KEGAGALAN REPRODUKSI Kegagalan menunjukkan gejala-gejala berahi. Kegagalan menjadi bunting Kegagalan memelihara proses kebuntingan. Kegagalan memelihara/membesarkan anak
Kegagalan mengenal tanda-tanda berahi, sehingga perkawinan ternak dilakukan pada waktu yang tidak tepat. Terlampau cepat mengawinkan ternak pascaberanak. Kegagalan mengenal pemacek yang kurang subur atau mandul dalam suatu peternakan yang menggunakan lebih dari seekor pejantan. Menukar-nukar pejantan, jika seekor betina tidak langsung menjadi bunting pada perkawinan pertama. Dalam hal ini harus disadari akan bahaya penyakir koital/veneris.
Pemeriksaan kebuntingan tidak dilakukan secara teratur Pemeriksaan kebuntingan tidak dilakukan secara teratur. Sering terjadi bahwa sapi yang dipotong akibat kasus kemajiran ternyata bunting waktu pemotongan (40%). Kurang cepat minta bantuan pertolongan pada petugas kesehatan jika daya reproduksi ternak kurang memuaskan, sehingga keberhasilan penganggualangannya berkurang. Catatan perkawinan kurang lengkap atau bahkan tidak menggunakan catatan perkawinan.
KEGAGALAN MEMPERLIHATKAN GEJALA BERAHI A. Gangguan hormonal : 1. Dengan korpus luteum berfungsi : Korpora lutea persistens akibat adanya patologik uterus, Misalnya pyometra, mummifikasi fetus Sapi bunting Adanya kematian embrio muda. Berahi lemah (subestrus) dan berahi tenang (silent Estrus). Berahi tidak terobservasi/diketahui.
2. Ternak tanpa korpus lutea atau korpus lutea kecil atau tidak berfungsi : Berahi lemah, berahi tenang atau berahi tidak diketahui Emasio, kekurangan pakan, penyakit menahun dan senilitas Kelainan ovarium seperti hipoplasia, hipofungsi dsb.
Anestrus karena musim (seasenal anestrus) Anestrus karena musim (seasenal anestrus). Ovarium menjadi kecil dan keras dan terdapat folikel tanpa korpus luteum, konsentrasi LH, progesteron dan etradiol dalam serum rendah Anestrus karena laktasi (lactational anestrus). Fungsi utama kelenjar hipofise lebih terpusatkan pada pelepasan hormon prolaktin (LTH) untuk pembentukan air susu dan mempertahankan korpus luteum dari fungsi produksi hormon gonadotrophin (FSH dan LH) pada perangsangan kembalinya aktivitas berahi atau akrivitas ovarium
Anestrus karena usia. Penyebab: (1) kegagalan sel-sel folikuler untuk merespons stimulus hormon secara penuh; (2) perubahan kuantitas dan kualiotas hormon yang disekresikan; (3) lembahnya stimulus/rangsangan. Umur tua, akan mengakibatkan terjadinya hambatan fungsi poros hubungan hipotalamus-pituitari-ovarium disebabkan turunnya sekresi gonadotropin atau perubahan respons ovarium pada hormon tersebut.
KEGAGALAN MENJADI BUNTING - Pejantan yang mandul - Adanya kuman (brucellosis, vibriosis, trichomoniasis) - Metritis akibat kuman - Abnormalitas fungsional seperti salpingitis, sista ovari dsb.
KEGAGALAN MEMPERTAHANKAN KEBUNTINGAN Kejadian kematian pada masa kebuntingan sangat ditentukan oleh faktor genetik induk; adanya infeksi uterus sehingga mempengaruhi proses implantasi, plasentasi dan kemampuan hidup embrio. Umumnya akibat yang fatal dari fase ini adalah terjadinya abortus dan adanya kematian embrio akibat adanya kuman
KEGAGALAN MEMELIHARA ANAK Umumnya kegagalam memelihara anak dimulai bila terjadi kesulitan beranak (distocia), kesulitan menghasilkan susu (laktasi) dan adanya penyakit metabolisme (ketosis, pregnancy toxemia, milk fever), pada akhir masa kebuntingan dan selama laktasi. Akibat hal tersebut adalah terjadinya plasenta tidak mau keluar, kegagalan laktasi, prolapsus vagina atau uterus. Kesemuanya ini dapat dikategorikan sebagai gangguan reproduksi akibat kecelakaan. Umumnya pakan yang diberikan saat tiga bulan terakhir masa kebuntingan harus ditingkatkan agar kejadfian tersebut dapat dihindarkan.
PENYEBAB GANGGUAN REPRODUKSI Akibat faktor pengelolaan, termasuk teknik inseminasi, tenaga pelaksana yang kurang trampil, kekurangan pakan, defisiensi mineral dan sebagainya. Faktor ternak. Akibat kecelakaan, misalnya distokia, torsio uteri dan lain-lainnya