pustaka. Bahasa karya tulis reflektif lebih mengedepankan bahasa komunikatif.
Daftar Pustaka Arifin, Syamsir. 1980. Surat Menyurat Indonesia. Padang : Angkasa Raya Ehrlich, Eugene dan Gene R. Hawes. 1993. Komunikasi Lisan : Teknik Berbicara yang Membawa Anda ke Jenjang Sukses. Semarang : Dahara Prize. Finoza, Lamuddin. 1991. Aneka Surat Sekretaris dan Surat Bisnis Indonesia. Jakarta : Mawar Gempita G. Sukadi. 1993. Public Speaking bagi Pemula. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia. K.M. Hutabarat (ed). 1980. Korespondensi Bahasa Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pranowo. 2009. Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
SELESAI