Wali Dalam Pernikahan (1) Definisi Wali Bahasa: Ibnu Faris rhm: Setiap orang yang mengurusi / menguasai urusan seseorang disebut wali Istilah: Imam Mawardi rhm: أولى النّاس بإنكاح المرأة أبوها ثم أبوه – أي جدها لأبيها – ثم أخوها ثم… السلطان فهو ولي من لا ولي لها Orang yang paling berhak untuk menikahkan seorang wanita adalah; ayahnya, kemudian kakeknya dari ayahnya, saudaranya..sulthan bagi yang tidak mempunyai wali. (al-Iqna’, 1/124) ولا يحلُّ للمرأة نكاحٌ ، ثيباً كانت أو بكراً إلا بإذن وليها: الأب ، أو الإخوة أو الجدّ أو الأعمام أو بني الأعمام وإن بعدوا ، والأقرب فالأقرب أولى ، وليس ولد المرأة وليا لها .. Ibnu Hazm rhm: Tidak halal bagi seorang wanita untuk menikah baik janda atau gadis kecuali dengan seizin walinya, yaitu; ayah, saudara laki-laki, kakek, paman atau anak paman dan setelahnya yang lebih dekat yang lebih dekat. Putra wanita itu tidak ada hak untuk menjadi wali baginya. (al-Muhalla, 9/451)
Pentingnya Wali Untuk menjaga kemuliaan wanita di hari kedepannya, sehingga tidak mudah diperlakukan secara dzalim oleh para pria Perbedaan Ulama Dalam “Wali Menjadi Syarat Sahnya Pernikahan” Jumhur: Wali menjadi syarat sahnya sebuah pernikahan, mereka mengatakan “Tidak sah sebuah pernikahan kecuali adanya wali”. Dalam kitab al-Fath (9/187) dikatakan: ذهب جمهورُ أهلِ العلم سلفاً وخلفاً إلى اشتراط الولي في النكاح ، وقالوا : لا يصحُّ النكاحُ إلا بولي بل نقل الحافظ ابن حجر عن ابن المنذر قوله : إنّه لا يُعرف عن أحد من الصحابة خلاف ذلك Dalilnya: Al-Qur’an: وَإِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ فَبَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَلَا تَعْضُلُوهُنَّ أَنْ يَنْكِحْنَ أَزْوَاجَهُنَّ .. Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya..(Qs.Al-Bagarah, 232)
وهي أصرحُ دليل على اعتبار الولي.. Al-Hafidh Ibnu Hajar rhm mengatakan; وهي أصرحُ دليل على اعتبار الولي.. Ayat ini sangat jelas menyatakan bahwa, pernikahan harus ada walinya.. (Al-Fath) As-Sunnah Abu Musa al-As’ari ra, Rasul saw: لا نكاح إلا بولي Tidak ada pernikahan kecuali dengan wali (HR.Abu Daud, Thurmudzi, Ibnu Majah, Hakim, Shahih) Thurmudzi rhm: والعملُ في هذا الباب على حديث النبي صلى الله عليه وسلم " لا نكاح إلا بولي " عند أهل العلم من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم منهم عمر ابن الخطاب ، وعلي بن أبي طالب ، وعبد الله بن عباس ، وأبو هريرة وغيرهم ، وهكذا رُوي عن بعض فقهاء التابعين أنهم يقولون:" لا نكاح إلا بولي" منهم سعيد بن المسيب ، والحسن البصري ، وشُريح , وإبراهيم النخعي وعمر بن عبدالعزيز وغيرهم . Pengamalan hadits ini “Tidak ada pernikahan tanpa wali” telah dilakukan dari para sahabat Nabi Muhammad saw seperti; Umar bin Khattab ra, Ibnu Abbas ra, Abu Hurairah ra dan lainnya, begitu juga para ulama fiqih dari golongan tabiin seperti; Said bin Musayyib, Hasan al-Basri, Syuraih, Ibrahim An-Nakhai dan Umar bin Abdul Aziz rhm, Sufyan at-Tsauri, Imam Malik, Abdullah bin Mubarak, Syafii dan Ahmad..dll
Sahl bin Sa’ad as-Saidiy ra; جَاءَتْ امْرَأَةٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، جِئْتُ أَهَبُ لَكَ نَفْسِي، قَالَ: فَنَظَرَ إِلَيْهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَعَّدَ النَّظَرَ فِيهَا وَصَوَّبَهُ، ثُمَّ طَأْطَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأْسَهُ، فَلَمَّا رَأَتِ المَرْأَةُ أَنَّهُ لَمْ يَقْضِ فِيهَا شَيْئًا جَلَسَتْ، فَقَامَ رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِهِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنْ لَمْ يَكُنْ لَكَ بِهَا حَاجَةٌ فَزَوِّجْنِيهَا، فَقَالَ: «وَهَلْ عِنْدَكَ مِنْ شَيْءٍ؟ قَالَ: لاَ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَقَالَ: اذْهَبْ إِلَى أَهْلِكَ فَانْظُرْ هَلْ تَجِدُ شَيْئًا» ، فَذَهَبَ ثُمَّ رَجَعَ، فَقَالَ: لاَ وَاللَّهِ مَا وَجَدْتُ شَيْئًا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: انْظُرْ وَلَوْ خَاتَمًا مِنْ حَدِيدٍ، فَذَهَبَ ثُمَّ رَجَعَ، فَقَالَ: لاَ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ خَاتَمًا مِنْ حَدِيدٍ، وَلَكِنْ هَذَا إِزَارِي - قَالَ سَهْلٌ: مَا لَهُ رِدَاءٌ - فَلَهَا نِصْفُهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: مَا تَصْنَعُ بِإِزَارِكَ إِنْ لَبِسْتَهُ لَمْ يَكُنْ عَلَيْهَا مِنْهُ شَيْءٌ، وَإِنْ لَبِسَتْهُ لَمْ يَكُنْ عَلَيْكَ مِنْهُ شَيْءٌ، فَجَلَسَ الرَّجُلُ حَتَّى إِذَا طَالَ مَجْلِسُهُ قَامَ، فَرَآهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُوَلِّيًا، فَأَمَرَ بِهِ فَدُعِيَ، فَلَمَّا جَاءَ قَالَ: مَاذَا مَعَكَ مِنَ القُرْآنِ. قَالَ: مَعِي سُورَةُ كَذَا وَسُورَةُ كَذَا، عَدَّدَهَا، فَقَالَ: تَقْرَؤُهُنَّ عَنْ ظَهْرِ قَلْبِكَ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: اذْهَبْ فَقَدْ مَلَّكْتُكَهَا بِمَا مَعَكَ مِنَ القُرْآنِ (HR.Bukhari) Dalam riwayat ini, Rasul saw tidak menanyakan tentang ‘apakah wanita itu memiliki wali atau tidak’.
Aisyah ra, Rasul saw: أَيُّمَا امْرَأَةٍ نَكَحَتْ بِغَيْرِ إِذْنِ وَلِيِّهَا فَنِكَاحُهَا بَاطِلٌ، فَنِكَاحُهَا بَاطِلٌ، فَنِكَاحُهَا بَاطِلٌ.. Siapa saja wanita yang menikah tanpa izin dari walinya maka nikahnya bathil, nikahnya bathil, nikahnya bathil.. (HR.Thurmudzi, Hasan) Abu Hanifah: Wali bukan menjadi syarat sahnya pernikahan, seorang wanita al-ayyim boleh menikahkan diri sendiri tanpa walinya. Dalilnya; Ayat dan Hadits yang berbicara tentang adanya wali, diperuntukkan bagi wanita yang dibawah umur. Meng-Qiyas dengan jual-beli, sebagaimana seorang wanita bebas berjual beli maka dalam pernikahanpun dia bebas menikahkan dirinya sendiri. Ibnu Abbas ra, Rasul saw: الْأَيِّمُ أَحَقُّ بِنَفْسِهَا مِنْ وَلِيِّهَا، وَالْبِكْرُ تُسْتَأْذَنُ فِي نَفْسِهَا، وَإِذْنُهَا صُمَاتُهَا Al-Ayyimu * lebih berhak atas dirinya daripada walinya, seorang gadis itu dimintai izin atas dirinya dan izinnya diamnya (HR.Muslim) * (Al-Ayyim; Wanita atau laki-laki yang lama belum menikah. Wanita yang lama tidak menikah. Wanita yang telah ditinggal suaminya atau suami yang telah ditinggal istrinya)
Yang berpendapat seperti ini, diantaranya Zufar, Sya’bi, Muhammad bin Sirin, Zuhri dan Qatadah rhm. Ayat yang digunakan jumhur juga digunakan oleh Abu Hanifah rhm; وَإِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ فَبَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَلَا تَعْضُلُوهُنَّ أَنْ يَنْكِحْنَ أَزْوَاجَهُنَّ .. Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, maka janganlah kamu menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya..(Qs.Al-Bagarah, 232) Pendapat lain dari Imam Malik rhm; Wali menjadi hal yang sunnah dan bukan yang harus dalam pernikahan Imam Malik rhm mengatakan: أنه يجوز للمرأة غير الشريفة أن تستخلف رجلاً من الناس على إنكاحها ، وكان يستحب أن تقدم الثيب وليها ليعقد عليها فكأنّه عنده من شروط التمام لا من شروط الصحة Daud ad-Dzahiri rhm: Beda antara gadis dan janda, untuk gadis wali menjadi syarat sahnya sedang bagi janda bukan menjadi syarat sahnya pernikahan
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ Abu Tsaur dari Syafiiyyah: Dalam pernikahan harus ada ridha dari wanita dan walinya Syarat Wali; Berakal Baligh Merdeka Laki-laki Satu Agama وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. (Qs.At-Taubah, 71) Tidak idiot Bila salah satu syarat ini tidak ada, maka pernikahan itu menjadi batal dan harus diulang oleh wali hakim