Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
Model Rasio Pertumbuhan (RMP) adalah membandingkan pertumbuhan suatu kegiatan baik dalam skala yang lebih luas maupun dalam skala yang lebih kecil. rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs) dan rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPr).
Jika nilai RPR lebih besar dari 1 maka RPR dikatakan (+) dan jika RPR lebih kecil dari 1 dikatakan (-). RPR (+) menunjukkan bahwa pertumbuhan suatu kegiatan tertentu dalam tinkat kabupaten atau kecamatan lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB kabupaten atau PDRB wilayah kecamatan. Demikian pula sebaliknya jika RPR (-).
RPS membandingkan pertumbuhan kegiatan dalam tingkat wilayah kecamatan dengan pertumbuhan kegiatan yang bersangkutan pada tingkat kabupaten. Bila pertumbuhan suatu kegitan pada tingkat wilayah kecamatan lebih tinggi dibandinkan dengan pertumbuhan kegiatan tersebut pada tingkat kabupaten didefinisikan sebagai (+), Demikian sebaliknya jika RPS (-)
Dari analisis MRP akan diperoleh nilai riil dan nilai nominal kemudian kombinasi dari kedua perbandingan tersebut akan diperoleh deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial pada tingkat wilayah kecamatan yang terdiri dari 4 (empat) klasifikasi, yaitu: 1 Klasifikasi 1, yaitu nilai (+) dan (+) berarti kegiatan tersebut pada tingkat kabupaten mempunyai pertumbuhan menonjol dan demikian pula pada tingkat wilayah kecamatan. Kegiatan ini selanjutnya disebut sebagai dominan pertumbuhan. 2 Klasifikasi 2, yaitu nilai (+) dan (-) berarti kegiatan tersebut pada tingkat kabupaten mempunyai pertumbuhan menonjol namun pada tingkat wilayah kecamatan belum menonjol. Dalam analisis lebih rinci dimana pada tingkat wilayah kecamatan mempunyai pertumbuhan yang menonjol, tetapi pada tingkat kecamatan menonjol. 3 Klasifikasi 3, yaitu nilai (-) dan (+) berarti kegiatan tersebut pada tingkat kabupaten pertumbuhannya tidak menonjol, akan tetapi pada tingkat wilayah kecamatan pertumbuhan kegiatan tersebut menonjol. Dari sudut wilayah kecamatan, kegiatan ini diharapkan akan potensial peranannya dalam memberikan kontribusi pertumbuhan kabupaten. Oleh karena itu, kegiatan ini merupakan kegiatan potensial yang dapat dikembangkan di wilayah kecamatan. 4 Kalsifikasi 4, yaitu (-) dan (-) berarti kegiatan tersebut baik pada tingkat kabupaten dan pada tingkat wilayah kecamatan mempunyi pertumbuhan rendah
Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPR)
Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPS) Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPR) RPR : perbandingan antara laju pertumbuhan kegiatan i wilayah referensi dengan laju pertumbuhan total kegiatan (PDRB) wilayah referensi Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPS)
Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPS) RPS : perbandingan antara laju pertumbuhan kegiatan i wilayah studi dengan laju pertumbuhan total kegiatan (PDRB) wilayah referensi
DATA SEKTORAL KECAMATAN TULANGAN Sektor/Sub-sektor 2003 2004 Pertanian 83,200,555 8,481,202 1.1. Tanaman Bahan Makanan 2,319,306 2,365,456 1.2. Tanaman Perkebunan 4,553,825 4,645,661 1.3. Peternakan 1,413,246 1,435,882 1.4. Perikanan 33,678 34,203 Pertambangan & Penggalian 267 270 Industri Pengolahan 47,336,037 48,077,234 Produk Domestik Regional Bruto 79,973,509 81,636,716 DATA SEKTORAL KABUPATEN SIDOARJO Sektor/Sub-sektor 2003 2004 Pertanian 195,678.80 197,804.42 1.1. Tanaman Bahan Makanan 42,303.54 42,425.31 1.2. Tanaman Perkebunan 23,050.70 23,501.07 1.3. Peternakan 26,425.12 26,612.81 1.5. Perikanan 103,899.44 105,265.23 Pertambangan & Penggalian 194.13 196.25 Industri Pengolahan 2,131,435.8 2,189,865.31 Produk Domestik Regional Bruto 4,315,713.88 4,545,460.75 HITUNGLAH LQ, SS, DAN MRP