EKONOMI MONETER I INFLASI
Pengertian Inflasi Inflasi merupakan kecenderungan kenaikan harga-harga secara umum dan terus menerus dalam periode waktu
Perhitungan Inflasi Dengan menggunakan harga umum Dengan menggunakan angka deflator Dengan menggunakan indeks harga konsumen Dengan menggunakan harga pengharapan Dengan menggunakan indeks harga dalam negeri dan luar negeri
Harga Umum Cara yang biasa dipakai untuk menghitung inflasi adalah dengan angka harga umum (general price). Rumus yang dipakai adalah: Dimana: LIt = Laju Inflasi tahun/periode t HUt = Harga umum periode t HUt-1 = Harga umum periode t-1
Deflator Produk Nasional Bruto (GNP Deflator) Besaran ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Dimana: AD = Angka deflator Produk Nasional Bruto Yb = Produk Nasional Bruto menurut harga yang berlaku Yk = Produk Nasional Bruto Menurut Harga Konstan (tetap)
Indeks Harga Konsumen Pendekatan ini paling banyak digunakan dalam menghitung inflasi, hal ini disebabkan karena data indeks harga konsumen dapat diperoleh dalam bentuk bulanan, triwulanan ataupun tahunan. Laju inflasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Dimana: LIt = Laju inflasi pada periode t IHKt = Indeks Harga Konsumen periode t IHKt-1 = Indeks Harga Konsumen periode t-1
Harga yang Diharapkan Cara menghitung inflasi dengan menggunakan harga pengharapan mengutamakan peranan harga yang diharapkan pada periode yang akan datang dalam menghitung inflasi. Rumus yang digunakan adalah: Dimana: LIet = Laju inflasi yang diharapkan pada periode t Het+1 = Harga Pengharapan pada periode t+1 Ht = Harga yang berlaku pada periode t
Indeks Harga Dalam Negeri dan Luar Negeri Cara penghitungan inflasi ini biasanya digunakan oleh negara-negara dengan sistem perekonomian terbuka. Rumusan untuk besaran ini adalah: Dimana: IHU = Indeks harga umum IHDN = Indeks harga dalam negeri IHLN = Indeks harga luar negeri α = Besarnya sumbangan/pengaruh indeks harga dalam negeri terhadap indeks harga umum
Penghitungan IHK mencakup: Di Indonesia, inflasi yang menggambarkan kenaikan harga-harga secara umum (headline inflation) dihitung dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) Penghitungan IHK mencakup: 744 komoditas 121 pasar (tradisional dan modern) 45 kota
IHK dikelompokkan ke dalam 7 kelompok barang dan jasa sesuai dengan COICOP (Classification Of Individual COnsumption by Purpose): Kelompok bahan makanan Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar Kelompok sandang Kelompok kesehatan Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga Kelompok transpor dan komunikasi dan jasa keuangan
Jenis Inflasi Jenis Inflasi Menurut Sifatnya Jenis Inflasi Menurut Sebabnya Jenis Inflasi Menurut Asalnya
Jenis Inflasi Menurut Sifatnya Inflasi Merayap (creeping Inflation) Creeping inflation ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% per tahun), kenaikan harga berjalan secara lambat dengan prosentase yang kecil serta dalam jangka yang relatif lama. Inflasi Menengah (galloping inflation) Galloping inflation ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar (antara 10 – 100%) dan kadangkala berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi, artinya harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya. Inflasi Tinggi (hyper inflation) Hyper inflation ditandai dengan kenaikan harga-harga lebih dari 100% atau bahkan naik sampai 5 atau 6 kali.
Jenis Inflasi Menurut Sebabnya Demand-pull Inflation Demand-pull inflation merupakan inflasi yang timbul karena adanya kenaikan permintaan total (agregate demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh (full employment). b. Cost-push Inflation Cost-push inflation merupakan inflasi yang timbul karena adanya penurunan dalam penawaran total (agregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi
Demand-pull Inflation Karena permintaan masyarakat akan barang-barang bertambah (misalnya, karena bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang, atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor, bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit yang murah), maka kurva agregate demand bergeser dari D1 ke D2. Akibatnya tingkat harga umum naik dari H1 ke H2 D2 S D1 H1 H2 P Q Q1 Q2
Cost-push Inflation Bila biaya produksi naik (misalnya, karena kenaikan harga bahan bakar minyak), maka kurva penawaran masyarakat (agregate supply) bergeser dari S1 ke S2. Akibatnya tingkat harga umum naik dari H1 ke H2 S1 D H1 H2 P Q Q1 Q2 S2
Jenis Inflasi Menurut Asalnya Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) Inflasi yang berasal dari dalam negeri timbul misalnya karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, gagal panen, dan sebagainya. b. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation) Inflasi yang berasal dari luar negeri adalah inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga di luar negeri atau negara-negara mitra dagang. Selain itu, dapat pula karena kenaikan harga-harga barang ekspor
Efek Inflasi Efek terhadap Pendapatan (Equity Effects) Efek terhadap Efisiensi (Efficiency Effects) Efek terhadap Output (Output Effects)