Membumikan Ahlussunnah Wal-Jama’ah Di Era Golbalisasi Pondok Pesantren Darut Tauhid Injelan Panggung Sampang Madura
Makna Ahlussunnah Wal-Jama’ah Ahlussunnah Wal-Jama’ah merupakan istilah yang terbentuk dari tiga komponen: 1 Ahlun 2 Al-Sunnah 3 Al-Jama’ah
Makna Ahlussunnah Wal-Jama’ah Ahlun bermakna: 1 Keluarga (Ahlul bayt, keluarga rumah tangga) 2 Pengikut (Ahlussunnah, pengikut sunnah) 3 Penduduk (Ahlul Jannah, penduduk surga)
Makna Ahlussunnah Wal-Jama’ah Makna al-Sunnah Secara kebahasaan: jejak dan langkah Secara syar’i: jejak yang diridhai dan menjadi pijakan dalama agama, yang pernah ditempuh oleh Rasulullah SAW atau orang yang menjadi panutan dalam agama seperti sahabat Secara ‘urfi (tradisi): Ajaran yang dilalui oleh seorang panutan dalam agama, seperti nabi atau wali.
Makna Ahlussunnah Wal-Jama’ah السنة لغة الطريقة ولو غير مرضية، وشرعا اسم للطريقة المرضية المسلوكة في الدين سلكها رسول الله صلى الله عليه وسلم أو غيره ممن هو علم في الدين كالصحابة رضي الله عنهم، لقوله صلى الله عليه وسلم: عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين من بعدي، وعرفا ما واظب عليه مقتدى نبيا كان أو وليا، والسني منسوب إلى السنة اهـ (حضرة الشيخ محمد هاشم أشعري، رسالة أهل السنة والجماعة ص/5).
Makna Ahlussunnah Wal-Jama’ah Makna al-Jama’ah: menjaga kekompakan, kebersamaan dan kolektifitas, kebalikan dari kata al-furqah (golongan yang berpecah belah). Dikatakan al-jama’ah, karena golongan ini selalu memelihara kekompakan, kebersamaan dan kolektifitas terhadap sesama. Meskipun terjadi perbedaan pandangan di kalangan sesama mereka, perbedaan tersebut tidak sampai mengkafirkan, membid’ahkan dan memfasikkan orang yang berbeda.
Makna Ahlussunnah Wal-Jama’ah
Siapa Ahlussunnah Wal-Jama’ah? Tidak semua aliran dalam Islam mengklaim sebagai Ahlussunnah Wal-Jama’ah. Khawarij menganggap dirinya al-syurat. Syi’ah menganggap dirinya Syi’ah Ali dan Ahlul Bayt. Mu’tazilah menganggap dirinya ahlul ‘adli wat tauhid dan lain sebagainya.
Dalam perjalanan sejarah, hanya dua golongan yang mengklaim dirinya Ahlussunnah Wal-Jama’ah: 1. Golongan mayoritas kaum Muslimin (jumhur al-muslimin) yang mengikuti madzhab al-Asy’ari dan al-Maturidi 2. Kelompok minoritas yang mengikuti paradigma pemikiran Syaikh Ibn Taimiyah al-Harrani, yang dewasa ini disebut Wahhabi, Salafi dan lain-lain.
Pemenang dalam pertarungan Dalam pertarungan ideologis, antara golongan mayoritas kaum Muslimin perngikut madzhab al-Asy’ari dan al-Maturidi si satu pihak, menghadapi kelompok minoritas umat Islam yang mengikuti madzhab Ibn Taimiyah di pihak lain, selalu dimenangkan oleh golongan mayoritas kaum Muslimin pengikut madzhab al-Asy’ari dan al-Maturidi.
Mengapa menjadi pemenang? Golongan mayoritas kaum Muslimin madzhab al-Asy’ari dan al-Maturidi menjadi pemenang dalam pertarungan menghadapi kelompok minoritas, dan bahkan menghadapi semua aliran yang ada, karena madzhab tersebut didasarkan pada dalil yang kuat dari al- Qur’an, Sunnah dan dalil rasional.
