PERKENALAN Nama : Moh. Nur Ihsan, Tempat/Tgl lahir: Nganjuk, 12 Juni 1953 Pekerjaan : Dosen UB Malang Pangkat/Gol : Guru.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PENGOBATAN HORMONAL PADA KASUS KEMAJIRAN
Advertisements

Siklus reproduksi bagian reproduksi veteriner fkh - unair.
Sistem Reproduksi Wanita
RECORDING FKH - UNAIR.
GANGGUAN BIRAHI OLEH Wurlina Meles DEPARTEMEN REPRODUKSI VETERINER
KARENA FAKTOR HORMONAL
Sistem Reproduksi Biologi XI IPA / SMAN 46 Jakarta
ANALISIS SEMEN DAN SIKLUS ESTRUS Drs. H. M. Kes
TEKNIK INSEMINASI BUATAN PADA SAPI Nama:Maulana Chafid Sukama
SIKLUS ESTRUS, OVARI, UTERUS, DAN PSEUDOPREGNANCY
Kemajiran + Makanan 1. KEKURANGAN MAKANAN 2. KELEBIHAN MAKANAN
Tingkah Laku Anak-Induk
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
PENANGGULANGAN KASUS- KASUS KAWIN BERULANG PADA TERNAK SAPI
SIKLUS ESTRUS, OVARI, UTERUS, DAN PSEUDOPREGNANCY
AUSTRALIA INDONESIA PARTNERSHIP FOR EMERGING INFECTIOUS DISEASES Modul 10 Manajemen Produksi Ternak.
Anatomi Fungsional ORGAN REPRODUKSI TERNAK BETINA
Sistem Reproduksi (Menstruasi)
MK. ILMU REPRODUKSI TERNAK
REPRODUKSI SAPI PERAH A. ESTRUS DAN PUBERTAS
MANAJEMEN TERNAK BABI.
ANATOMI FISIOLOGI REPRODUKSI
Disampaikan Pada …………………………….2014
Melakukan Evaluasi Hasil Inseminasi Buatan
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Sistem Reproduksi Wanita
akan mengalami pubertas tahun Pubertas
KELAHIRAN DAN KESULITANNYA
Oleh: SILVIA PRADIPTA IIIB
Disampaikan Pada …………………………….2014
oleh: susri syahjana putri
PERKEMBANGAN HEWAN Dra. Hj. Aseptianova, M.Pd. Nita Nuraini, M.Pd.
INFERTILITAS YONI MAI PUTRI
Asuhan Kebidanan pada Infertil
MATERI 12 GANGGUAN REPRODUKSI
Manfaat dari tindakan sinkronisasi berahi
Tata Laksakna Pengawinan
Manajemen Pemeliharaan Sapi Dara
Nama kelompok ANIS WIDI ASTUTI
KEGAGALAN REPRODUKSI Kegagalan menunjukkan gejala-gejala berahi.
MATERI 10 Evaluasi keberhasilan IB dan Rekording reproduksi
OLEH :RISKA ANGRAINI PUTRI 1B
REPRODUKSI (PERKEMBANG BIAKAN MANUSIA)
MK. ILMU REPRODUKSI TERNAK
SIKLUS ESTRUS.
3.
OLEH : SEFTI WINDA SARI 1B
SIKLUS ESTRUS.
MATERI 2 Manajemen Perkawinan
Proses pembentukan gamet, Siklus Menstruasi Dan Fertilisasi
Alat Reproduksi Wanita
TINGKAT KEJADIAN GANGGUAN REPRODUKSI SAPI BALI DAN MADURA PADA SISTEM PEMELIHARAAN KANDANG KELOMPOK Muchamad Luthfi dan Yeni Widyaningrum.
ORGAN REPRODUKSI WANITA
Kompetensi Dasar Ke 10 SISTEM REPRODUKSI MANUSIA.
PEMELIHARAAN TERNAK SAPI
TEKNIK IB PROGRAM IB PENAMPUNGAN DAN PENGOLAHAN SEMEN PENYIMPANAN
MENGERTI SIKLUS HAID.
Proses dan masa pembuahan
Rakor Penanggulangan Gangrep Hotel Four Points Medan, Pebruari 2018
Medan, 12 Februari 2018 “persiapan siwab 2018 “
Anatomi Fungsional ORGAN REPRODUKSI TERNAK BETINA
REPRODUKSI 4 oct 2012.
SIKLUS ESTRUS.
GANGGUAN HAID DAN SIKLUSNYA
FUNGSI ORGAN REPRODUKSI WANITA
Sistem Reproduksi Wanita
BIOLOGI DASAR DAN BIOLOGI PERKEMBANGAN SIKLUS MENSTRUASI BY EKA FAIZATURRAHMI, SST.
BY ASMAUL HUSNA,S.ST.,M.Kes
FERTILISASI KELOMPOK 1 Diah Ayu Mawarni (17/409749/PT/07338)
SISTEM REPRODUKSI. Sistem reproduksi atau sistem genital adalah sistem organ seks dalam organisme yang bekerja sama untuk tujuan reproduksi seksual. SISTEM.
Transcript presentasi:

PERKENALAN Nama : Moh. Nur Ihsan, Tempat/Tgl lahir: Nganjuk, 12 Juni 1953 Pekerjaan : Dosen UB Malang Pangkat/Gol : Guru Besar Keahlian : Ilmu dan Teknologi Reproduksi Alamat : Jl. Saturnus 5 Malang E-mail : m_nur_ihsan@yahoo.com Telp. Hp : 0341 552837, 081334387104 Alamat Kantor : Departemen Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang

TUGAS POKOK INSEMINATOR Menerima laporan dari pemilik ternak mengenai sapi berahi dan memenuhi panggilan tersebut dengan baik dan tepat waktu Menangani alat dan bahan Inseminasi buatan sebaik-baiknya Melakukan identifikasi akseptor Inseminasi Buatan (IB) dan mengisi kartu peserta Inseminasi Buatan (IB) Melaksanakan Inseminasi pada ternak Membuat laporan pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) dan menyampaikan kepada pimpinan SPT IB

Pro estrus : 3 hari Estrus : 12-24 jam Metestrus : 3-5 hari SIKLUS BERAHI Pro estrus : 3 hari Estrus : 12-24 jam Metestrus : 3-5 hari Diestrus : 13-14 hari

TANDA - TANDA BERAHI PADA SAPI Ternak gelisah Sering berteriak Suka menaiki dan dinaiki sesamanya

TANDA - TANDA BERAHI PADA SAPI Vulva : bengkak, berwarna merah, bila diraba terasa hangat (4 A dalam bahasa Jawa: arep, abang, abuh, anget). Dari vulva keluar lendir yang bening dan tidak berwarna Nafsu makan berkurang

Vulva bengkak Vulva merah

WAKTU MELAKUKAN IB Pertama kali terlihat tanda-tanda berahi  Harus diinseminasi pada Terlambat  Pagi Hari yang sama Hari berikutnya Sore Hari berikutnya (pagi dan paling lambat siang hari) Sesudah jam 15:00 besoknya

Waktu IB

PENYEBAB RENDAHNYA KEBUNTINGAN Fertilitas dan kualitas spermatozoa beku yang jelek / rendah Inseminator kurang / tidak terampil Petani / peternak tidak / kurang terampil mendeteksi berahi Pelaporan yang terlambat dan / atau pelayanan Inseminator yang lamban

REPEAT BREEDING adalah sapi betina yang mempunyai siklus dan periode berahi yang normal yang sudah dikawinkan 2 kali atau lebih dengan pejantan fertil atau diinseminasi dengan semen pejantan fertil tetapi tetap belum bunting

Peternak dan Operator IB Kualitas Semen Hewan Betina FAKTOR PENYEBAB Peternak dan Operator IB Kualitas Semen Hewan Betina

FAKTOR Peternak dan Operator IB Kemampuan dari peternak dalam hal deteksi estrus Deteksi estrus yang tepat dapat membantu operator IB dalam menentukan waktu yang tepat Operator harus berpengalaman dalam penanganan semen Penempatan semen kedalam saluran reproduksi sapi betina yang tepat

Kualitas Semen Konsentrasi 25 juta PTM 40% Spermatozoa tidak mengalami abnormalitas Semen perlu dievaluasi secara periodik selam 6 bulan Semen baik kualitasnya akan meningkatkan keberhasilan IB

FAKTOR HEWAN BETINA Repeat Kegagalan pembuahan Kematian embrio dini breeding Kegagalan pembuahan Kelainan Anatomi Saluran Reproduksi Kelainan Ovulasi Sel Telur Yang Abnormal Sperma Yang Abnormal Kesalahan Pengelolaan Reproduksi Gangguan hormonal Kematian embrio dini Faktor Genetik Faktor Laktasi Faktor Infeksi Faktor Kekebalan Faktor Lingkungan Faktor Ketidakseimbangan Hormon Faktor Pakan Umur Induk Jumlah Embrio atau Fetus Dalam Uterus

Kelainan Anatomi Saluran Reproduksi Tersumbatnya tuba falopii Adanya adhesi antara ovarium dengan bursa ovarium Lingkungan dalam uterus yang kurang baik Fungsi yang menurun dari saluran reproduksi

