Skenario 3 Blok Tumbuh Kembang Tutor 15 Atika Rachmania Lilo 201310330311006 Ria Churin Ain 201310330311019 Rizkya Arini Soraya Fays 201310330311075 Marisa Fatkiya 201310330311104 Windy Kirtanti 201310330311126 Inge Amalia Suharto 201310330311136 Novi Puspita Sari 201310330311141 Arina Nuril Fauziyah 201310330311142 Dwi Wilyani 201310330311146 Inas Khoirunnisa 201310330311153 Nadia Farah Fadhila 201310330311161 Tutor: dr. Gita Sekar Prihanti, MPdKed
Bagaimana Imunisasi pada Anak Saya?.... Seorang dokter menerima 2 pasien dalam keadaan inpartu. Nyonya An di kamar bersalin sedang menjalani proses persalinan pervaginam dengan usia kehamilan premature, lalu lahir bayi laki-laki dengan BBLR 1800 g. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, ibu ternyata menunjukkan HbSAg (+). Beberapa jam kemudian Ny. Es juga melahirkan secara pervaginam seorang bayi perempuan BBLC 2700 g. Ternyata Ny. Es telah didiagnosis dokter menderita TB paru aktif 1 bulan sebelum melahirkan, dan belum mendapat terapi OAT. Kedua ibu tadi menanyakan jadwal imunisasi yang akan didapatkan bayi mereka setelah lahir dan kemungkinan pemberian ASI eksklusif.
Keyword 2 pasien inpartu Bayi Ny.An BBLR (1800 g), pervaginam, prematur Ny.An HbSAg (+) Bayi Ny.Es BBLC 2700 g, pervaginam Ny.Es TB Paru Aktif 1 bulan, belum mendapat OAT ASI Eksklusif Jadwal Imunisasi
Klarifikasi Istilah HbSAg : Hepatitis B Surface Antigen salah satu pertanda serologi yang berhubungan dengan replikasi virus (JB Supayatno, Patologi Klinis FK UNS 2011). Dwi Petunjuk paling dini adanya infeksi HBV aku yang sedang berlangsung dan biasanya timbul pada periode inkubasi 6-10 minggu setelah infeksi HBV dan 2-8 minggu sebelum timbulnya gejala klinik (Hazim, 2010). Atika Hepatitis B Surface Antigen yang muncul di permukaan yang merupakan protein virus yang pertama muncul setelah infeksi Hepatitis B (Kamus Kesehatan). Marisa
Imunisasi : Suatu cara untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan (Depkes RI 2005). Nadya Suatu proses untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara memasukan vaksin, yakni virus atau bakteri yang sudah dilemahkan, dibunuh, atau bagian-bagian dari bakteri/virus tersebut telah dimodifkasi. (Medkes, 2014). Inge Imunisasi terdiri dari aktif dan pasif. Imunisasi aktif terdiri dari induksi tubuh untuk mengembangkan pertahanan terhdap penyakit dengan pemberian vaksin atau toksoid yang merangsang sistem imun untuk melindungi terhadap agen infeksi. Imunisasi pasif melalui pemindahan antibodi transplasenta pada janin yang memberikan proteksi terhdap beberapa penyakit selama 3-6 bulan petama kehidupan (Beherman Klirgman Arfin, 2010). Arina
TB: Penyakit menular langsung yang disebabkan oleh basil miobacterium tuberculosis, sebagia besar menyerang paru tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya. (Depkes RI, 2007). Ria OAT : Pengobatan TB yang terdiri dari obat utama yang meliputi Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol, dan Streptomisin (Diana, 2011). Novi Prematur : Bayi yang lahir dengan kondisi khusus yang berbeda dengan kelahiran bayi normal pada umumnya. Biasanya, persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat badan kurang dari 2500 g (dr.Gilberto R, 2010). Rizkya BBLR : Bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa melihat usia gestasi bisa terjadi pada bayi cukup bulan atau kurang bulan (Pujiadi, 2010). Windy ASI Eksklusif : Pemberian ASI tanpa makanan dan minuman lain. ASI eksklusif dianjurkan sampai 6 bulan pertama kehidupan (Depkes RI, 2005). Inas
Rumusan Masalah Apa arti dari HbSAg positif? Atika Bagaimana kemungkinan pemberian ASI eksklusif pada kedua bayi tersebut? Nadya Imunisasi apakah yang harus diberikan pertama kali pada kedua bayi tersebut? Ria Bagaimana kondisi atau kemungkinan tertularnya bayi yang lahir dari ibu TB Paru aktif dan HbSAg (+)? Dwi Bagaimana hubungan antara keadaan bayi lahir prematur dan BBLR dengan kondisi ibu yang HBSAg (+)? Rizkya Bagaimana jadwal imunisasi pada kedua bayi tersebut? Arina Bagaimana Imunisasi apabila keadaa bayi preterm dan BBLR? Novi Apakah persalinan pervaginam Ny.An akan meningkatkan resiko tertularnya hepatitis B terhadap bayi? Windy Bagaimana pemberian imunisasi pada bayi dari Ny.Es yang belum mendapat terapi OAT? Inge Berapa persentase kedua bayi tertular penyakit yang dialami oleh ibu? Marisa Apa saja penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi? Inas
Hipotesis Apa arti dari HbSAg positif? Atika Merupakan pertanda serologis infeksi hepatitis B. HbSAg yang masih positif lebih dari 6 bulan menunjukkan hepatitis kronis. HbSAg positif dengan IgM anti HbC dan HbeAg positif menunjukkan infeksi virus hepatitis akut. HbSAg positif dengan IgG anti HbC dan HbeAg positif menunjukkan infeksi virus Hepatitis B kronis dengan replikasi aktif. HbSAg positif dengan IgG anti HbC dan anti HbE positif menunjukkan infeksi virus hepatitis B kronik dengan replikasi rendah. Ria
Bagaimana kemungkinan pemberian ASI eksklusif pada kedua bayi tersebut Bagaimana kemungkinan pemberian ASI eksklusif pada kedua bayi tersebut? Nadya Untuk kedua bayi tersebut boleh diberikan Asi eksklusif. Bayi lahir dari ibu bermasalah seperti DM, Hepatitis B, TB, Malaria, dan sifilis boleh diberikan ASI. Namun, jika Ibu mengalami HIV dan galaktosemia atau TB payudara tidak boleh memberikan ASI. Pemberian ASI oleh ibu hepatitis B tidak diberikaan saat putting susu ibu terluka. (Pedoman Klinis Pediatri 2005) (Dwi, Windy) Tidak terdapat kontraindikasi pada bayi yang sedang menyusui bila ibunya diberikan diimunisasi. Sebaliknya, ASI tidak akan menghalangi seorang bayi untuk mendapatkan imunisasi. (Pedoman Imunisasi di Indonesia ed.4 2011) (Rizkya)
