Batuan Metamorf.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PEDOSFER KELAS X SEMESTER I.
Advertisements

OM SWASTYASTU.
Prinsip dasar pengolahan air.
PENYERAPAN-PENGALIRAN DAN KEHILANGAN AIR
PROGRAM UNGGULAN KEBUMIAN
VI. Kalium Pendahuluan: K unsur ketiga setelah N dan P
12 penggalian terbuka atau penggalian bagian bawah dari suatu lereng.
PROSES ALAM ENDOGEN JENIS-JENIS TENAGA ENDOGEN
BATUAN METAMORF Siti Azizah Susilawati, S.Si., MP.
FAKTOR FAKTOR PEMBENTUK TANAH
TANAH / PEDOSFER OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd.
MINERAL DAN BATUAN MINERAL : Zat non-organik padat yang terbentuk secara alamiah, terdiri atas unsur atau senyawa unsur-unsur; mempunyai susunan/komposisi.
B. BATUAN.
BERBGAI CONTOH BATUAN BEKU, SEDIMEN DAN METAMORF Oleh: Dr
Siklus Batuan. Siklus Batuan Distribusi batuan.
DINAMIKA LITOSFER DAN PEDOSFER
BATUAN METAMORF Kelompok 6 Kelas B NAMA KELOMPOK :
MINERAL LIAT Clay Mineral
META (=LAIN) + MORFI (=BENTUK) BATUAN YANG TELAH BERUBAH
ASSALAMUALAIKUM WR.WB.
Batuan/Mineral.
CHAPTER 15 “Metamorphism, Metamorphic Rocks, and Hydrothermal Rocks”
Materi Struktur Air & Batuan “ Molekul Air, Divisualisasikan Tiga Cara Yang Berbeda: STRUKTUR AIR Air Adalah Molekul Sederhana Yang Terdiri Dari.
KELOMPOK VI PANAS INTERNAL BUMI.
PEMBENTUKAN TANAH PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS ESA UNGGUL
TEKSTUR BATUAN BEKU YAITU: Hubungan antara massa mineral dengan massa gelas yang membentuk massa yang merata dari batuan.
Larutan.
Bab 3 LITOSFER.
DIFERENSIASI MAGMA Komposisi magma Temperatur :
MINERAL DAN KRISTAL.
MINERAL DAN BATUAN MINERAL : Zat non-organik padat yang terbentuk secara alamiah, terdiri atas unsur atau senyawa unsur-unsur; mempunyai susunan/komposisi.
OLEH : | Natasha B. C. Abolla | Aleksander R. Thome |
Larutan.
KLASIFIKASI BATUAN METAMORF Dibagi atas dasar yaitu :
PENDAHULUAN DEFINISI :
PETROLOGI BATUAN METAMORF
KAMU HARUS BANYAK BELAJAR
MAGMA Pengertian Magma : adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah bersifat mobil , suhu antara derajat Celcius.
Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Negeri Gorontalo
Geologi Teknik Mineral, Batuan Norma Puspita, ST. MT.
Batuan Sedimen Ira Kusuma Dewi,S.Si,M.T.
TEORI INGSUTAN BENUA DAN
BATUAN METAMORF.
Komposisi dan Struktur Bumi
Bentuk Muka Bumi
Dinamika Atmosfer-1 Sistem Gaya Atmosfer
BAB III TEKSTUR BATUAN METAMORF dapat digolongkan menjadi 2 golongan
THE STRUCTURE OF METAMORF ROCK
Struktur Penyusun Bumi
BAB III TEKSTUR BATUAN METAMORF
BATUAN DAN TANAH.
Sekarang belajar batuan metamorf
BUMI DAN ALAM SEMESTA Bagian 01..
SISTEM DAN PERSAMAAN KEADAAN SISTEM
Dr. Ir.Sutarman Gafur, MSc. (K3)
Mata Pelajaran GEOGRAFI Kelas X - Semester GENAP
* CIBINONG * SD IT AL MADINAH
PLANET MERKURIUS KELOMPOK 5 : Hutrimas Arimbi P.A (L )
BAB II. FAKTOR PEMBENTUK TANAH
Litosfer adalah lapisan kerak bumi, berasal dari bahasa latin litho yang berarti batuan dan sphaira yang berarti lingkungan atau bola. Lapisan ini terdiri.
Oleh Kelompok 6 Ahmad Hidayatus Salfanil Farizy Anisa Kusumaningrum
Tugas Mekanika Batuan Tawakkal Mursyid
Wednesday, September 19, 2018 IV. Sifat Kimia Tanah
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEBARAN MAKHLUK HIDUP NAMA KELOMPOK : ELVA MEIROSA MELI WULAN ASIH DEA ANANDA LUSIANA SARI AMELLIA PUTRI RAFIKA S ISTIQOMAH.
BATUAN DAN MINERAL OLEH : 1.CLARA SINTA SARAGIH 2.HERYANTO R. SIHITE.
Dosen Teknik Pengairan FT UB
N. BANUNAEK T. Pertambangan Undana N. Banunaek, Struktur Geology.
3. MINERAL-2 PEMBENTUK BATUAN (ROCK FORMING MINERALS) UNSUR Semua benda dibentuk oleh sejumlah zat, & bagian terkecil dr zat tsb adalah unsur. Unsur :
BERBGAI CONTOH BATUAN BEKU, SEDIMEN DAN METAMORF Oleh: Sudjani, Dr. M
KESTABILAN LERENG Pada umumnya tanah atau batuan di alam berada dalam keadaan seimbang dalam artian lain keadaan dimana distribusi tegangan pada tanah.
Transcript presentasi:

Batuan Metamorf

metamorofsa terjadi pada temperatur dan tekanan diatas diagenesa (suhu > 200° C dan tekanan > 300 MPa) Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari batuan asal (batuan beku, sedimen, metamorf) yang mengalami perubahan temperatur(T), tekanan (P), atau Temperatur (T) dan Tekanan (P) secara bersamaan yang berakibat pada pembentukan mineral-mineral baru dan tekstur batuan yang baru.

Metamorfosa Kataklastik Metamorfosa Burial Tipe Metamorfosa deformasi mekanis Metamorfosa Kataklastik disepajang suatu zona sesar pada kedalaman tertentu dengan temperaturnya diatas 300° C s Metamorfosa Burial mineral zeolite Tipe Metamorfosa didekat intrusi batuan beku Metamorfosa Kontak temperatur yang tinggi batuan berbutir halus tanpa foliasi wilayah yang sangat luas tingkat deformasi yang tinggi Metamorfosa Regional tingkat foliasi yang sangat kuat, Tumbukan dua massa benua

Rendah sedang tinggi batas antara metamorfosa dan peleburan sangat dipengaruhi oleh jenis batuan dan jumlah air yang terdapat dalam batuan. Derajat Metamorfosa Untuk mencapai keseimbangan pada kondisi tekanan dan temperatur yang baru tergantung pada 3 (tiga) faktor Kandungan fluida Temperatur Waktu

Perubahan yang terjadi didalam kelompok mineral mencerminkan suatu peningkatan dalam derajat metamorfosa: “prograde metamorphism” (burial sedimentary atau penebalan kerak akibat tektonik) “retrograde metamorphism (pengangkatan tektonik dan erosi) Hubungan antara Derajat Metamorfosa dengan Tekanan, Temperatur dan Kedalaman

Facies Metamorfosa

Metamorfosa derajat rendah terjadi pada temperatur antara 200° sampai 320° C dan tekanan yang relatif rendah. dicirikan oleh berlimpahnya mineral-mineral hydrous. Contoh dari mineral-mineral hydrous yang terdapat pada batuan-batuan metamorf derajat rendah: • Mineral Lempung • Serpentine • Chlorite hydrous, yaitu mineral-mineral yang mengandung air (H2O) didalam struktur kristalnya).

Metamorfosa derajat tinggi terjadi pada temperatur lebih besar dari 320° C dan tekanan yang relatif tinggi. mineral-mineral hydrous akan semakin kurang hydrous dan mineral-mineral non-hydrous menjadi bertambah banyak. Contoh mineral-mineral non-hydrous yang mencirikan batuan metamorfosa derajat tinggi adalah: • Muscovite mineral hydrous yang akan menghilang pada metamorfosa derajat tinggi • Biotite - mineral hydrous yang stabil pada meskipun pada metamorfosa derajat tinggi sekalipun. • Pyroxene mineral non-hydrous • Garnet mineral non-hydrous

Metamorfosa Retrogresif Batuan yang berada jauh didalam perut bumi dapat mengalami penurunan tekanan dan temperatur apabila mengalami erosi sebagai akibat dari pengangkatan secara tektonik. Peristiwa tersingkapnya batuan akibat erosi ini memungkinan batuan mengalami pembalikan proses metamorfosa (metamorfosa retrogresif). Apabila proses metamorfosa retrogresif merupakan sesuatu yang bersifat umum, maka batuan jenis ini seharusnya juga umum dijumpai dipermukaan bumi, namun demikian kenyataannya bahwa batuan metamorfosa retrogresif jarang dijumpai tersingkap dipermukaan bumi.