Mengapa kita Ahlussunnah Wal-Jama’ah? Apabila Ahlussunnah Wal- Jama’ah disebutkan, maka yang dimaksud adalah pengikut madzhab al-Asy’ari dan al- Maturidi. (Ithaf al-Sadah al- Muttaqin, juz 2 hal. 6).
1. Mengikuti al-Jama’ah Dari Mu'awiyah bin Abi Sufyan , bahwa Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya orang sebelum kamu dari pengikut Ahlil-kitab terpecah belah menjadi 72 golongan. Dan umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan, 72 dua golongan akan masuk ke neraka, dan satu golongan yang akan masuk surga, yaitu golongan al-jama'ah.“ (HR. Abu Dawud dan Ahmad). عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ أَبِي سُفْيَانَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ قَالَ : أَلاَ إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ افْتَرَقُوا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ، ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ، وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَهِيَ الْجَمَاعَةُ. رواه ابو داود واحمد
Al-Jama’ah memiliki 4 makna A. Disebut aliran al-Jama’ah B. Mengikuti ijma’ ulama C. Memelihara kebersamaan dan kolektifitas D. Golongan mayoritas kaum Muslimin
A. Disebut aliran al-Jama’ah وَمِنْهَا جَاءَ فِيْ رِوَايَةٍ أُخْرَى أَنَّهُ سُئِلَ عَنِ الْفِرْقَةِ النَّاجِيَةِ فَقَالَ: الْجَمَاعَةُ، وَهَذِهِ صِفَةٌ مُخْتَصَّةٌ بِنَا، لأَنَّ جَمِيْعَ الْخَاصِّ وَالْعَامِّ مِنْ أَهْلِ الْفِرَقِ الْمُخْتَلِفَةِ يُسَمُّوْنَهُمْ أَهْلَ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ، وَكَيْفَ يَتَنَاوَلُ هَذَا اْلاِسْمُ الْخَوَارِجَ وَهُمْ لاَ يَرَوْنَ الْجَمَاعَةَ، وَالرَّوَافِضَ وَهُمْ لاَ يَرَوْنَ الْجَمَاعَةَ، وَالْمُعْتَزِلَةَ وَهُمْ لاَ يَرَوْنَ صِحَّةَ اْلإِجْمَاعِ، وَكَيْفَ تَلِيْقُ بِهِمْ هَذِهِ الصِّفَةُ الَّتِيْ ذَكَرَهَا الرَّسُوْلُ اهـ. (الإمام أبو المظفر الاسفراييني، التبصير في الدين، ص/185-186).
A. Disebut aliran al-Jama’ah Di antara ciri khas Ahlussunnah Wal-Jama'ah, adalah diterangkan dalam riwayat lain, bahwa Nabi pernah ditanya tentang kelompok yang selamat, lalu beliau menjawab: "Kelompok yang selamat adalah al-jama'ah". Ini adalah identitas yang khusus pada kami (madzhab al- Asy'ari dan al-Maturidi), karena semua orang yang alim dan yang awam dari berbagai golongan, menamakan mereka dengan nama Ahlussunnah Wal-Jama'ah. Khawarij, bukan ASWAJA karena mereka tidak berpandangan perlunya menjaga kebersamaan. Rafidhah (Syiah), bukan ASWAJA karena mereka juga tidak berpandangan perlunya menjaga kebersamaan. Mu'tazilah bukan ASWAJA, karena mereka tidak mengakui kebenaran ijma' sebagai dalil. Sifat kolektifitas yang disebutkan oleh Rasul ini tidak layak bagi mereka.
Apakah Wahhabi Ahlussunnah Wal-Jama’ah? Imam al-Shawi berkata: “Ayat ini turun mengenai orang-orang Khawarij, pendistorsi penafsiran al-Qur’an dan Sunnah, yang menghalalkan darah dan harta kaum Muslimin, sebagaimana yang terjadi dewasa ini pada golongan mereka, yaitu kelompok Wahhabi di Hijaz….” (Tafsir al- Shawi 3/307). هذه الآية نزلت في الخوارج الذين يحرفون تأويل الكتاب والسنة ويستحلون بذلك دماء المسلمين وأموالهم كما هو مشاهد الآن في نظائرهم وهم فرقة بأرض الحجاز يقال لهم الوهابية يحسبون أنهم على شيء الا إنهم هم الكاذبون. (تفسير الصاوي، 3/307).