Imunisasi apakah yang harus diberikan pertama kali pada kedua bayi tersebut? Ria Untuk pertama kali ketika bayi lahir diberikan vaksin polio 0 secara oral (OPV) dan Hepatitis B. (Jadwal Imunisasi rekomendasi IDAI 2014) (Nadya) Untuk Hepatitis B harus dilakukan <12 jam pada Bayi baru lahir dan bila perlu ditambahkan dengan HbIG karena hampir semua bayi yang dilahirkan dari ibu yang HbSAg (+) akan terkena infeksi pada bulan kedua atau ketiga. (Pedoman Imunisasi di Indonesia ed.4 tahun 201)(Atika) VHB ditambah HbIG 95%. Jika diberi VHB hanya 80%. (Informasi vaksin untuk orang tua vaksin hepatitis B IDAI 2014) (Dwi)
Bagaimana kondisi atau kemungkinan tertularnya bayi yang lahir dari ibu TB Paru aktif dan HbSAg (+)? Dwi HbSAg (+) kemungkinan tertularnya melalui transmisi virus secara vertika, kontak dengan darah atau cairan tubuh. Gejalanya asimtomatis. Jika terkena pada trimester 1 dan 2 kemungkinan tertularnya kecil. Namun jika pada trimester 3 kemungkinannya 50-70 %. Untuk TB Paru aktif penularan bisa terjadi sebelum lahir yaitu melalui plasenta yang disebut TBC kongenital menghirup cairan amnion yang tercemar melalui pernapasan setelah bayi lahir dan saat proses persalinan. (Center of Disease Control of Prevention dan Pedoman Imunisasi Indonesia ed.5. 2014) (Arina)
Bagaimana hubungan antara keadaan bayi lahir prematur dan BBLR dengan kondisi ibu yang HBSAg (+)? Karena adanya infeksi virus yang dialami oleh ibu sehingga membuat kondisi yang membahayakan keadaan janin dan mengancam kesejahteraan janin. Sehingga bayi dilahirkan lebih awal atau prematur . (Periodental diseaseand The risk preterm birth and low birth, weight, 2005) (Marisa) Infesi virus hepatitis b sering mengakibatkan abortus pada janin, partus prematurus dan intrauterin death. Hal ini terjadi terutama bila adanya dehidrasi atau efek sistemik yang berat. Kelahiran prematur meningkat sebesar 15-35% yang kemungkinan disebabkan karena keadaan penyakitnya yang berat pengaruh virus pada janin atau plasenta diperkirakan bahwa kenaikan kadar asam empedu dan asam lemak bebas bersama dengan timbulnya ikterus dapat meningkatkan tonus otot uterus dan memulai persalinan. (Jurnal Pengelolaan Hepatitis B dalam Kehamilan dan Persalinan oleh Vincentia Merry. 2010) (Atika)
Bagaimana jadwal imunisasi pada kedua bayi tersebut? Arina Hepatitis B : <12 jam diberikan VHB 0,5 cc Im paha kanan. <24 jam diberikan HbIG 0,5 CC (200 IU) paha kiri IM. Setelah 1 dan 6 bulan diberi vaksin kombinasi. (Inas) Lahir Vaksin Hepatitis B _ Anti KBIG Vaksin sesuai jadwal (0,1,6 bulan) 1-3 bulan setelah dosis ke-4 dicek anti HbS dan HbSAg Jika keduanya (-) atau anti HbS <10 mII/ml Lakukan vaksin lagi sebanyak 3 dosis sesuai jadwal (0,1,6 bulan) 1 bulan kemudian periksa lagi Anti HbS dan HbSAg. (Sari Pediatri vol.4 2003) Inge TB Paru : >12 bulan diberi 0,1 CC BCG IC tetapi harus dilakukan mantoux test. Jika <12 bulan diberikan 0,05 cc IC (IDAI) INH 5 mg/KgBB sekali per hari setelah 8 minggu dilakukan evaluasi pemeriksaan fisik bayi peningkatan BB dan Tes Mantoux. Jika tes positif dilakukan pengobatan OAT. Jika negatif, profilaksis INH tetap dilakukan selama 6 bulan setelah terapi INH selesai tunggu 2 minggu beri vaksin BCG (Jurnal Medica Hospitalia, Imunisasi pada keadaan khusus. 2013) Novi
Bagaimana Imunisasi apabila keadaan bayi preterm dan BBLR? Hepatitis B : pada bayi prematur <2 kg. Dosis pertama yang pertama tidak dihitung, dilanjutkan 3 dosis lagi sampai total 4 dosis. Pemeriksaan anti HbS dan HbSAg dilakukan 1-3 bulan setelah dosis ke-4. Bila konsentrasi Anti HbS <10 mIU berika 3 dosis lagi dengan jadwal (0, 1, dan 6 bulan) diikuti pemeriksaan anti HbS 1 bulan setelah dosis ke-3 (Sari Pediatri vol.4 Pemberian Imunisasi Hepatitis b pada bayi prematur) BCG : Tidak ada kontraindikasi untuk pemberian pada bayi prematur dan BBLR Yang tidak boleh diberikan BCG: Reaksi uji tuberkulin >10mm Saat kekebalan tubuh menurun Menderita gizi buruk Pernah sakit tuberkulosis Saat kehamilan (Pedoman Imunisasi ed 5 2014) (Arina)
Apakah persalinan pervaginam Ny Apakah persalinan pervaginam Ny.An akan meningkatkan resiko tertularnya hepatitis B terhadap bayi? Iya. Karena salah satu cara penularan hepatitis B janin atau bayi melalui paparan darah dan sekresi genitalia. (Periodental diseaseand The risk preterm birth and low birth, weight, 2005) (Marisa)
Bagaimana pemberian imunisasi pada bayi dari Ny Bagaimana pemberian imunisasi pada bayi dari Ny.Es yang belum mendapat terapi OAT? INH 5 mg/KgBB sekali per hari setelah 8 minggu dilakukan evaluasi pemeriksaan fisik bayi peningkatan BB dan Tes Mantoux. Jika tes positif dilakukan pengobatan OAT. Jika negatif, profilaksis INH tetap dilakukan selama 6 bulan setelah terapi INH selesai tunggu 2 minggu beri vaksin BCG (Jurnal Medica Hospitalia, Imunisasi pada keadaan khusus. 2013) Novi
Berapa persentase kedua bayi tertular penyakit yang dialami oleh ibu? Ibu dengan penyakit Hepatitis B pada trimester 3 kemungkinan tertularnya 50-70% Ibu dengan TB Paru Aktif bisa menularkan ke bayi 70%. (Buku pedoman pelayanan medis IDAI ed2 2011) (Rizkya)
