KETIKA SAINS MENDIKTE AYAT Sebuah refleksi tentang Integrasi sains dan Agama dalam perspektif al-qur’an
Adanya dikotomi dalam dunia pendidikan Adanya paradigma bahwa sains dan agama adalah 2 entitas yang berbeda. Hal ini menyebabkan terpuruknya umat dalam perbedaan interpretasi. Berujung terjegalnya produksi intelektual muslim. Berakibat terjebaknya umat pada stagnansi tak berujung.
Esensi sains sebagai manifestasi tauhid. Tauhid yang melahirkan semangat ilmiah, bermula dari konsep “iqro” yang dilandasi dengan “bismirobbikalladzi kholaq”. Semangat ini lahir dari proses pencarian bertafakur pada alam semesta ciptaan allah sebagai bukti keesaan dan kebneradaan allah (QS. Al-Imron 191-192). Berbicara sains berarti berbicara esensinya, secara sederhana sains adalah karya cipta manusia yang berujung pada pembuktian kebenaran ayat-ayat allah (QS.Fushshilat:53). Menurut al-qur’an manusia memiliki potensi untuk memiliki ilmu pengetahuan dan mengembangkannnya, oleh karnanya al-qur’an memberikan dorongan untuk mengadakan observasi (QS. Yunus: 101)
Refleksi:ketika sains membaca ayat Perintah untuk menciptakan inovasi (QS. Al-Anbiya :80) Membuktikan bahwa antara sains dan agama memiliki keterikatan karena lahir dari rahim yang sama yaitu al-qur’an. Dengan hilangnya disintegrasi antara keduanya, memunculkan harapan lahirnya pribadi yang handal yang akan membawa pada kejayaan islam yang bernafaskan pada luhurnya ilmu pengetahuan.
PENUTUP Bahwa sains dan agama adalah 2 hal yang tidak bisa terpisahkan Dengan menyatunya 2 entitas ini harapan akan kejayaan islam tinggal menunggu waktu. Karena disadari atau tidak umat sedang menunggu lahirnya seorang ulama yang tidak hanya fasih berbicara hukum islam, akan tetapi juga mengerti realitas sosialnya dan mapan dalam segala dimensi ilmu pengetahuan.