Apakah Wahhabi Ahlussunnah Wal-Jama’ah? Muhammad Amin Afandi (Ibn Abidin) berkata: “Masalah tentang pengikuti Ibn Abdil Wahhab, Khawarij kontemporer. (Maksud, Khawarij mengkafirkan para sahabat Nabi saw) ini bukan persyaratan sebagai aliran Khawarij. Mereka cukup dengan mengkafirkan lawan politiknya sudah dianggap Khawarij seperti pengikut Muhammad bin Abdil Wahhab”. Hasyiyah Radd al- Muhtar (2/262). قال الإمام محمد أمين أفندي المعروف بابن عابدين في كتابه حاشية رد المحتار: مطلب في أتباع ابن عبد الوهاب الخوارج في زماننا. (قوله ويكفرون أصحاب نبينا) علمت أن هذا غير شرط في مسمى الخوارج، فيكفي فيهم اعتقادهم كفر من خرجوا عليه، كما وقع في زماننا في أتباع محمد بن عبد الوهاب. حاشية رد المحتار على الدر المختار (4/262).
B. Mengikuti Ijma’ Ulama عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : إِنَّ اللهَ لاَ يَجْمَعُ أُمَّتِيْ عَلَى ضَلاَلَةٍ، وَيَدُ اللهِ مَعَ الْجَمَاعَةِ، وَمَنْ شَذَّ شَذَّ إِلىَ النَّارِ.(رواه الترمذي (2167) والحاكم (1/115)، وهو صحيح بطرقه وشواهده. Ibn Umar berkata, Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengumpulkan umatku, atas kesesatan. Pertolongan Allah selalu bersama jama'ah. Dan barangsiapa yang mengucilkan diri dari jama'ah, maka ia mengucilkan dirinya ke neraka."
B. Mengikuti Ijma’ Ulama Khawarij, Syi’ah (Rawafidh) dan Mu’tazilah tidak menganggap ijma’ sebagai dalil yang otoritatif dalam pengambilan hukum agama. (Abu al- Muzhaffar al- Asfirayini, al-Tabshir fi al-Din, hal. 185-186). وَكَيْفَ يَتَنَاوَلُ هَذَا اْلاِسْمُ الْخَوَارِجَ وَهُمْ لاَ يَرَوْنَ الْجَمَاعَةَ، وَالرَّوَافِضَ وَهُمْ لاَ يَرَوْنَ الْجَمَاعَةَ، وَالْمُعْتَزِلَةَ وَهُمْ لاَ يَرَوْنَ صِحَّةَ اْلإِجْمَاعِ، وَكَيْفَ تَلِيْقُ بِهِمْ هَذِهِ الصِّفَةُ الَّتِيْ ذَكَرَهَا الرَّسُوْلُ اهـ. (الإمام أبو المظفر الاسفراييني، التبصير في الدين، ص/185-186).
B. Mengikuti Ijma’ Ulama Al-Hafizh Waliyuddin al- ’Iraqi berkata: Ilmu Ibn Taimiyah lebih besar dari pada akalnya. Ia melanggar ijma’ ulama dalam sekian banyak masalah, sekitar 60 masalah, sebagian dalam bidang akidah dan sebagian dalam bidang furu’. Ia menyalahi ijma’ sesudah terjadinya kesepakatan para ulama.” (Muqaddimah al- Durrah al-Mudhiyyah karya Imam al-Subki). قال الإمام الحافظ ولي الدين العراقي في كتابه الأجوبة المرضية على الأسئلة المكية: (علمه أي ابن تيمية أكبر من عقله). وقال أيضا: إنه خرق الإجماع في مسائل كثيرة قيل تبلغ ستين مسألة بعضها في الأصول وبعضها في الفروع خالف فيها بعد انعقاد الإجماع عليها). مقدمة الدرة المضية للإمام تقي الدين السبكي.