Apa saja penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi? Difteri, Campak, Polio, cacar atau variola, tetanus, demam kuning dan batuk rejan. (MenKes 2013) (Inas) Tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, polio mielitis, campak dan hepatitis. (Konsep dasar keperawatan Anak. 2004) (Windy) Pneumokokus, varicella, Influenza. (Rekomendasi Imunisasi IDAI 2014) (Nadya)
PETA KONSEP
LO Mampu mengerti dan melaksanakan prosedur vaksinasi dengan benar yang meliputi penyimpanan dan transportasi, persiapan alat dan bahan, persiapan bayi/anak sebelum pemberian vaksin, teknik pemberian vaksin dengan safe injection, dan pencatatan serta pelaporan. a. Jadwal imunisasi seusai rekomendasi satgas imunisasi IDAI 2014 b. Jenis-jenis vaksin (vaksin kombo) isi, manfaat, indikasi kontra c. Jenis semprit dan jenis jarum d. Cara penyuntikan IM, SK, IK e. Suhu penyimpanan masing-masing vaksin dan rantai vaksin Mengerti dan mampu melaksanakan vaksinasi dalam keadaan khusus. a. Penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan vaksinasi b. Dasar imunologi vaksinasi c. Keadaan imunokompromais yang mempengaruhi vaksinasi. Pemberian ASI dalam Kondisi khusus
Learning Objects
Jadwal Imunisasi sesuai Rekomendasi Satgas Imunisasi IDAI 2014 Inas Khoirunnisa 201310330311153
Vaksin Hepatitis B Paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan didahului suntik vitamin K. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan vaksin hepatitis B dan imunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada ekstremitas yang berbeda. Vaksinasi hepatitis B selanjutnya dapat menggunkan vaksin hepatitis B monovalen atau vaksin kombinasi.
Dosis I : waktu lahir 12 jam pertama Dosis II : usia 1 bulan (30 hari) Dosis III : usia 6 bulan (60 hari) sd 6 bulan 29 hari
Vaksin Polio Pada saat lahir atau pada saat bayi dipulangkan harus diberikan vaksin polio oral (OPV-0). Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3 dan polio booster dapat diberikan vaksin OPV atau IPV, namuun sebaiknya paling sedikit mendapat satu dosis vaksin IPV.
Dosis 0 (tidak dihitung) : waktu lahir Dosis I : usia 2 bulan (60 hari) sd 2 bulan 29 hari Dosis II : usia 4 bulan (120 hari) sd 4 bulan 29 hari Dosis III : usia 6 bulan (180 hari) sd 6 bulan 29 hari Dosis IV : usia 18-24 bulan Dosis V : usia 5 tahun
Vaksin BCG Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum 3 bulan, optimal umur 2 bulan. Apabila diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin.
Diberikan pada usia ≤ 2 bulan (satu kali).
Vaksin DTP Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada umur 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTwP atau DTaP atau kombinasi dengan vaksin lain. Untuk anak umur > 7 tahun diberikan vaksin Td, dibooster setiap 10 tahun.
Dosis I : usia 2 bulan (60 hari) sd 2 bulan 29 hari Dosis II : usia 4 bulan (120 hari) sd 4 bulan 29 hari Dosis III : usia 6 bulan (180 hari) sd 6 bulan 29 hari Dosis IV : usia 18-24 bulan Dosis V : usia 5 tahun Dosis VI : usia 10-12 tahun (vaksin Td) Dosis VII : usia 18 tahun (vaksin Td)
Vaksin Campak Vaksin campak kedua tidak perlu diberikan pada umur 24 bulan, apabila MMR sudah diberikan pada 15 bulan.
Dosis I : usia 9 bulan (270 hari) sd 9 bulan 29 hari Dosis II : usia 24 bulan Dosis III : usia 6 tahun
Vaksin Pneumokokus Apabila diberikan pada umur 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali dengan interval 2bulan. Pada umur > 1 tahun diberikan 1 kali, namun keduanya perlu booster 1 kali pada umur . 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak umur > 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
Vaksin Rotavirus
Vaksin Rotavirus Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali. Dosis I : diberikan umur 6-14 minggu Dosis II : diberikan dengan interval minimal 4 minggu Sebaiknya vaksin rotavirus monovalen selesai diberikan sebelum umur 16 minggu dan tidak melampaui umur 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali. Dosis I : diberikan umur 16-14 minggu Interval dosis ke-II dan ke-III 4-10 minggu Dosis III : diberikan pada umur < 32 minggu (interval min. 4 minggu)
Vaksin Varisela Dapat diberikan setelah umur 12 bulan. Terbaik diberikan pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Apabila diberikan pada umur >12 tahun, perlu 2 dosis dengan interval min. 4 minggu.
Vaksin Influenza Diberikan pada umur min. 6 bulan, diulang setiap tahun. Untuk imunisasi pertama kali anak umur < 9 tahun diberi 2 kali dengan interval min. 4 minggu. Untuk anak 6 - <36 bulan dosis 0,25 ml.
Vaksin Human Popiloma Virus (HPV) Diberikan mulai umur 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan 3x dengan interval 0, 1, 6 bulan. Vaksin HPV tetravalen dengan interval 0, 2, 6 bulan.
Sumber: Gunardi, Hartono. 2014. Jadwal Imunisasi Rekomendasi IDAI 2014. Depok: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UI.
Jenis-jenis Vaksin, Isi, Manfaat, Indikasi Kontra. Inge Amalia S(201310330311136) Ria Churin Ain (201310330311019) Nadia Farah F (201310330311161) Jenis-jenis Vaksin, Isi, Manfaat, Indikasi Kontra.
Hepatitis B Vaksin Hepatitis B rekombinan diindikasi- kan untuk imunisasi aktif pada semua usia, untuk mencegah infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B. Komposisi : Tiap 1,0 mL mengandung 20 mcg HBsAg yang teradsorpsi pada 0,5mg Al3+. Tiap 0,5 mL mengandung 10 mcg HBsAg yang teradsorbsi pada 0,25 mg Al3+. Dosis : 0.5 ml sebanyak 3 kali pemberian Efek samping : Yang umum terjadi adalah reaksi local ringan seperti kemerahan pada daerah suntikan. Kadang- kadang terjadi demam ringan 1-2 hari. Indikasi kontra : Anak yang sedang demam berat.
