Postmodernism Planning Postmodernism adalah suatu bentuk kritik filosofis terhadap doktrin doktrin modernism (world view, epistemologi, ideologi) Terhadap berbagai aliran dalam postmodernism yg sulit untuk dibuat dalam satu kategori Misal: New Age/holisme (Fritjof Capra, Garry Zukav); relativism/Nihilism (Derrida, Foucault); kritik parsial (Heidegger, Habermas).
Sisi Gelap Modernism Foundationalism (Sebuah kepercayaan fondasi-fondasi absolut bagi kebenaran universal bisa dirumuskan) Positivism (rational empirics) Objectivity of science (Subject and Object) Unitary
Modernism Planning Application of technical rationality (means-ends rationality) in public/political decision Comprehensive (multisectoral, integrative, coordinative and hierarchical) Gabungan ilmu pengetahuan (science) dan seni, berdasarkan pengalaman, tetapi lebih ditekankan pada science (terutama metode kuantitatf) Sebagai bagian dari projek modernisasi (project of state-directed future) Beroperasi dalam kepentingan publik. Perencana dapat mengidentifikasi kepentingan publik yg bebas dari bias gender, politik, kepentingan lainnya. Berjarak dari politik dan dianggap bebas nilai (value-netral).
Ciri pokok Postmodernis Dekonstruksi: Berakhirnya filsafat dalam pengertian filosof modern (Kant, Descartes). Menolak narasi narasi besar. Filsafat dilihat sebagai sebuah teks (tulisan) Antifoundalism (menolak epistemology positivis sebagai dasar kesahihan ilmu pengetahuan) Plurality
Implikasi Pada Perencanaan (Substansi) Rencana adalah sebuah teks Ciri rencana (teks): terfragmentasi, nonlinear, cenderung tidak komprehensif/tunggal/otoritatif. Sedangkan rencana versi modernism cenderung comprehensiv, linear dan jadi sebuah rujukan utama bagi semua kelompok yg harus diikuti.
Implikasi Pada Perencanaan (Substansi) Sangat mengakomodasi berbagai perbedaan kebutuhan dan orientasi hidup berbagai kelompok masyarakat (suku, agama, pandangan hidup). Mendekonstrukis pengertian “public interest” dan “community.” Multiple publics yg memerlukan multicultural literacy
Implikasi Pada Perencanaan (Metodologi) Multiple ways of knowing: sangat mengakomodasi berbagai metode dalam merumuskan rencana: technical dan non-technical rationality seperti communicative rationality. Less document-oriented and more people-centered Sangat mengakomodasi berbagai bentuk eskpresi makna: tulisan akademik, karya sastra (novel, cerpen, puisi), story, gambar/lukisan dan artifak seni lainnya. Building consensus: participatory and deliberative process. Planning terkait langsung proses politik. Mengakomodasi berbagai pengetahuan dan local wisdom. Rely on practical wisdon State-driven planning perlu disertai oleh community-driven planning.