B. Mengikuti Ijma’ Ulama Hukum mengusap, mencium dan mengusapkan pipi terhadap makam Nabi saw menurut Ibn Taimiyah. Tidak boleh berdasarkan kesepakatan kaum Muslimin, meskipun makam para nabi. Hal tersebut belum pernah dilakukan oleh siapapun dai kalangan salaf dan ulamanya. قال ابن تيمية في زيارة القبور (33) بيان حكم التمسح بالقبر وتقبيله وتمريغ الخد عليه وأما التمسح بالقبر أي قبر كان وتقبيله وتمريغ الخد عليه فمنهي عنه باتفاق المسلمين ولو كان ذلك من قبور الأنبياء ولم يفعل هذا أحد من سلف الأمة وأئمتها بل هذا من الشرك
Mengusap Makam Nabi saw
Mengusap Makam Nabi قال الإمام عبد الله بن الإمام أحمد بن حنبل: Imam Ahmad ditanya oleh putranya, Abdullah: Aku bertanya tentang seseorang mengusap mimbar Nabi , dengan tujuan rabarruk, dan menciumnya dan melakukan hal yang sama terhadap makam Nabi dengan tujuan taqarrub kepada Allah. Beliau menjawab, boleh. قال الإمام عبد الله بن الإمام أحمد بن حنبل: سألته عن الرجل يمس منبر النبي ويتبرك به ويقبله ويفعل بالقبر مثل ذلك أو نحو هذا يريد بذلك التقرب إلى الله عز وجل فقل: لا بأس بذلك. (الإمام أحمد بن حنبل: كتاب العلل ومعرفة الرجال، ص/492).
Mengusap Makam Nabi
Mengusap Makam Nabi
C. Memelihara Kebersamaan & Kolektifitas Kata al-jama'ah di atas juga mengacu pada arti kebersamaan dan kolektifitas, sehingga kata al-jama'ah tersebut menjadi identitas golongan yang selalu memelihara sikap kebersamaan, kerukunan dan kolektifitas; dengan meninggalkan sikap saling mengkafirkan, membid'ahkan dan memfasikkan, meskipun di antara mereka terjadi perbedaan pendapat.
C. Menjaga Kebersamaan & Kolektifitas Bab lima, menerangkan tentang penjagaan Allah terhadap Ahlussunnah dari saling mengkafirkan antara sesama mereka. Ahlussunnah tidak saling mengkafirkan antara sesama mereka. Di antara mereka tidak ada perselisihan pendapat yang membawa pada pemutusan hubungan dan pengkafiran. Oleh karena itu, mereka memang golongan al-jama'ah (selalu menjaga kebersamaan dan keharmonisan) yang melaksanakan kebenaran. Allah selalu menjaga kebenaran dan pengikutnya, sehingga mereka tidak terjerumus dalam ketidakharmonisan dan pertentangan. اَلْفَصْلُ الْخَامِسُ فِيْ بَيَانِ عِصْمَةِ اللهِ أَهلَ السُّنَّة عَنْ تَكْفِيْرِ بَعْضِهِمْ بَعْضًا. أَهْلُ السُّنَّةِ لاَ يُكَفِّرُ بَعْضُهُمْ بَعْضًا، وَلَيْسَ بَيْنَهُمْ خِلاَفٌ يُوْجِبُ التَّبَرِّيَ وَالتَكْفِيْرَ، فَهُمْ إِذَنْ أَهْلُ الْجَمَاعَةِ الْقَائِمُوْنَ بِالْحَقِّ، وَاللهُ تَعَالَى يَحْفَظُ الْحَقَّ وَأَهْلَهُ، فَلاَ يَقَعُوْنَ فِي تَنَابُذٍ وَتَنَاقُضٍ، (الإمام ابو منصور البغدادي، الفرق بين الفرق، 282).
