السلام عليكم ورحمة الله
Materialisme vs Kebahagiaan Jalaluddin Rakhmat
Daniel Goldman, New York Times, 1992 “Di negara-negara yang maju, kemungkinan bahwa orang yang lahir setelah 1955 menderita depresi besar- bukan hanya kesedihan, tetapi perasaan terasing, tertolak, dan terhina yg melumpuhkan berikut rasa putus asa yg luar biasa- pada satu saat dalam hidupnya, tiga kali lebih besar dari generasi nenek mereka.”
Martin Seligman Pendiri Psikologi Positif “Kita berada di tengah-tengah epidemi depresi, yang salah satu konsekuensinya, melalui bunuh diri, mengambil sebanyak nyawa korban epidemi Aids dan lebih meluas. Depresi berat 10 kali lebih banyak terjadi sekarang daripada 50 tahun yang lalu, menyerang perempuan dua kali lebih banyak dari laki-laki, menimpa rata-rata sepuluh tahun lebih muda dari generasi sebelumnya”
Statistik yang mengerikan “Hampir setengah penduduk (48 persen) menderita depresi cukup berat sehingga tidak berfungsi selama dua minggu atau lebih, dan hampir dua puluh persen seharusnya didiagnosis sebagai depresi besar sepanjang hidup.”
Apakah Anda matré? Kagum pada orang kaya Kekayaan adalah ukuran sukses Kekayaan adalah ukuran kemuliaan Senang belanja yang tidak bermanfaat Senang mengoleksi barang mahal atau mewah Kecewa jika tidak mampu beli barang yang diinginkan Menempatkan uang sbg tujuan hidup
Karakter materialis Iri, bakhil, posesif Kaku dalam bergaul Hubungan sosial yang buruk Harga diri yang rapuh Terlibat dlm kegiatan yang tidak produktif Lebih merasa diperlakukan tidak adil
Aku si Matrè Aku gengsi, lebih suka membeli daripada pinjam sementara Aku sewot kalau kehilangan sesuatu Aku marah banget kalau orang mencuri milikku walaupun harganya tidak seberapa Aku senang menyimpan apa pun walaupun barang itu seharusnya aku buang
Aku si Matrè Aku tidak suka meminjamkan sesuatu kepada teman akrab sekali pun Aku tidak suka ada tamu di rumahku Aku dongkol kalau banyak orang ikut menggunakan apa saja yang aku punyai Aku tidak senang kalau ada orang ikut numpang di mobilku Aku tidak senang memberikan sumbangan pada lembaga-lembaga amal
Aku si Matrè Aku tidak senang melihat kawanku lebih berhasil dariku Aku tidak enak hati melihat orang punya sesuatu yang tidak sanggup aku peroleh Aku senang melihat orang yang memiliki kelebihan dariku mengalami kemalangan
Aku si Matrè Aku mengagumi orang-orang kaya Aku senang memiliki sesuatu yang membuat orang kagum Aku memperoleh kenikmatan dalam berbelanja Hidupku akan lebih bahagia bila aku memperoleh duit lebih banyak
Materialis meningkatkan ketidakbahagiaan Uang atau barang adalah ganjaran yang datang dari luar (extrinsic rewards) Kehilangan kemampuan untuk mengatur dirinya Kehilangan “process satisfaction” Cenderung terlibat dalam kompetisi dan persaingan Kekayaan tidak pernah terpuaskan The lust for goods can be insatiable; the pleasures of a new acquisition are quickly forgotten and replaced with a desire for more. This cycle leads inevitably to dissatisfaction and discontent (Richins and Dawson)
Al-Quran ttg Hubbud Dunya
Al-Takâtsur
Hubbud Dunya dlm hadits Kalau hubbud dunya mengisi hati, orang akan menderita tiga hal: kesibukan dengan masalah yang tak kunjung selesai, kekurangan yg tidak pernah mencapai kecukupan, keinginan yang tidak ada ujungnya. Sesungguhnya ahli dunia tidak bersyukur ketika mendapat kelapangan, tidak bersabar ketika mendapat cobaan, yang banyak pada orang lain sedikit pada mereka, mereka memuji dirinya untuk sesuatu yang tidak mereka kerjakan, mendakwakan apa yang tidak ada pada mereka, berbicara yang tidak mereka sukai, menyebut-nyebut keburukan orang dan menyembunyikan kebaikannya.
Materialisme vs Tasawuf Hubbud dunya Mengikuti Hawa Mentaati diri (nafs) Hubb ilahi Zuhud Khidmat