ASSALAMU’ALAIKUM SEMOGA PERTEMUAN INI MEMBAWA MANFAAT
RAMBU- RAMBU SESAMA GURU DILARANG SALING MENGGURUI
DAMPAK NEGATIF MODERNISME Kemajuan iptek di bidang informasi, serta inovasi inovasi baru di bidang tehnologi mempermudah kehidupan manusia dengan segala dampak ngatif yang mengiringinya. Masyarakat yang sangat kompetitif Meningkatnya kesadaran akan HAM dan demokrasi
Realitas yang tak terelakkan terjadi pada siswa: Merosotnya sendi sendi moralitas (ga duwe isin) Kejahatan seksual dan kriminal meningkat Motivasi belajar siswa kurang (apalagi pelajarannya tdk menarik dan gurunya yang mengajar bikin bete) Sulit berkonsentrasi Konsumeris dan hedonistis Kurang bertanggung jawab (terlalu dimanjakan denganberbagai fasilitas, kurang mendapat tantangan)
Tantangan Guru Agama di era global Sanggupkah pendidikan agama berdialog dan berinteraksi dengan perkembangan jaman moderen yang diandai dengan kemajuan iptek dan informasi. Mampukah P. Agama membendung dampak negatif dari kemajuan tersebut? di era global
Belajar dari guru agama yang mandeg ibarat minum air dari comberan. Dr.Muchtar Buchori Belajar dari guru agama yang mandeg ibarat minum air dari comberan. sedangkan belajar dari guru agama yang terus belajar ibarat minum air dari pegunungan.
PENTINGNYA PERUBAHAN PARADIGMA
FILOSOFI PARADIGMA METODOLOGI PENDEKATAN DAN METODE
IDENTIFIKASI MASALAH PEMBELAJARAN AGAMA DI SEKOLAH
Dari sisi guru Pendidikan agama masih difahami sebagai transfer ilmu agama, serta masih terbatas wilayah teori dan doktrin moral, kurang melibatkan pengalaman guru dan murid dalam proses pembelajarannya Kurangnya kreatifitas guru agama dalam mengembangkan rancangan pembelajarannya sehingga proses pembelajarannya berlangsung mekanistik monoton dan statis serta berpusat pada guru Guru masih masih terlalu terpaku pada GBPP, disamping juga materi yang terlalu padat.
Dari sisi proses pembelajarannya Pendekatan yang digunakan lebih didominasi oleh pendekatan teologis normatik, dan kurang diimbangi oleh pendekatan cultural empiris . Sistim evaluasinya lebih banyak bercorak pada sentuhan kognitif (pengetahan keagamaan) dan psychomotoris (ketrampilan keagamaan), dan kurang memberikan sentuhan afektif (sikap). Belum dikembangkannya model pembelajaran yang partisipatoris, humanis dan demokratis yang memungkinkan terjadinya praksis dan proses aksi dari kegiatan pembelajaran tersebut.
Dari sisi pengorganisasian Tanggung jawab moral siswa masih dibebankan kepada guru agama; artinya masih berkembangnya suatu anggapan bahwa persoalan moralitas siswa merupakan tanggung jawab guru agama semata. Pelajaran Agama masih terpisah dari sistem pendidikan secara keseluruhan.
Metode Pembelajaran Strategi Pengorganisasian: (pemilihan isi materi, format,skema,dll) Strategi Penyampaian ( Pendekatan dan Cara/ tehnik yang dikembangkan agar siswa dapat menerima materi dengan mudah, cepat dan menyenangkan) Strategi Pengelolaan ( membuat catatan kemajuan dan hambatan belajar, presensi, memotivasi dll)
PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN SEBUAH MODEL ALTERNATIF PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DI SMA PIRI I YOGYAKARTA
ARAH PEMBELAJARAN Mengacu pada hakekat keberadaan manusia serta lingkungan yang mengitarinya Mengacu pada nilai nilai agama sebagai landasan moral Mengacu pada situasi kondisi social budaya, politik, ekonomi, serta kondisi kondisi lainnya yang dapat berpengaruh terhadap pola hidup kesehariannya.
Berpijak pada empat unsur dasar perencanaan pembelajaran : Untuk siapa pembelajaran ini dirancang? (peserta didik ) Kemampuan apa yang ingin anda pelajari? (Tujuan pembelajaran) Bagaimana isi pelajara / ketrampilan dapat dipelajari ? (metode) Bagaimana menentukan tingkat penguasaan pelajaran ? ( evaluasi)
Bagaimana desainnya?: Dari kondisi siswa yang pasif menuju kondisi yang aktif partisipatif. Dari pendekatan pembelajaran mekanistik menuju pendekatan yang humanistic Dari aktivitas yang teacher centered menuju aktivitas yang student centered. Dari orientasi belajar yang teoritis kognitif menuju experiental affectif oriented. Dari sikap guru yang menggurui menuju sikap guru yang memfasilitasi. Dari sikap guru yang otoriter menuju sikap guru yang demokratis. Dari model komunikasi informative indoktrinatif menuju model komunikasi yang dialogis reflektif. Dari iklim belajar “yang membelenggu” menuju iklim belajar “yang membebaskan”.
BAGAIMANA BENTUK PENGALAMAN YANG DIHADIRKAN? Pengalaman langsung Tayangan CD, lembar berita Permainan Praktek Pengalaman tak langsung Berbagi pengalaman lewat diskusi antar siswa
BAGAIMANA PENGALAMAN ITU BERPROSES? Melalui Eksperiental Learning Cyclus (ELC) Melakukan Mengungkapkan Menganalisis Menyimpulkan Menerapkan
1.Tahap melakukan 4. Tahap menyimpul kan 5. Tahap menerapkan 2. Tahap mengungkap kan 3. Tahap menganalisis