Sadomasokisme Kelompok 2
PENGERTIAN Sadomasokisme adalah gangguan yang menyebabkan seseorang menerima rangsangan seksual dari penderitaan atau menerima rasa sakit. Kata sadomasokisme dapat dibagi menjadi dua kata yaitu sadis dan masokis. Sadis adalah orang yang menerima rangsangan seksual dari memberi rasa sakit, kepuasan seksual diperoleh bila mereka melakukan hubungan seksual dengan terlebih dahulu menyakiti atau menyiksa pasangannya.
Beberapa perilaku sadisme seksual dapat berupa; Pemaksaan atau pemerkosaan, penolakan korban menjadi gairah seksual pelaku dalam melakukan aksinya. Semakin korban meronta, melawan, menangis maka pelaku semakin bersemangat. Pelaku melakukan penyiksaan yang sebenarnya, pemukulan sampai menimbulkan luka memar. Melukai bagian tubuh tertentu dari pasangannya sampai mengeluarkan darah. Beberapa individu gangguan juga disertai simtom masokis. Melakukan penyiksaan seksual dengan pemaksaan atau sampai luka (melukai alat genital). Melakukan penyiksaan berat dengan menggunakan cambuk, kejutan listrik, dan sebagainya.
Masokis adalah orang yang menerima rangsangan seksual dari menerima rasa sakit, seseorang dengan sengaja membiarkan dirinya disakiti atau disiksa untuk memperoleh kepuasan seksual. Masokis cenderung sangat spesifik tentang jenis-jenis rasa sakit yang mereka nikmati, lebih memilih beberapa dan tidak menyukai orang lain. Banyak perilaku seperti memukul, gelitikan dan gigitan
Bagi penderita ini, rasa sakit merupakan pengalaman sensasional yang mendebarkan, merangsang dan membangkitkan libido seksual. Sadomasokis adalah penyakit kelainan seksual yang dipengaruhi unsur kejiwaan. Biasanya pelakunya memiliki trauma kejiwaan saat dalam masa pertumbuhan.
Ciri – Ciri Sadomasokisme Ciri utama dari sadomasokis adalah munculnya nafsu birahi melalui rasa sakit. Ini jelas berbeda dengan orang normal yang birahinya lenyap justru kalau sedang sakit. Bagi penderita, rasa sakit merupakan pengalaman sensasional yang mendebarkan, merangsang dan membangkitkan libido seksual. Disebut sadomasokis karena ada dua pihak yang terlibat dalam perilaku seks aneh ini. Pihak sadis adalah pasangan yang memberikan rasa sakit atau hukuman, misalnya memukul dengan cemeti, mengikat dengan tali atau rantai, menyundut dengan rokok, dan sebagainya. Sebaliknya, pihak masokis adalah orang yang menerima rasa sakit, penghinaan atau orang yang dikendalikan oleh pasangannya.
Sadomasokis terjadi karena adanya ketidakseimbangan kekuatan psikologis antara pasangan yang bersifat patuh dan dominan. Menurut Ellis Weinberg, salah sorang psikiater APA, perbedaan kekuatan itu dimainkan dalam sebuah peran seperti majikan dan budak, guru dan murid, orang tua dan anak atau pemilik anjing dan majikannya.
Meskipun sadomasokis dikenal juga dengan sexual algophilia atau kecintaan yang membawa sakit pada saat bercinta, namun yang terjadi pada sadomasokis lebih banyak nafsu birahi daripada cinta. Adanya benang merah yang menghubungkan antara sakit dan kenikmatan seksual disebabkan karena adanya pelepasan hormon yang sama pada saat sakit dan terangsang, yaitu hormon endorfin.
Hormon endorfin adalah hormon pembawa kesenangan yang dikeluarkan saat mencapai satu kesenangan. Kebanyakan orang sadomasokis mencari pasangan yang bisa diperintah dan menurut, beberapa lainnya melakukannya secara paksa pada pasangan. Beberapa teori bermunculan tentang perilaku seks ini. Ada yang bilang perilaku itu normal dan wajar, tapi ada juga yang mengatakan itu sudah termasuk penyakit mental.
Meskipun tindakan sadomasokistik dalam bentuk yang sangat ekstrim dapat membahayakan fisik maupun psikologis, kebanyakan orang yang terlibat dalam perilaku seperti ini melakukannya dengan paham serta menjaga batas-batas yang telah ditentukan secara hati-hati. Mereka biasanya sadar tindakan sadis apa yang bisa membahayakan sang masokis, partner seksnya.
