REFLEKSI TENTANG PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH Oleh: Budi Usodo
Pendahuluan Pola pembelajaran matematika yang masih mekanistik, indoktrinasi, tanpa nilai, tes oriented, berpusat pada guru dll. Sedangkan pendidikan adalah upaya sadar yang dilakukan agar peserta didik atau siswa dapat mencapai tujuan tertentu untuk mencapai kedewasaan. Agar siswa dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan, maka diperlukan “sesuatu” yang digambarkan sebagai “kendaraan” untuk membawa siswa ke tujuan tertentu. Dengan demikian pembelajaran matematika adalah kegiatan pendidikan yang menggunakan matematika sebagai “kendaraan: untuk mencapai tujuan tertentu
KARAKTERISTIK MATEMATIKA MEMILIKI OBJEK KAJIAN ABSTRAK POLA PIKIRNYA DEDUKTIF BERDASARKAN KEBENARAN KONSISTENSI MEMILIKI SIMBOL KOSONG DARI ARTI(SEBELUM MASUK DALAM SEMESTA TERTENTU) BERTUMPU PADA KESEPAKATAN TAAT KEPADA SEMESTANYA
Obyek Matematika ABSTRAK FAKTA KONSEP OPERASI PRINSIP TEORI BELAJAR PIAGET, BRUNER, VYGOTSKY, AUSUBEL, MERUPAKAN SUMBER KESULITAN GURU UNTUK MENGAJARKANNYA AGAR SESUAI DENGAN PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PESERTA DIDIK
Matematika Sekolah Matematika sekolah memuat bagian-bagian matematika yang dipilih dan berorientasi kepada kepentingan kependidikan dan perkembangan IPTEK Dapat digunakan pola pikir induktif dalam pembelajarannya Dapat dimulai dengan fakta-fakta konkrit
Tujuan Pembelajaran Matematika Mengapa siswa perlu belajar matematika ? Apakah tidak mubadzir siswa-siswa diajarkan matematika? Tujuan pembelajaran matematika Ada dua tujuan pembelajaran matematika yaitu tujuan yang bersifat formal dan bersifat material. Tujuan yang bersifat formal lebih menekankan kepada penataan nalar dan membentuk kepribadian. Tujuan yang bersifat material lebih menekankan kepada kemampuan menerapkan matematika dan ketrampilan metematika.
Renungkan contoh berikut? Pada pembelajaran operasi pembagian pecahan di sekolah dasar. Tentunya siswa diharapkan mampu dalam melakukan operasi pembagian, misalnya 2: 2/3 . Dengan cara membalik 2/3 menjadi 3/2, kemudian mengalikannya dengan 2 diperoleh 3. Apakah hanya sebatas itu tujuan Pembelajarannya?
Nilai-nilai Dalam Pendidikan Matematika Pembentukan nilai dalam pembelajaran matematika dapat terjadi dengan dua cara, yaitu akibat penguasaan materi matematika secara baik (by change) Melaksanakan pembelajaran yang dirancang untuk memperoleh nilai tersebut. (by design)
Pembentukan Nilai Pembentukan nilai akibat dari penguasaan secara baik dapat digambarkan sebagai berikut : Lingkaran dalam memberikan gambaran penguasaan materi matematika. Lingkaran tengah memberikan gambaran tentang nilai-nilai matematika yang langsung didapatkan dari penguasaan matematika, misalnya penataan nalar, ketelitian, kecermatan, kritis, obyektif. Lingkaran yang di luar menggambarkan nilai-nilai yang tidak secara langsung diperoleh dari penguasaan materi matematika. Nilai tersebut diperoleh dari karakteristik matematika ataupun dari nilai-nilai langsung yang digambarkan pada lingkaran tengah.
Pembentukan nilai juga dapat dilakukan dengan merancang pembelajarannya yang secara sengaja memasukkan nilai-nilai dalam tujuan pembelajarannya Sebagai contoh dapat disajikan kegiatan belajar mengajar pada siswa SLTP topik jajargenjang siswa diberikan sebuah segitiga ABC. Pada salah satu titik tengah sisi segitiga ABC misal titik P titik tengah dari AC, siswa diminta memutar segitiga ABC searah jarum jam sebesar 180o. Bila segitiga pada letak awal dan akhir dijiplak maka diperoleh sebuah bangun segiempat yang diberi nama jajr genjang ABCB. Siswa diminta mengamati hasil kerjanya dan mencari sisi- sisi dan sudut yang sama, sebagai akibat pemutaran itu. Temuan masing-masing ditulis.
Berdasar temuan masing-masing siswa, siswa yang bersangkutan diminta membuat kalimat definisi. Tentu akan diperoleh beberapa definisi sesuai dengan temuan siswa Guru mencermati setiap definsi yang didapatkan oleh siswa dan mendiskusikan mana yang benar dan mana yang salah. Selanjutnya secara bersama-sama dengan siswa guru menentukan sifat-sifat jajargenjang dari suatu definsi yang ditemukan dari siswa. Diperolehnya sifat demokratis : sifat keberanian dalam mengemukakan pendapat, terbuka, membuat dan menerima kesepakatan
Perubahan Paradigma Pembelajaran Matematika Perubahan dari paradigma mengajar ke paradigma belajar. Transfer pengetahuan ke konstruksi pengetahuan Pembelajaran beorientasi guru ke siswa dominasi oleh guru ke aktivitas optimal siswa Mekanistik ke konseptual pertanyaan apa dan bagaimana ke pertanyaan mengapa Indoktrinasi ke rasional Ranah kognitif saja ke semua ranah Pencapaian tujuan material saja ke semua tujuan (material dan formal) Pembelajaran minim nilai ke eksplorasi banyak nilai
Perubahan Paradigma Evaluasi Pembelajaran Matematika Evaluasi yang menekankan produk saja ke evaluasi hasil dan proses. Tes objektif ke tes uraian Evaluasi dengan sedikit model ke banyak model Evaluasi hanya sebatas tujuan material ke evaluasi tujuan material dan formal termasuk nilai Evaluasi hanya sebatas ranah kognitif ke semua ranah Evaluasi hanya dengan tes tertulis ke berbagai macam alat evaluasi Evaluasi yang bersifat diskrit ke kontinyu Evaluasi yang bersifat sentralistik ke desentralistik