Polio Virus Polio yang dimatikan (Salk) Virus Polio yang dilemahkan (Sabin) Imunisasi polio diberikan dengan tujuan untuk mencegah anak terjangkit penyakit polio yang dapat menyebabkan anak menderita kelumpuhan otot pada kedua kakinya dan otot-otot wajah Dosis : 2 tetes mulut Kemasan : vial, disertai pipet tetes Masa kadaluarsa : OPV : dua tahun pada suhu 0°C Efek samping : Sebagian kecil anak setelah imunisasi dapat mengalami gejala pusing, diare ringan, nyeri otot. Kontra Indikasi : diare berat, demam >38,5C, gangguan kekebalan, riwayat alergi neomisin, polimiksin, dan streptomisin.
BCG Vaksin BCG mengandung kuman BCG (Bacillus Calmette Guerin) yang masih hidup namun telah dilemahkan. Untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit Tuberkulosis. Kemasan : ampul dengan bahan pelarut 4 ml (NaCl Faali) Masa kadaluarsa : satu tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada label) Efek samping : Reaksi lokal pembengkakan kecil, merah, lembut biasanya timbul pada daerah bekas suntikan, yang kemudian berubah menjadi vesikel kecil, dan kemudian menjadi sebuah ulkus dalam waktu 2 - 4 minggu. Reaksi ini biasanya hilang dalam 2 – 5 bulan, dan umumnya pada anak-anak akan meninggalkan bekas berupa jaringan parut dengan diameter 2 – 10 mm. Indikasi kontra : Defisiensi sistem kekebalan, Individu yang terinfeksi HIV asimtomatis maupun simtomatis tidak boleh menerima vaksinasi BCG.
DTP Vaksin difteri terbuat dari toksin kuman difteri yang telah dilemahkan (toksoid). Lalu dikemas dengan vaksin Tetanus yang berisi toksin kuman Tetanus yang telah dilemahkan dan dimurnikan. Vaksin pertussis (vaksin terhadap Batuk Rejan) terbuat dari kuman Bordetella Pertusis yang telah dimatikan. Dosis : pemberian sebanyak 3 kali @ 0,5 mL secara intramuscular. Booster 12 bulan kemudian dengan dosis 0,5 mL secara intramuskular. Efek samping : Biasanya reaksi lokal atau sistemik ringan. Sakit, bengkak dan kemerahan pada lokasi suntikan disertai demam yang bersifat sementara, merupakan kasus terbanyak. Kadang-kadang reaksi berat seperti demam tinggi, iritabilitas dan histeria dapat terjadi 24 jam setelah imunisasi. Indikasi kontra : Dosis kedua DTP jangan diberikan pada individu yang mengalami reaksi anafilaktik terhadap dosis sebelumnya atau terhadap komponen vaksin. Pada anak-anak yang sedang mengalami batuk, pilek, demam, dan yang menderita kelainan saraf, mudah mendapat kejang, asma dan eksim.
Hib Vaksin Hib dibuat dari bakteri Haemophillus Influenza tipe B (HiB) yang dilemahkan. Manfaat: Melindungi tubuh dari virus Haemophilus influenza type B, yang bisa menyebabkan meningitis, pneumonia, dan epiglottitis. Efek samping : Nyeri, kemerahan, atau bengkak di tempat suntikan adalah efek samping dari Imunisasi HiB. Bengkak itu biasanya bertahan 1 sampai 3 hari . Pada kasus-kasus tertentu, anak yang baru saja menerima Imunisasi HiB akan mengalami rasa gelisah, sering menangis, kehilangan nafsu makan, dan demam. Kontraindikasi : Tidak dapat diberikan pada anak yang sakit atau kekebalannya sedang menurun
Vaksin Pneumokokus Vaksin Pneumokokus Polisakarida (PPV) Vaksin Pneumokokus Polisakarida KOnjugasi
PPV - 23 Polisakarida Bakteri T – independent antigen Tidak immunogenik pada < 2 tahun, rekomendasi untuk > 2 tahun Imunitas jangka pendek, tidak ada respon booster PPV-23 mengandung 23 serotipe : 14, 6 B, 19 F, 18 C, 23 F, 4 , 9 V, 19A, 6A, 7 F, 3,1, 9N, 22F,18B, 15 C, 12F, 11A, 18F, 33F, 10 A, 38,13 PCV Konyugasi polisakarida dengan protein difteri T- dependent Immunogenik pada anak < 2 tahun Memmpunyai memori jangka panjang Imunitas jangka panjang , respon booster positif PCV – 7 mengandung 7 serotipe : 4 , 6B, 9 V, 14, 18 C, 19 F, 23 F, 1,5 dan 7F PCV – 13 mengandung 13 seroyipe : 4, 6B, 9V, 14, 18 C, 19 F, 23 F, 1,5, &F, 3, 6A, dan 19A
Manfaat Menurunkan kolonisasi di nasofaring Menurunkan kejadian IPD Efektif menurunkan 95 % sepsis dan meningitis Mengurangi kunjungan berobat
Kontraindikasi Vaksin dikontrindikasikan dalam kehamilan dan harus digunakan dengan hati – hati dalam penyakit kardiovaskular dan pernapasan
Vaksin Rotavirus Monovalen Tetravalen Pentavalen
Monovalen Mengandung 1 jenis strain rotavirus Di pasaran dikenal dengan vaksin Rotarix Mampu menurunkan diare rotavirus sebesar 57 % Tetravalen Mengandung 4 strain rotavirus Dikenal dengan nama dagang Rota Shield Pentavalen Mengandung 5 strain rotavirus Dikembangkan dari serum Bovine yang dikenal dengan nama dagang Rotateq
Manfaat Berpotensi mengurangi : Kasus rawat jalan Kasus rawat inap kematian
Kontra Indikasi Bayi yang hipersensitif terhadap vaksin Bayi dengan penyakit imuno defisiensi
Vaksin Influenza Seasonal Vaksin Pandemik
Vaksin Seasonal Mengandung antigen dari 2 subtipe virus influenza A (A/ H1N1 dan A/ H3N2) dan satu galur virus influenza B
Vaksin Pandemik Ada 2 macam : Mengandung virus yang dilemahkan Mengandung virus hidup
Manfaat Vaksin Influenza Vaksinasi flu adalah perlindungan terbaik dari flu dan komplikasinya. Vaksin flu juga mencegah penyebarannya kepada orang lain. Departemen Kesehatan, 2013
Kontraindikasi Vaksin ini tidak boleh diberikan pada anak berumur kurang dari 6 bulan, karena pada kelompok umur ini vaksin sering menimbulkan gejala panas. Pada anak yang berumur kurang dari 12 tahun sebaiknya diberikan vaksin influenza yang terpisah/subunit. Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso, Jakarta, 2008