Penyebab Sadomasokisme Pemaparan seks yang prematur, atau traumatik, dalam bentuk penyiksan seksual masa anak-anak. Kira-kira 75 persen laki-laki yang diterapi di National Institute for Study, Prevention, and Treatment Sexual di Baltimore, adalah korban penyiksaan seksual pada masa anak-anaknya. Karena alasan yang amsih belum dimengerti, jika seorang anak perempuan disiksa, mereka lebih sering terinhibisi secara seksual. Sedangkan anak laki-laki yang disiksa cenderung mewujudkan perilaku parafilia.
Lanjutan… Supresi berlebihan terhadap keingintahuan alami tentang seks, karena alasan religius atau alasan lain. Anak laki-laki yang diajari bahwa seks tabu, kotor dan dihukum karena minatnya terhadap seks, mungkin menjadi laki-alki dengan perilaku fetihisme atau obsesi. Represi parah tidak dianggap sebagi suatu bentuk penyiksaan seksual, tetapi bisa jadi demikian.
Epidomiologi Masokisme seksual dan sadisme seksual kurang terwakil pada perkiraan prevalensi manapun. Sadisme seksual biasanya mendapat perhatian hanya pada kasus sensasional seperti perkosaan, kebrulatan, dan pembunuhan dengan nafsu birahi. Masokisme lebih banyak pada laki-laki dibanding dengan perempuan. Sadisme seksual pula pada pasangan seksual yang kooperatif terjadi pada perempuan atau laki-laki tetapi pada pasangan yang dipaksa seperti perkosaan laki-laki lebih banyak daripada perempuan.
Treatment Terapi Psikoanalisis efektif pada beberapa kasus. Sebagai hasil terapi, pasien menjadi menyadari bahwa kebutuhan menghukum diri sendiri adalah sekunder akibat perasaan bersalah bawah sadar yang berlebihan dan juga menjadi mengenali impuls agresif mereka yang terepressi, yang berasal dari masa anak-anak awal.
Para terapis dari aliran behavioral mencoba untuk mengembangkan prosedur terapeutik untuk mengubah aspek seksual individu. Pada awalnya, dengan pandangan bahwa parafilia merupakan ketertarikan terhadap obyek seksual yang tidak pantas, prosedur yang dilakukan adalah dengan terapi aversif. Terapi aversif dilakukan dengan memberikan kejutan fisik saat seoseorang menunjukkan perilaku yang berkaitan dengan parafilia. Prosedur kognitif sering digunakan untuk mengubah pandangan yang terdistorsi pada individu dengan parafilia. Diberikan pula pelatihan empati agar individu memahami pengaruh perilaku mereka terhadap orang lain. Banyak program penanganan yang memberikan program pencegahan relapse, yang dibuat berdasarkan program rehabilitasi ketergantungan obat-obatan terlarang.
Intervensi biologis yang sempat banyak diberikan dua generasi yang lalu adalah dengan melakukan kastrasi atau pengangkatan testis. Baru-baru ini, penanganan biologis yang dilakukan melibatkan obat-obatan. Beberapa obat yang digunakan adalah medroxyprogesterone acetate (MPA) dan cyptoterone acetate. Usaha Hukum. Di Amerika, sebagai akibat dari tuntutan masyarakat, telah muncul hukum mengenai pelaku kejahatan seks. Dikenal sebagai Megan’s Law, hukum tersebut memungkinkan warga sipil untuk mendeteksi keberadaan mantan pelaku kejahatan seksual, yang dianggap berbahaya. Dengan hukum ini, diharapkan masyarakat dapat waspada, dan para mantan pelaku tidak berkesempatan untuk mengulangi kejahatannya.
Metode yang dapat dilakukan terapis untuk meningkatkan motivasi mengikuti perawatan Berempati terhadap keengganan untuk mengakui bahwa ia adalah pelanggar hukum. Memberitahukan jenis-jenis perawatan yang dapat membantu mengontrol perilaku dengan baik dan menunjukkan efek negatif yang timbul apabila tidak dilakukan treatment. Memberikan intervensi paradoksikal, dengan mengekspresian keraguan bahwa orang tersebut memiliki motivasi untuk menjalani perawatan. Menjelaskan bahwa akan ada pemeriksaan psikofisiologis terhadap rangsangan seksual pasien; dengan demikian kecenderungan seksual pasien dapat diketahui tanpa harus diucapkan atau diakui oleh pasien.
Thank You for your attention Ervan Djafar Fitri Nur Ain Hasan Hairunnisa O. Lalu Ibnu Bachtiar Karim Ilhamdi Pramana Antula Mohamad Tamam Sri Wahyuni Adam Verolina Ismail