C. Menjaga Kebersamaan & Kolektifitas Dan tidak ada satu golongan di antara golongan-golongan sempalan, kecuali di antara mereka terjadi sikap saling mengkafirkan dan memutus hubungan, seperti aliran Khawarij, Syiah dan Qadariyah (Mu'tazilah). Sehingga pernah suatu ketika, tujuh orang dari mereka berkumpul dalam satu majlis, lalu mereka berbeda pendapat dan mereka berpisah dengan saling mengkafirkan antara yang satu dengan yang lain. وَلَيْسَ فَرِيْقٌ مِنْ فِرَقِ الْمُخَالِفِيْنَ إِلاَّ وَفِيْهِمْ تَكْفِيْرُ بَعْضِهِمْ لِبَعْضٍ، وَتَبَرِّىْ بَعْضِهِمْ مِنْ بَعْضٍ كَالْخَوَارِجِ وَالرَّوَافِضِ وَالْقَدَرِيَّةِ، حَتَّى اجْتَمَعَ سَبْعَةٌ مِنْهُمْ فِيْ مَجْلِسٍ وَاحِدٍ فَافْتَرَقُوْا عَنْ تَكْفِيْرِ بَعْضِهِمْ بَعْضًا. (الإمام ابو منصور البغدادي، الفرق بين الفرق، 282).
Perpecahan di kalangan Wahhabi Dr. Abdul Muhsin al- Abbad al-Badar, ulama Wahhabi Madinah: Sesama telah terjadi tafarruq (perpecahan), ikhtilaf (perselisihan), tabdi’ (saling membid’ahkan), tahajur (saling tidak bertegur sapa), taqathu’ (saling memutus hubungan).
Perpecahan Wahhabi Indonesia
D. Kelompok Mayoritas Umat لِيُعْلَمْ أَنَّ أَهْلَ السُّنَّةِ هُمْ جُمْهُوْرُ اْلأُمَّةِ الْمُحَمَّدِيَّةِ وَهُمُ الصَّحَابَةُ وَمَنْ تَبِعَهُمْ فِي الْمُعْتَقَدِ اَيْ فِيْ اُصُوْلِ اْلاِعْتِقَادِ . . . وَالْجَمَاعَةُ هُمُ السَّوَادُ اْلاَعْظَمُ. Hendaklah diketahui bahwa Ahlussunnah adalah mayoritas umat Muhammad . Mereka adalah para sahabat dan golongan yang mengikuti mereka dalam prinsip-prinsip akidah. . . Sedangkan al-jama'ah adalah mayoritas terbesar (al-sawad al-a'zham) kaum Muslimin.
D. Golongan Mayoritas Umat Dari Anas bin Malik , berkata: "Aku mendengar Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadinya perselisihan, maka ikutilah kelompok mayoritas.“ (HR. Ibn Majah). عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ يَقُولُ، سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ يَقُولُ: إِنَّ أُمَّتِيْ لاَ تَجْتَمِعُ عَلَى ضَلاَلَةٍ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ اِخْتِلاَفًا فَعَلَيْكُمْ بِالسَّوَادِ اْلأَعْظَمِ. (رواه ابن ماجه).
D. Kelompok Mayoritas Umat
2. Mengikuti Ajaran Nabi & Sahabat Dari Abdullah bin Amr , bekata: "Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya umat Bani Isra'il terpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan umatku akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya akan masuk neraka kecuali satu golongan yang akan selamat." Para sahabat bertanya: "Siapa satu golongan yang selamat itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Golongan yang mengikuti ajaranku dan ajaran sahabatku.“ (HR. Al-Tirmidzi). عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ : "إِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي".
2. Mengikuti Ajaran Nabi & Sahabat Hendaknya diketahui, bahwa masing-masing dari al-Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari dan al- Imam Abu Manshur al-Maturidi – semoga Allah meridhai keduanya dan membalas kebaikan mereka kepada Islam-, tidak membuat pendapat baru dan tidak menciptakan madzhab baru dalam Islam. Mereka hanya menetapkan pendapat-pendapat ulama salaf, dan membela ajaran sahabat Rasulullah . Mereka telah berdebat dengan kalangan ahli bid'ah dan kesesatan sampai mereka takluk dan melarikan diri. (Syarh Ihya’ ‘Ulum al-Din). وَلْيُعْلَمْ أَنَّ كُلاًّ مِنَ اْلإِمَامَيْنِ أَبِي الْحَسَنِ وَأَبِيْ مَنْصُوْرٍ - رَضِيَ الله عَنْهُمَا - وَجَزَاهُمَا عَنِ اْلإِسْلاَمِ خَيْراً لَمْ يُبْدِعَا مِنْ عِنْدِهِمَا رَأْياً وَلَمْ يَشْتَقَّا مَذْهَباً إِنَّمَا هُمَا مُقَرِّرَانِ لِمَذَاهِبِ السَّلَفِ مُنَاضِلاَنِ عَمَّا كَانَتْ عَلَيْهِ أَصْحَابُ رَسُوْلِ اللهِ ...وَنَاظَرَ كُلٌّ مِنْهُمَا ذَوِي الْبِدَعِ وَالضَّلاَلاَتِ حَتَّى انْقَطَعُوْا وَوَلّوْا مُنْهَزِمِيْنَ. (الحافظ الزبيدي،إتحاف السادة المتقين).