Campak (Morbili) Virus Morbili Hidup Virus Morbili Mati Imunisasi Dalam Praktik, 1995
Mengandung strain yang dilemahkan Morbili Mati Morbili Hidup Mengandung strain yang dilemahkan Morbili Mati Mengandung virus yang tak diaktifkan Imunisasi Dalam Praktik, 1995
Manfaat Hasil penelitian, vaksin campak awet sampai 16 tahun Imunisasi Dalam Praktik, 1995
Kontra indikasi Pada anak kejang demam Kejang bukan karena demam
MMR Vaksin untuk mencegah campak, gondongan , dan rubela Merupakan vaksin kering yang mengandung virus hidup disimpan pada suhu 2 – 8 C Vaksin ini dapat melindungi anak dan dewasa dari penyakit MMR
Kontra Indikisai Anak dengan alergi berat Anak dengan penyakit keganasan yang tidak diobati Anak dengan demam akut Anak yang mendapat vaksin hidup yang lain
Tifoid Terdapat 2 jenis vaksin Tifoid Untuk memberi kekebalan tubuh terhadap penyakit demam tifoid (tifus)Untuk memberi kekebalan tubuh terhadap penyakit demam tifoid (tifus) Terdapat 2 jenis vaksin Tifoid Vaksin dari kuman hidup yang dilemahkan (attenuated) diberikan secara oral Vaksin mati (inactivated) diberikan secara injeksi Kontra Indikasi : Alergi bahan ajuvan vaksin Demam
Hepatitis A Contoh vaksin : Kontra Indikasi : Untuk memberi kekebalan tubuh terhadap penyakit hepatitis A Contoh vaksin : Havrix (Glaxo Smith Kline) Avaxim (Aventis Pasteur) Vaqta (MSD) Twinrix Kontra Indikasi : Individu yang mengalami reaksi berat sesudah penyuntikan dosis pertama
Varisela Kontra Indikasi : Demam tinggi Untuk memberi kekebalan tubuh terhadap penyakit varisela Vaksin ini mengandung virus hidup Varicella zoster galur OKA yang tidak berbahaya, sedikit antibiotik dan neomisin Kontra Indikasi : Demam tinggi Hitung leukosit < 1.200 μL Defisiensi imun selular Sedang terapi kortikosteroid dosis tinggi (2mg/kgBB/hari atau lebih)
HPV (Human Papilloma Virus) Untuk memberi kekebalan tubuh terhadap penyakit yang disebabkan oleh Papilloma virus Vaksin ini dibuat dari protein kulit luar HPV. Vaksin HPV yang tersedia saat ini adalah Gardasil dan Cervarix Kontra Indikasi : Alergi berat terhadap komponen vaksin HPV Wanita hamil
Pentabio Vaksin DPT-HepB-HiB ditujukan untuk mencegah 5 penyakit yaitu: Difteri Pertusis Tetanus Hepatitis B Hemofilus Influenzae tipe B Zat aktif Toksoid Difteri murni Toksoid Tetanus murni B. pertussis inaktif HBsAg Konjugat Hib Zat tambahan Aluminium fosfat Thimerosal Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap komponen vaksin atau reaksi berat terhadap dosis vaksin kombinasi sebelumnya
Sumber Imunisasi dalam Praktik, dr. Petrus Andrianto, 1995 Informasi Vaksin untuk Orangtua (IVO), IDAI 2014 Lockhart, Anita. 2014. Asuhan Kebidanan Neonatus Normal & Patologis. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher. Modul Keterampilan Imunisasi 2013, UNS Surakarta Pedoman Imunisasi di Indonesia, IDAI, 2011 PT Bio Farma, 2014
Cara Penyuntikan IM, SC, dan IC Oleh : Arina Nuril Fauziyah 201310330311142
Penyiapan Cairan Untuk Injeksi Syarat pertama harus steril oleh karena itu, hampir semua cairan injeksi disajikan dalam bentuk ampul yang digunakan sekali pakai. Jika menggunakan vial, disinfektan penutup vial terlebih dahulu, agar terjamin kesterilannya
Injeksi Intramuscular Injeksi ini dilakukan jika diinginkan penyebaran yang cepat dari obat Memungkinkan untuk menyuntikkan sejumlah volume yang lebih banyak (maksimal 20 cc) Dianjurkan untuk obat yang berminyak Pada injeksi IM, terdapat resiko tertusuknya pembuluh darah (yang menyebabkan penyerapan yang sangat cepat) atau tertusuknya saraf (yang dapat menyebabkan kelumpuhan) Tempat injeksi : memilih tempat dimana terdapat otot yang besar gluteus dan kaki bagian atas jika tidak memungkinkan, bisa di lengan bagian atas
Cara Injeksi IM 1. Pilih daerah otot yang akan disuntik. 2. Bersihkan daerah suntikan dengan kasa atau bulatan kapas yang telah direndam dalam larutan antiseptik dan biarkan mengering. 3. Yakinkan bahwa jenis dan dosis obat yang diberikan sudah tepat. 4. Isap obat yang akan disuntikkan kedalam semprit dan pasang jarumnya. 5. Bila memungkinkan pegang bagian otot yang akan disuntik dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk 6. Dengan satu gerakan cepat, masukkan jarum tegak lurus 90 melalui kulit
7. Tarik tuas semprit perlahan untuk meyakinkan bahwa ujung jarum tidak menusuk vena a. Bila tidak dijumpai darah, suntikan obat dengan tekanan kuat dalam waktu 3-6 detik b. Bila dijumpai darah: i. Cabut jarum tanpa menyuntikkan obat ii. Pasang jarum steril yang baru ke semprit iii. Pilih tempat penyuntikan yang lain iv. Ulangi prosedur diatas 8. Bila telah selesai, tarik jarum dengan sekali gerakan halus dan tekan dengan kasa steril kering
Injeksi Subcutan Cara pemberian ini terutama dilakukan pada obat-obat yang harus menyebar dan diserap oleh tubuh secara perlahan lahan Tempat yang dianjurkan : Lengan bagian atas, kaki bagian atas Sudut : 90 (pada jarum yang panjangnya 1 cm) atau 45 (pada jarum yang lebih panjang)