Alasan-alasan mengapa batuan retrogresif tidak umum dijumpai adalah: Reaksi kimia akan melambat seiring dengan menurunnya temperatur. Selama proses metamorfosa retrogresif, larutan fluida seperti H2O dan CO2 menjadi bersifat pasif, padahal fluida diperlukan dalam pembentukan mineral-mineral hydrous yang bersifat stabil di permukaan bumi. Reaksi kimia juga akan dipercepat dengan hadirnya fluida, tetapi jika fluida tidak berfungsi sebagai pendorong pada proses metamorfosa retrogresif, maka percepatan reaksi kimia tidak terjadi selama proses metamorfosa retrogresif berlangsung.

Faktor Faktor Yang Mengendalikan Metamorfosa Temperatur gradient geothermal. Temperatur dapat juga meningkat karena adanya intrusi batuan. Tekanan gaya yang bekerja kesegala arah secara seimbang dan tekanan jenis ini disebut sebagai hydrostatic stress atau uniform stress. Jika tekanan segala arah tidak seimbang maka disebut sebagai differential stress

Jika tekanan diferensial hadir selama proses metamorfosa, maka tekanan ini dapat berdampak pada tektur batuan. Mineral-mineral yang berbentuk kristal atau mineral yang tumbuh dalam kondisi tekanan diferensial dapat membentuk orientasi. Hal ini terutama terjadi pada mineral-mineral silikat, seperti mineral biotite dan muscovite, chlorite, talc, dan serpentine.

Fasa Fluida fluida menjadi tidak berfungsi sebagai penggerak reaksi tidak ada larutan fluida ketika temperatur dan tekanan berkurang sehingga metamorfosa retrogresif menjadi sulit terjadi Waktu dibutuhkan waktu yang lama dalam proses metamorfosa untuk membentuk butiran butiran mineral yang ukurannya cukup besar. batuan metamorf yang berbutir kasar akan memerlukan waktu yang lama, diperkirakan membutuhkan waktu hingga jutaan tahun.

Perubahan tekstur batuan terhadap metamorfosa. Beberapa perubahan jenis tekstur dapat terjadi selama proses metamorfosa, terutama perubahan yang disebabkan oleh intensitas dan arah tekanan yang terjadi pada batuan. Meningkatnya ukuran besar butir. Foliasi. Gneissic Banding. Tekstur Porphyroblastic. Tekstur Granoblastik. Selama proses progresive metamorfosa atau pada derajat metamorfosa tertentu dalam perioda waktu yang cukup lama, mineral-mineral cenderung akan bertambah besar ukurannya. Dengan semakin meningkatnya pembentukan mineral pipih (slaty) maka mineral-mineral ini akan berorientasi dan mengarah kearah tegak lurus dari arah tekanan maksimal. Mineral mineral lempung dan mica halus akan membentuk tekstur slaty cleavage. Pada batuan yang berderajat leih tinggi, butiran butiran mineral mica akanmembentuk tekstur sekistositi. Pada batuan berderajat tinggi, mineral-mineral Mg-Fe (biotite, amphibole, pyroxene, sillimanite) cenderung akan memisahkan diri dari mineral-mineral yang berwarna lebih terang (feldspar dan kuarsa) menghasilkan tekstur Banding pada batuan. Ketika beberapa mineral-mineral metamorf baru mulai terbentuk, dimana pertumbuhannya membentuk bentuk kristal yang sempurna yang berada diantara matriknya. Kristal tersebut dinamakan sebagai porphyroblasts dan umumnya dijumpai sebagai mineral garnet, sillimanite, dan alkali feldspar. Tektur ini terbentuk pada metamorfosa kontak yang mengalami kenaikan temperatur yang cukup lama, batuan akan berkembang dengan tekstur yang sangat granular. Batuan ini dikenal dengan Hornfels.

