MEMAHAMI PEMBERIAN IMUNISASI PASIF PADA BAYI, BALITA & ANAK BY : DEWI RINI ASTUTI ZEGA, SST
B. JENIS IMUNISASI PASIF DEFINISI Adalah : Penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi di dalam tubuh meningkat, karena tubuh anak tidak membuat zat antibody sendiri, tetapi kekebalan tersebut diperoleh dari luar setelah memperoleh zat penolakan, sehingga prosesnya cepat tetapi tdk bertahan lama karena akan di metabolisme oleh tubuh B. JENIS IMUNISASI PASIF Imunisasi pasif alamiah (bawaan) Bayi mendapatkan zat antibodi dari ibunya sewaktu didalam kandungan, yaitu melalui pembuluh darah menembus plasenta, yaitu Campak Jenis antibodi yg disalurkan melalui plasenta adalah Imunoglobulin G (IgG) Imunoglobulin A (IgA) melalui colostrum (ASI)
Imunisasi Pasif Buatan Dimana kekebalan ini diperoleh setelah mendapatkan suntikan zat penolakan atau saat seseorang menerima plasma atau serum yg mengandung antibodi tertentu untuk menunjang kekebalan tubuhnya mis : ATS Jenis imunisasi pasif dari cara pemberian dan jenis antibodi yg diinginkan, Yaitu : Imunoglobulin yg diberikan secara IM (IG) Imunoglobulin yg diberikan secara IV (IGIV) Imunoglobulin spesifik (hyperimmune) Plasma manusia Antiserum (antibodi dari binatang)
C. INDIKASI IMUNISASI PASIF Adanya difisiensi imun primer Adanya defisiensi imun sekunder akibat suatu penyakit Perlunya antibodi siap pakai segera saat terpapar infeksi, yg tidak dpt terpenuhi dengan pemberian vaksinasi, mis : pada neonatus dengan ibu HBsAg positif Sebagai pengobatan, mis : pada penderita tetanus Sebagai pengobatan anti inflamasi terhadap kerja toksin pada organ tertentu
Ad.1. Imunoglobulin (IG) Intramuskuler Indikasi Pemberian IG Terapi defisiensi antibodi Profilaksis hepatitis A Profilaksis campak b. Efek samping Imunoglobulin Adanya rasa sakit pada tempat penyuntikan Muka kemerahan (flushing) Nyeri kepala, menggigil, mual Reaksi yg berat jarang timbul
Ad.2. Imunoglobulin Intravena (IGIV) c. Perhatian Khusus Pada Pemberian Imunoglobulin Hati2 memberikan IG pada pasien yang pernah mengalami alergi pada pemberian IG Harus tersedia obat & peralatan kedaruratan untuk mengatasi reaksi sistemik akut atau anafilaksis (alergi), meskipun jarang terjadi Ad.2. Imunoglobulin Intravena (IGIV) IGIV dibuat dng prosedur yg sama dengan pembuatan IGIM, dengan modifikasi tertentu sehingga dapat diberikan secara IV Sediaan IGIV yang direkomendasikan, harus mengandung konsentrasi antibodi minimal terhadap campak, difteri, polio dan hepatitis B Terdapat dalam sediaan cair dan kering Indikasi Pemberian IGIV Defisiensi antibodi
b. Efek samping Pemberian IGIV Reaksi sistemik ringan, seperti nyeri kepala Mialgia Mual Muntah Gejala kardiovaskular ringan, seperti : kulit kemerahan Perubahan tekanan darah dan Takikardia c. Perhatian Khusus Pada Pemberian IGIV Hati2 pada pasien dengan riwayat alergi pada pemberian IGIV Harus tersedia obat dan peralatan kedaruratan untuk mengatasi reaksi sistemik akut, meskipun jarang terjadi