1. Cuci tangan dengan menggunakan sabun 2. Siapkan spuit dan jarum 3. Tentukan lokasi injeksi 4. Desinfeksi kulit dengan menggunakan kapas-alkohol dengan arah melingkar, dimulai dari bagian dalam menuju ke arah. Biarkan alkohol mengering beberapa saat. 5. Pemberian injeksi a. Lepaskan penutup jarum dengan hati-hati jangan sampai terkontaminasi b. Keluarkan gelembung udara dari spuit c. Pegang spuit pada satu tangan seperti memegang pensil d. Genggam kulit pasien menggunakan ibu jari dan telunjuk dari tangan yang tidak memegang spuit e. Arahkan jarum ke kulit dengan sudut sesuai ketentuan diatas f. Dorong jarum menembus kulit, jangan didorong terlalu lambat
g. Tarik sedikit ujung penghisap dan lihat apakah ada dara yang masuk ke dalam spuit. Bila ada darah yang masuk spuit berarti injeksi kita mengenai pembuluh darah maka jarum harus ditarik lagi dari tempat tersebut dan lakukan lagi dari awal. h. Bila tidak ada darah maka dorong ujung penghisap untuk memasukkan obat, secara perlahan dengan kecepatan yang tetap, dan obat harus dimasukkan dalam waktu 5 detik. i. Setelah obat sudah masuk semua maka tarik jarum dari kulit disertai dengan menekan kulit menggunakan kasa steril. j. Bekas tempat insersi jarum tetap ditekan dalam beberapa detik setelah jarum ditarik
Injeksi Intradermal/Intracutan Injeksi intradermal sering digunakan untuk prosedur diagnostik seperti pada tes alergi/tes sensitivitas (skin test), atau uji tuberculin (misalnya Mantoux test). Selain itu digunakan pula untuk pemberian imunisasi (misalnya imunisasi BCG dan Rabies) dan anestesi lokal Lokasi : daerah dada atas dan lengan bawah bagian volar. Sudut : 10-15
Pegang semprit dengan tangan kanan anda dengan lubang pada ujung jarum menghadap ke depan. Buatlah permukaan kulit menjadi datar dengan menggunakan ibu jari kiri dan jari telunjuk anda. Letakkan semprit dan jarum dengan posisi 5-15 dengan kulit bayi. Masukkan ujung jarum tepat di bawah permukaan kulit tetapi di dalam kulit yang tebal – cukup memasukkan bevel (lubang di ujung jarum) Jaga agar posisi jarum tetap datar di sepanjang kulit sehingga jarum masuk ke dalam lapisan atas kulit saja. Jaga agar lubang di ujung jarum menghadap ke depan. Jangan menekan jarum terlalu dlam dan jangan menurunkan jarum karena jarum akan masuk di bawah kulit, sehingga yang terjadi suntikan subcutaneous bukan suntikan intradermal. Untuk memegang jarum dengan posisi yang tepat, letakkan ibu jari kiri pada ujung bawah semprit dekat jarum, tetapi jangan menyentuh jarum. Pegang ujung penyedot antara jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan . Tekan penyedot dengan ibu jari tangan anda. Suntikkan sejumlah dosis (BCG=0,05 ml vaksin) dan lepaskan jarum.
Jika disuntikan BCG tepat, akan timbul pembengkakkan dengan puncak yang datar (flat-topped) pada kulit. Pembengkakan ini kelihatan pucat dengan lubang sangat kecil seperti kulit jeruk. Jika teknik yang digunakan tidak tepat, vaksin akan masuk dengan mudah dan tidak terlihat adanya pembengkakan.
Sumber Pedoman teknis Pemberian injeksi pada bayi. Kementerian kesehatan RI. 2011 Ilmu Keperawatan. P.J.M.Stevens. 2012 Tehnik Injeksi. CHRISTOPHER RYALINO .2011
Suhu Penyimpanan Masing-masing Vaksin dan Rantai Vaksin Atika Rachmania Lilo Suhu Penyimpanan Masing-masing Vaksin dan Rantai Vaksin
Suhu Penyimpanan Masing-masing Vaksin
Rantai Vaksin Rangkaian proses penyimpanan dan transportasi vaksin dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai prosedur untuk menjamin kualitas vaksin sejak dari pabrik sampai diberikan kepada pasien. Terdiri dari : Proses penyimpanan vaksin di kamar dingin atau kamar beku, di lemari pendingin, di dalam alat pembawa vaksin, serta pentingnya alat- alat untuk mengukur dan mempertahankan suhu.
Rantai Vaksin Suhu Optimum Vaksin Hidup Secara umum semua vaksin sebaiknya disimpan pada suhu +2 s/d +8°C. Di atas suhu +8°C vaksin hidup akan cepat mati, vaksin polio hanya bertahan 2 hari, vaksin BCG dan campak yang belum dilarutkan akan mati dalam 7 hari. Potensi vaksin hidup masih tetap baik pada suhu <2°C s/d beku. Vaksin polio oral yang belum dibuka bertahan lebih lama (2 tahun) bila disimpan pada suhu -25°C s/d - 15°C, namun hanya bertahan 6 bulan pada suhu 2-8°C. vaksin BCG dan Campak tidak perlu disimpan pada suhu -25°s/d -15°C atau di dalam freezer.
Rantai Vaksin 2. Vaksin Mati Vaksin mati (inaktif) sebaiknya disimpan dalam suhu +2°C s/d +8°C juga, bila disimpan pada suhu di bawah +2°C (beku) vaksin mati akan cepat rusak. Bila beku dalam suhu -0,5°C vaksin Hepatitis B dan DPT-Hepatitis B (kombinasi) akan rusak dalam setengah jam, tetapi dalam suhu >+8°C vaksin Hepatitis B bisa bertahan sampai 30 hari, DPT- Hepatitis B kombinasi sampai 14 hari. Bila dibekukan dalam suhu -10°C s/d -5°C vaksin DPT, DT, TT akan rusak dalam 1,5 - 2 jam, tetapi pada suhu >+8°C bisa bertahan sampai 14 hari.
Rantai Vaksin B. Kamar dingin dan Kamar beku Kamar dingin (cold room) dan kamar beku (freeze room) umumnya berada di Pabrik, distributor pusat, Departemen Kesehatan, atau Dinas Kesehatan Propinsi, berupa ruang yang besar dengan kapasitas 5-100 m3, untuk menyimpan vaksin dalam jumlah besar. Suhu kamar dingin berkisar +2°C s/d +8°C, terutama untuk menyimpan vaksin yang tidak boleh beku. Sedangkan suhu kamar beku berkisar antara -25°C s/d -15°C untuk menyimpan vaksin yang boleh beku, terutama vaksin polio. Kamar dingin dan kamar beku harus beroperasi terus menerus , menggunakan 2 alat pendingin yang bekerja bergantian dan aliran listrik tidak boleh terputus.