2. Mengikuti Ajaran Nabi & Sahabat Abdul Aziz bin Baz, ulama Wahhabi kontemporer: Mayoritas umat Islam kembali ke agama Jahiliyah, terjerumus dalam berbagai macam syirik, tidak mengerti makna kalimat tauhid
2. Mengikuti Ajaran Nabi & Sahabat Uqbah bin Amir berkata: "Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya aku adalah pendahulu kalian di telaga (Kautsar). Sesungguhnya luas telaga itu seperti antara Ailah dan Juhfah. Sesungguhnya aku tidak khawatir akan syirik sesudahku, namun aku khawatir kalian akan rebutan dunia dan saling membunuh karenanya, sehingga akhirnya kalian binasa sebagaimana orang-orang sebelum kalian telah binasa.“ (HR. Muslim). عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ قال رَسُولُ اللهِ إِنِّي فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ وَإِنَّ عَرْضَهُ كَمَا بَيْنَ أَيْلَةَ إِلَى الْجُحْفَةِ إِنِّي لَسْتُ أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُشْرِكُوا بَعْدِي وَلَكِنِّي أَخْشَى عَلَيْكُمْ الدُّنْيَا أَنْ تَنَافَسُوا فِيهَا وَتَقْتَتِلُوا فَتَهْلِكُوا كَمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ. (رواه مسلم).
3. Ulamanya Menjadi Rujukan Umat dalam setiap generasi Al-Syihab al-Khafaji berkata dalam kitab Nasim al-Riyad, "Golongan yang selamat adalah Ahlussunnah Wal-Jama'ah." Dalam catatan pinggir al- Syanawai atas Mukhtashar Ibn Abi Jamrah terdapat keterangan, "Mereka [Ahlussunnah Wal- Jama'ah] adalah Abu al-Hasan al-Asy'ari dan pengikutnya yang merupakan Ahlussunnah dan pemimpin para ulama, karena Allah SWT menjadikan mereka sebagai hujjah atas makhluk- Nya dan hanya mereka yang menjadi rujukan kaum Muslimin dalam urusan agama. قَالَ الشِّهَابُ الْخَفَاجِيُّ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى فِي نَسِيْمِ الرِيَاضِ: وَالْفِرْقَةُ النَّاجِيَةُ هُمْ أَهْلُ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَفِيْ حَاشِيَةِ الشَّنَوَانِيِّ عَلىَ مُخْتَصَرِ ابْنِ أَبِيْ جَمْرَةَ: هُمْ أَبُو الْحَسَنِ اْلأَشْعَرِيُّ وَجَمَاعَتُهُ أَهْلُ السُّنَّةِ وَأَئِمَّةُ الْعُلَمَاءِ، لأَنَّ اللهَ تَعَالَى جَعَلَهُمْ حُجَّةً عَلىَ خَلْقِهِ، وَإِلَيْهِمْ تَفْزَعُ الْعَامَّةُ فِيْ دِيْنِهِمْ. (حضرة الشيخ محمد هاشم أشعري، رسالة أهل السنة والجماعة).