Ad. 3. Imunoglobulin Spesifik (IgS) dan antitoksin IgS diindikasikan untuk mencegah infeksi bakteri spesifik seperti : difteri, pertusis, tetanus dan kuman clostridiun lain Infeksi Virus seperti : hepatitis A, B, C, TORCH, HIV, Ebola, rabies dan MMR Imunoglobulin Tetanus Diindikasikan untuk mencegah pada luka dalam yg kotor Yang tdk akan terlindungi hanya dengan pemberian vaksin saja Riwayat imunisasinya tdk jelas/ tdk pernah diimunisasi atau imunisasi dasarnya tdk lengkap Dosis pencegahan : 250 unit / IM Dosis pengobatan : 3000-6000 unit / IM Pada kasus tetanus neonatorum diberikan : 500 U/ IM b. Imunoglobulin Botulinum Diindikasikan untuk menetralisasi neurotoksin, seperti : kelumpuhan saraf kranial sampai kelumpuhan umum Dosis : 50 mg/ kg BB / IV
Diberikan dalam waktu 2 mgg setelah ada paparan virus hepatitis A c. Imunoglobulin Hepatitis A Diberikan dalam waktu 2 mgg setelah ada paparan virus hepatitis A Diberikan secara IM Perlindungan yg diperoleh sebesar 85% Tidak mengandung thimerosal, sehingga dpt diberikan pada wanita hamil dan bayi d. Imunoglobulin Hepatitis B Diindikasikan pada bayi prematur pada ibu dengan HBsAG poisitif, Yg beresiko tertular melalui plasenta Pada masa perinatal, dimana BB lahir < 2000 gr Pada masa perinatal, dimana BB lahir > 2000 gr Indikasi untuk indifidu yg beresiko tinggi tertular hepatitis B, mis: pasien kontak seksual dengan pasien hep-B
Ad.4. Plasma dari manusia e. Imunoglobulin Rabies Dosis : 20 IU / kg BB (0,133 mL/kg BB) Berikan bersamaan dengan pemberian vaksin rabies Diberikan secara infiltrasi disekitar luka dan sisanya diberika secara IM dengan alat dan jarum suntik yg terpisah Ad.4. Plasma dari manusia Plasma dari manusia dapat digunakan untuk mengatasi infeksi, walaupun terbatas karna resiko tercemar hepatitis Biasanya digunakan pada pasien luka bakar Pemberian plasma bermanfaat untuk pasien defisiensi antibodi, karena plasma juga mengandung Ig
Ad.5. Atibodi Hewan Dibuat dari serum kuda Digunakan pada penyakit : antitoksin difteri dan tetanus Atitoksin difteri ditujukan untuk menetralisir toksin di tempat masuknya kuman dan sirkulasi, dalam upaya menghentikan bertambah beratnya proses penyakit dan mencegah timbulnya komplikasi Jika tdk tersedia, maka dapat diberikan antitoksin yg berasal dari serum binatang Pemberian harus didahului dengan tes sensitifitas, untuk mencegah terjadinya syok anafilaksis Ig hewan dapat diberikan jika Ig manusia tidak tersedia
D. Pengobatan Reaksi Anafilaksis Tenaga medis yg memberikan produk biologis (vaksin atau serum) harus siap menghadapi adanya reaksi anafilaksis Kesiapannya meliputi tersedianya obat2an, peralatan medis dan keterampilan dalam melakukan resusitasi kardiopulmonal Epinefrin : Obat utama dlm menghadapi reaksi anafilaksis Pada reaksi anafilaksis dng gejala ringan : eritema, gatal Diberikan dengan pengenceran 1: 1000, dosis 0,01 ml / kg BB / IV Bila tdk membaik, dapat diulang setiap 5-15 menit, sampai gejala hilang atau TTV stabil
Lakukan tindakan ABCD, pada keadaan anafilaksis berat dan mengancam jiwa, yaitu : Bebaskan jalan nafas Beri Oksigen Jaga sirkulasi dengan memberikan cairan secara IV Jenis cairan adalah cairan kristaloid atau garam fisiologis, dng tetesan sesuai dng tingkat renjatan yg terjadi Epinefrin merupakan indikasi pada keadaan ini Dapat diberikan obat- obatan lain, seperti Aminofilin (untuk mengatasi spasme bronkus), Dopamine (untuk mempertahankan TD) serta kostikosteroid