Rantai Vaksin C. Susunan Vaksin di dalam Lemari Es Lemari Es dengan pintu membuka ke depan Bagian paling dingin adalah bagian paling atas (freezer) untuk membuat es batu atau mendinginkan cold pack, sedangkan rak tepat di bawah freezer untuk meletakkan vaksin-vaksin hidup, karena tidak mati pada suhu rendah. Rak yang lebih jauh (rak 2 dan 3) untuk meletakkan vaksin-vaksin mati (inaktif), agar tidak terlalu dekat dengan freezer, dan tidak rusak karena beku. Termometer Dial atau Muller diletakkan pada rak ke 2, freeze watch atau freeze tag pada rak ke 3.
Rantai Vaksin 2. Lemari Es dengan pintu terbuka ke atas Bagian yang paling dingin adalah di tengah (evaporator). Vaksin hidup diletakkan di sebelah kanan dan kiri dari evaporator. Vaksin mati diletakkan paling pinggir jauh dari evaporator. Letakkan Termometer Dial atau Muller, freeze watch atau freeze tag di dekat vaksin mati.
Rantai Vaksin D. Wadah pembawa vaksin Untuk membawa vaksin dalam jumlah sedikit dan jarak tidak terlalu jauh Cold box (kotak dingin) atau vaccine carrier (termos). Ukuran cold box lebih besar, 40-70 L, dengan penyekat suhu dari poliuretan untuk transportasi dan penyimpanan vaksin sementara. Untuk mempertahankan suhu dimasukkan cold pack (air dibekukan suhu -25°C s/d -15°C). Untuk membawa vaksin hidup dan vaksin mati dimasukkan Cool pack (air dingin suhu +2°C s/d +8°C) Sumber : Satgas Imunisasi – IDAI Buku Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Keempat 2011
Penyakit infeksi yang dapat di cegah Novi puspita Sari
Infeksi Tuberkulosis Tuberkulosi (TB) adalah infeksi pada manusia yg disebabakan bakteri tuberkel mamalia (Mycobacterium tuberkulosis, M.bovis) Gejala Jarang saja TB mulai dengan gejala yang mencolok mata,. Gejala terus-menerus seperti batuk yang lamanya lebih dari dua tiga minggu, begitu pula dahak bernoda ,rasa lesu atau turunnya berat badan yang penyebabnya kurang jelas, keringat malam hari, nyeri dada yang terasa berkali-kali, atau nyeri dan pembengkakan di bagian tubuh yang bersangkutan kalau TBnya menular ke luar paru-paru. Buku ajar pediatri Rudoph volume 1, 2014
polio The virus enters through the mouth, and primary multiplication of the virus occurs at the site of implantation in the pharynx and gastrointestinal tract. The virus is usually present in the throat and in the stool before the onset of illness. One week after onset there is less virus in the throat, but virus continues to be excreted in the stool for several weeks. The virus invades local lymphoid tissue, enters the bloodstream, and then may infect cells of the central nervous system. Replication of poliovirus in motor neurons of the anterior horn and brain stem results in cell destruction and causes the typical manifestations of poliomyelitis CDC. Poliomyelitis prevention in the United States: updated recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices. (ACIP). MMWR 2000;49 (No. RR-5):1–22
Hepatitis
Epidemiologi HBV dipengaruhi oleh kemampuan untuk berkembang menjadi keadaan karier. Pasien dengan HBV akut dan banyak karier inveksius virus dapat menyebar dengan berbagai cara secara paraenterral (produk darah/darah _ ayau secara vertikal dari seorang ibu ke bayinya . Infeksi di dapat saat in utero sangat kecil, namun infeksi dapat di akibatkan ketika proses persainan. Bila HBV telah di peroleh saat bayi, resiko berkembangnya menjadi sangat tinggi mendekati 90% dan 25%nya meninggal karena penyakit hati kronik (sirosis hepatis)
Dipteri Difteri ditemukan sebagai suatu sindrom klinis yang di sebabkan oleh basil Corynebacterium diphteriae . Menginfeksi pseudo membran setempat pada saluran pernapasan atas yang dapat menyebabkan penyumbatan dan kerusakan yang bersifat toksik pada organ fiseral dan sistem saraf
Pertusis Pertusis (atau batuk rejan) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi tenggorok dengan bakteri Bordetella Pertussis Pertusis ditularkan kepada orang lain melalui tetesan dari batuk atau bersin. Tanpa perawatan, penderita pertusis dapat menularkannya kepada orang lain sampai tiga minggu setelah batuk mulai terjadi. Waktu antara eksposur dan jatuh sakit biasanya tujuh sampai sepuluh hari, tetapi mungkin sampai tiga minggu
tetanus Tetanus adalah penyakit yang di sebabkan oleh Clostredium Tetani yang bekerja pada lempengan akhir saraf-otot dan nukleus motorik SSP serta menimbulkan spasme yang khas. Tetanus neonatorum Yang disebabkan masuknya C. tetani ke dalam talipusat
campak Di sebabkan virus campak (rubeola,morbili) yang termasuk dalam anggota genus Morbillivirus Infeksi dimulai saat orang yang rentan menghirup percikan sekret nasofarin perbanyakan virus di daerah yang yang lokal virus memperbanyak diri sampai limfoid (9-10Hari mulai keluar ruam) 16hari virus mulai sedikit dan sulit di temukan ,kecuali di urine .