Tuba falopii yang buntu dapat berbentuk Adhesio dinding tuba Adhesio antara ovarium dengan bursa ovarii Salpingitis baik akut maupun kronis Hidrosalping Kista pada saluran tuba Hipoplasia tuba falopii yang bersifat genetik Populasi m.o yang terlalu banyak di dalam uterus, serviks atau vagina

Kelainan Ovulasi Kelainan ovulasi dapat menyebabkan kegagalan pembuahan sehingga akan menghasilkan sel telur yang belum cukup dewasa sehingga tidak mampu dibuahi : Adanya gangguan hormon Ovulasi yang tertunda (delayed ovulation) Ovulasi ganda adalah ovulasi dengan dua atau lebih sel telur

Sel Telur Yang Abnormal Beberapa tipe morfologi dan abnormalitas fungsi telah teramati dalam sel telur yang tidak subur seperti: sel telur raksasa, sel telur berbentuk lonjong (oval), sel telur berbentuk seperti kacang dan zona pellucida yang ruptur

Sel Telur Yang Abnormal Beberapa bentuk abnormal dari sel telur : Degenerasi sel telur Zona pelusida yang sobek atau robek Sel telur yang muda Sel telur yang bentuknya gepeng, oval (lonjong) Mini egg cell dan giant egg cell

Sel Telur Yang Abnormal Adanya abnormalitas pada sel telur akan menyebabkan kegagalan pada proses fertilisasi sehingga sapi yang telah di IB tidak bunting

Sperma Yang Abnormal Sperma abnormal menyebabkan kehilangan kemampuan untuk membuahi sel telur di dalam tuba falopii Kasus kegagalan pembuahan karena sperma abnormal mencapai 24-39% pada sapi induk yang kawin berulang Pada sapi dara yang menderita kawin berulang 12-13%.

Kesalahan Pengelolaan Reproduksi Kurang telitinya dalam deteksi berahi Kualitas sperma yang tidak baik dan teknik inseminasi yang tidak tepat Sapi betina mengalami metritis, endometritis, cervitis dan vaginitis Manajemen pakan dan sanitasi kandang yang tidak baik Kesalahan dalam memperlakukan sperma Pemelihara atau pemilik ternak kurang paham dalam bidang kesehatan reproduksi

Gangguan hormonal Kadar estrogen yang rendah: silent heat (berahi tenang) dan subestrus (berahi pendek) disebabkan oleh rendahnya kadar hormon estrogen Kadar hormon gonadotropin yang rendah: kasus delayed ovulasi (ovulasi tertunda), anovulasi (kegagalan ovulasi) dan sista folikuler disebabkan oleh rendahnyanya kadar hormon gonadotropin (FSH dan LH).

Kematian Embrio Dini Faktor Genetik: inbreeding Faktor Laktasi: kurang efektifnya mekanisme pertahanan dari uterus, stres selama laktasi dan regenerasi endometrium yang belum sempurna Faktor Infeksi: penyakit kelamin dapat diikuti dengan kematian embrio dini atau abortus Faktor Kekebalan: mekanisme imunosupresi tidak berjalan dengan baik, maka antibodi yang terbentuk akan mengganggu perkembangan embrio

Kematian Embrio Dini Faktor Lingkungan: Kematian embrio dini meningkat pada hewan induk dimana suhu tubuhnya meningkat Faktor Ketidakseimbangan Hormon: Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan terjadinya kematian embrio dini Faktor Pakan: Kekurangan pakan mempunyai pengaruh terhadap proses ovulasi, pembuahan dan perkembangan embrio dalam uterus

Kematian Embrio Dini Umur Induk: Kematian embrio dini banyak terjadi pada hewan yang telah berumur tua Jumlah Embrio atau Fetus Dalam Uterus: Karena placenta berkembang dimana berisi beberapa embrio didalam ruang uterus maka suplai darah vaskuler akan menurun sehingga dapat menyebabkan kematian embrio

Palpasi servik dan vagina, DIAGNOSA Pemeriksaan klinis pada alat kelamin betina (pemeriksaan eksplorasi rektal, dengan alat endoskop, Palpasi servik dan vagina, Pemeriksaan pada biopsi cairan uterus dan vagina, Pemeriksaan hormon, Pemeriksaan sitologi dan laparotomi

Metritis Pencegahan Kebersihan kandang Kebersihan IB dan masa lahir

PYOMETRA Klik untuk menuju slide berikutnya 29

Sistik ovari

Retensio secundinarum

TERAPI Adanya kuman pada saluran alat kelamin maka dilakukan pengobatan dengan memberikan larutan antibiotika yang sesuai Diistirahatkan sampai sembuh Dilakukan perkawinan dengan inseminasi buatan