Respon Batuan Terhadap Meningkatnya Derajat Metamorfosa struktur batuan juga berubah struktur batuannya juga akan berubah dari kondisi awalnya. serpih slate metamorf derajat rendah yang tersusun dari hasil pertumbuhan mineral-mineral lempung dan chlorite berbutir halus Slate struktur slatey cleavage

Batu Sabak (Slate) dan sayatan tipis batusabak yang memperlihatkan tekstur Slatey Cleavage yang terbentuk dari adanya orientasi lembaran mineral mineral silikat akibat Tekanan Diferensial

Schist butiran mineral cenderung akan menjadi besar dengan meningkatnya derajat metamorfosa. Meskipun batuan tersebut berkembang dekat dengan bidang foliasinya yang menyebabkan orientasi lembaran-lembaran silikat (terutama biotite dan muscovite), walaupun butiran-butiran Feldspar dan Kuarsa tidak memperlihatkan arah orientasi. Ketidak teraturan bidang foliasi pada tahap ini disebut dengan schistosity

Batuan Schist (kiri) dan sayatan tipis batuan Schist yang memperlihatkan tekstur “schistosity” dengan orientasi mineral mineral silikat (biotite dan muscovit) yang berarah tegak lurus dengan tekanan diferensial maksimalnya (kanan).

Seiring dengan naiknya derajat metamorfosa maka lembaran-lembaran dari mineral silikat menjadi tidak stabil dan mineral-mineral berwarna gelap seperti hornblende dan pyroxene mulai tumbuh. Mineral-mineral berwarna gelap ini cenderung akan memisahkan diri dalam kelompok yang jelas di dalam batuan yang disebut dengan Gneissic Banding Gneiss

Batuan Gneiss (kiri) dan sayatan tipis batuan Gneiss yang memperlihatkan tekstur Gneissic Banding antara mineral mineral berwarna gelap dengan Feldspar dan Kuarsa (kanan). Arah orientasi gneissic banding tegak lurus dengan tekanan diferensial maksimalnya.

Pada metamorfosa derajat yang paling tinggi seluruh mineral-mineral hydrous dan lembaran mineral silikat menjadi tidak sttabil dan hanya beberapa mineral hadir yang memperlihatkan orientasi. Batuan yang dihasilkan dari proses metamorfosa derajat tinggi akanmemiliki tekstur granulitic yang mirip dengan tekstur phaneric dalam batuan beku. Granulite Sampel Batuan Metamorf Granulite (kiri) dan Sayatan tipis tekstur Porphyroblastic pada batuan Granulite (kanan)

Perubahan tekstur batuan terhadap metamorfosa. Beberapa perubahan jenis tekstur dapat terjadi selama proses metamorfosa, terutama perubahan yang disebabkan oleh intensitas dan arah tekanan yang terjadi pada batuan. 1. Meningkatnya ukuran besar butir. Selama proses progresive metamorfosa atau pada derajat metamorfosa tertentu dalam perioda waktu yang cukup lama, mineral-mineral cenderung akan bertambah besar ukurannya. 2. Foliasi. Dengan semakin meningkatnya pembentukan mineral pipih (slaty) maka mineral-mineral ini akan berorientasi dan mengarah kearah tegak lurus dari arah tekanan maksimal. Mineral mineral lempung dan mica halus akan membentuk tekstur slaty cleavage. Pada batuan yang berderajat lebih tinggi, butiran butiran mineral mica akan membentuk tekstur sekistositi.

3. Gneissic Banding. Pada batuan berderajat tinggi, mineral-mineral Mg-Fe (biotite, amphibole, pyroxene, sillimanite) cenderung akan memisahkan diri dari mineral-mineral yang berwarna lebih terang (feldspar dan kuarsa) menghasilkan tekstur Banding pada batuan. 4. Tekstur Porphyroblastic. Ketika beberapa mineral-mineral metamorf baru mulai terbentuk, dimana pertumbuhannya membentuk bentuk kristal yang sempurna yang berada diantara matriknya. Kristal tersebut dinamakan sebagai porphyroblasts dan umumnya dijumpai sebagai mineral garnet, sillimanite, dan alkali feldspar. 5. Tekstur Granoblastik. Tektur ini terbentuk pada metamorfosa kontak yang mengalami kenaikan temperatur yang cukup lama, batuan akan berkembang dengan tekstur yang sangat granular. Batuan ini dikenal dengan Hornfels.

Struktur (foliasi)batuan metamorf

Berbagai jenis batuan metamorf.