Cacar (Varisella) Di sebabkan oleh virus Varicella yng besarnya 200mikrometer yang tahan terhadap pengeringan berbulan-bulan. Penyebaran Menyebar melaui udara atau melalui kontak dengan cairan dari gelembung cacar air. Sebelum adanya vaksin kira-kira100 orang setiap tahun meninggal di amerika . Mengakibatkan infeksi kulityang parah, bekas luka, radang paru, kerusakan otak atau kematian. Orang ayng pernah menderita dapat mengalami penyakit ruam saraf (shingles) CDC-vaccine information statement
Pada fetus dapat terinfeksi apabila ibu mengalami cacar pada usia 19 minggu yang dapat menimbulkan sekumpulan kelainan kongenital. Terganggunya pertumbuhan intaruterin atrofi koerteks serebri dan mikrosefalus
Aspek Imunologi Imunisasi Dwi Wilyani 2013103303111466
Pendahuluan Imunisasi kekebalan - Kekebalan pasif - Kekebalan aktif Respon Imun Tubuh Sistem imun - Sistem Imun Nonspesifik = Nonadaptif = Innate Immunity : makrofag - Sistem Imun Spesifik = Adaptif Jalur aktifasi: Fase Afektor: (pengenalan) APC, limfosit B, limfosit T Fase Efektor: antibodi imunoglobulin Mekanisme Pertahanan Spesifik - Imunitas Seluler : Limfosit T sitokin & mediator - Imunitas Humoral : Limfosit B T-dependent antigen / langsung
Respon Imun Seluler Sel limfosit Th & Tc Th Th1 & Th2 Th menginduksi aktivitas seluruh komponen sistem imun sitokin Th1: IL-2, IL-3, TNF-a menginduksi RI Seluler pada reaksi inflamasi pada penyakit infeksi, sepsis & reaksi hipersensitivitas tipe lambat Th2: IL-4, IL-5, IL-6, IL-10 dan IL-13 menginduksi RI Humoral imunoglobulin & peran: inflamasi alergi
Respon Imun Humoral R/ Ig pada sel Limfosit B + antigen IgM & IgD IgG, IgA, IgE Kelas Ig (regio Fc) tidak memerlukan rangsangan antigen, tetapi regiopenangkap antigen (Fab) membutuhkan pengenalan & stimulasi antigen spesifik
Pajanan Antigen pada sel B Antigen TD : Antigen + Ig perm sel B + sel Th Induksi aktivasi sel B: transformasi blast, proliferasi, diferensiasi sel plasma (sel B matang pembentuk Ig) Antigen TI : Antigen + Ig perm sel B aktivasi sel B : tanpa bantuan sel Th Produk antibodi spesifik + antigen Ag-Ab Menetralkan Ag Lebih mudah di fagosit makrofag Mempermudah lisis oleh sel Tc ADCC Sel memori - Sel plasma berumur pendek +vaksinasi ulang boostering effect
Respon Antibodi terhadap Antigen Respon Imun Primer Pajanan pertama IgM Titer < Afinitas < Phase lag panjang Respon Imun Skunder Pajanan antigen serupa selanjutnya IgG Titer > Afinitas > Phase lag pendek
+FDC & bersifat T dependent Memori Imunologis Sel B limfoid Central germinal jaringan limfoid Ag-Ab + C Ag-Ab-C + FDC FDC : mempresentasi & mengaktivasi sel T & sel B proliferasi & diferensiasi sel limfosit B sel plasma penghasil antibodi & sel B memori Sel B memori (adekuat & efektif), maka vaksinasi harus mengikuti jalur infeksi alamiah dgn baik. +FDC & bersifat T dependent
Kualitas Respon Imun Faktor Intrinsik Faktor lain - Jumlah & dosis antigen - Cara pemberian antigen - Penambahan zat yang bekerja sinergis dengan antigen - Sifat molekul antigen, jumlah protein, ukuran & daya larutnya - Faktor genetik pejamu
Keberhasilan Imunisasi Status Imun Pejamu Faktor genetik pejamu Kualitas & kuantitas vaksin
Persyaratan Vaksin Mengaktivasi APC Mengaktivsi sel T & sel B Mengaktivasi sel Th & sel Tc Memberi antigen yang persisten
Sumber: Hadinegoro dkk. 2011. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Keempat. Satgas Imunisasi IDAI Maryati dkk. 2011. Buku Ajar Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta: Trans Info Media
Keadaan Imunokompromais mempengaruhi Vaksinasi Rizkya Arini S.F
imunokompromais Sekunder : Infeksi HIV Primer : Keganasan Defek bawaan Defek sel B Defek sel T Defek sistem komplemen Fungsi fagosit Sekunder : Infeksi HIV Keganasan Transplantsi organ Antimetabolik Radiasi Pemakaian kortikosteroid
Defisiensi Imun Primer Pada defisiensi imun primer humoral, defisiensi imun primer selular dan kombinasi defisiensi keduanya kontraindikasi untuk vaksinasi dengan vaksin hidup. Pada defisiensi komplemen dapat diberikan semua jenis vaksin baik hidup ataupun vaksin kuman mati yang dilemahkan. Pada defisiensi fagosit tidak boleh diberikan vaksin bakteri hidup.
Defisiensi Imun Sekunder Terjadi pada anak dengan pengobatan : Pengobatan kortikosteroid dosis tinggi > 20 mg/hari atau 2mg/kgBB/hari selama >7 hari. Dosis 1 mg/kgBB/hari selama >1 bln Pengobatan dengan antimetabolik dan radioterapi
Pengobatan Kortikosteroid Topikal atau injeksi atau dengan dosis rendah dapat diberikan imunisasi dengan vaksin hidup. Sistemik dosis tinggi setiap hari atauselang sehari dan lama pengobatan < 14 hari diberikan vaksinasi dengan vaksin hidup segera setelah pengobatan. Sistemik dosis tinggi setiap hari atauselang sehari dan lama pengobatan >14 hari diberikan vaksin hidup setelah pengobatan 1 bln.
Keluarga px imunokompromais yg kontak langsun mendapat vaksinasi polio inaktif, varisela, MMR. Pengecualian untuk px leukimia limfositik akut diberikan imunisasi dengan virus hidup varisela Px defisiensi imun kongenital atau didapat, imunisasi tidak akan memberikan respons maksimal yg diinginkan, jd dianjurkan memeriksa titer antibodi serum.
HIV Px HIV dapat diimunisasi dengan mikroorganisme yang dilemahkan atau mati. Umur < 23 bln mendapat imunisasi PCV7 3x dg interval 2 bln Umur 24-59 bln PCV7 2x dg interval 2 bln dilanjutkan dg PCV23
Transplantasi SST otologus Px transplantasi TST Vaksin Transplantasi SST alogenik Transplantasi SST otologus Keterangan DPT Ya 2-3 dosis setelah 6-12 bln transplantasi IPV Campak Epidemik Hanya pada penderita anak Tidak diberikan dalam 24 bln stlh transplantasi Rubela Terutama wanita Hib 2 dosis mulai 6-12 bln stelah transplantasi Hepatitis B 12 bln stelah transplantasi Pneumokok Hasil tidak pada GVHD Varisela Tidak Anak dan dewasa muda Tidak dalam masa 24 bulan setelah transplantasi
Vaksinasi anggota keluarga px imunodefisiensi Vaksin yang direkomendasikan Influenza Campak Mumps Rubela varisela Vaksin yang dilarang OPV
Referensi Pedoman Imunisasi di Indonesia Ed. 4 Tahun 2011