3. Ulamanya Menjadi Rujukan Umat dalam setiap generasi Dari Ibrahim al-'Udzri , dia berkata: "Rasulullah bersabda: "Ilmu agama ini akan dibawa/disampaikan oleh orang-orang yang adil (dipercaya) dalam setiap generasi. Mereka akan membersihkan ilmu agama dari distorsi (pemalsuan) kelompok yang ekstrem, kebohongan mereka yang bermaksud jahat dan penafsiran mereka yang bodoh." عَنْ إِبْرَاهِيْمَ الْعُذْرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : يَحْمِلُ هَذَا الْعِلْمَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُوْلُهُ يَنْفَوْنَ عَنْهُ تَحْرِيْفَ الْغَالِيْنَ وَانْتِحَالَ الْمُبْطِلِيْنَ وَتَأْوِيْلَ الْجَاهِلِيْنَ. (رواه الخطيب البغدادي وابن عساكر).
3. Ulamanya Menjadi Rujukan Umat dalam setiap generasi Al-Hafizh Ibnu Asakir: Mayoritas ulama di seluruh daerah, para imam di seluruh kota dan setiap masa mengikuti dan menyebarkan madzhab al-Asy’ari. (Tabyin Kidzb al-Muftari, hal. 410).
3. Ulamanya Menjadi Rujukan Umat dalam setiap generasi Di antara sebab tersebarnya madzhab al- Asy'ari ialah, bahwa mayoritas ulama berpegangan dengan madzhab tersebut dan menjadi pembelanya. Mereka bukan sekedar pengikut madzhab al- Asy'ari saja, tetapi mereka juga penulis dan pengajak kepada madzhab ini.
4. Golongan Yang Mendapat Hidayah Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS. al- 'Ankabut : 69). وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (69)
4. Golongan Yang Mendapat Hidayah Para Ulama yang membela Islam dari serangan berbagai aliran, baik melalui penulisan buku-buku, maupun melalui perdebatan terbuka, dari kalangan pengikut madzhab Asy’ari dan Maturidi. (Jihad dengan Pena dan lidah). Kaum Muslimin yang menyebarkan Islam dan menghadang orang-orang non Muslim di berbagai daerah adalah pengikut madzhab al-Asy’ari dan al-Maturidi. (Jihad dengan pedang).
Keutamaan madzhab al-Asy’ari dan al-Maturidi Dari Bisyr al-Khats'ami , bahwa dia mendengar Nabi bersabda: "Kelak umatku akan benar- benar menaklukkan kota Konstantinopel. Maka sebaik-baik pemimpin, adalah pemimpin penaklukan itu dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan penakluk tersebut." عن بِشْرٍ الْخَثْعَمِيُّ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ يَقُولُ لَتُفْتَحَنَّ الْقُسْطَنْطِينِيَّةُ فَلَنِعْمَ اْلأَمِيرُ أَمِيرُهَا وَلَنِعْمَ الْجَيْشُ ذَلِكَ الْجَيْشُ. (رواه أحمد).
Keutamaan madzhab al-Asy’ari dan al-Maturidi قَالَ الْقُشَيْرِيُّ: فَأَتْبَاعُ أَبِي الْحَسَنِ مِنْ قَوْمِهِ، لأَنَّ كُلَّ مَوْضِعٍ أُضِيْفَ فِيْهِ قَوْمٌ إِلَى نَبِيٍّ أرِيْدَ بِهِ اْلاَتْبَاعُ. (تفسير القرطبي). Al-Qusyairi berkata: "Pengikut madzhab Abi al- Hasan al-Asy'ari termasuk kaum Abu Musa al-Asy'ari, karena setiap terjadi penisbahan kata kaum terhadap seorang nabi di dalam al-Qur'an, maka yang dimaksudkan adalah pengikutnya." عَنْ عِيَاضْ اْلأَشْعَرِيِّ قَالَ : لَمَّا نَزَلَتْ فَسَوْفَ يَأتِي اللهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ ويحبونه...(المائدة : 54) قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : هُمْ قَوْمُ هَذَا، وَأَشَارَ إِلَى أَبِيْ مُوْسَى اْلأَشْعَرِيِّ. رواه الحكم في المستدرك وصححه. Dari Iyadh al-Asy'ari , dia berkata: "Ketika ayat, "Allah SWT akan mendatangkan satu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya", maka Rasulullah J bersabda sambil menunjuk kepada Abu Musa al-Asy'ari: "Mereka adalah kaumnya laki-laki ini".