NILAI PCV DAN DIFERENSIAL LEUKOSIT KELINCI YANG DIINDUKSI PROTEIN B SPESIFIK DARI SAPI BUNTING Bogor, 8-9 Agustus 2017.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Sistem Imun (Antibodi)
Advertisements

ANTIGEN-ANTIBODI PENGERTIAN : ANTIGEN ANTIBODI
Matrissya Hermita Biopsikologi UG
IMMUNOLOGI Antibodi.
Imunitas Humoral.
Reaksi Alergi Hipersensitivitas Aldo Candra ( )
RESPON TUBUH TERHADAP CEDERA
IMMUNOLOGI Antigen.
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PEMBULUH DARAH DAN DARAH
Sistem Pertahanan Tubuh
SISTEM IMUN SPESIFIK Lisa Andina, S.Farm, Apt..
Respon Imun Nonspesifik
Fisiologi dan mekanisme respon imun adaptif
BAB 11 Sistem Imun.
RESPONS IMUN ALAMIAH ADAPTIF HUMORAL SELULAR HUMORAL SELULAR KOMPLEMEN
LEUKOSIT Disusun oleh : Tita Izatul Mubarokah (20/XI MIA 1)
DARAH drg.Fidya, MSi.
Sistem Pertahanan Tubuh
SISTEM PERTAHANAN TUBUH
2. kemotaktik menarik fagosit ke lokasi infeksi
PENGERTIAN LIMPOSIT Limposit adalah sel darah putih kecil yang bertanggungjawab untuk meningkatkan respon imun secara efektif terhadap antigen. Limfosit.
Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem Imun.
SCREENING IBR DAN DIFERENSIAL LEUKOSIT UNTUK PENGENDALIAN GANGGUAN REPRODUKSI SAPI PO DI DAERAH INTEGRASI JAGUNG-SAPI Bogor, 8-9 Agustus 2017.
TUGAS BIOLOGI DASAR MANUSIA ELMA SURYANI PANE NIM :151362
Major Histocompatibility Complex (MHC)
Imunologi dan organ limfatik by.winda elsa
IMUNISASI.
ELISA 21 JUNI 2016.
RESPON IMUN ALAMI (NON SPESIFIK)
“(SISTEM PERTAHANAN TUBUH)”
Sistem Imun.
* GAMBARAN KLINIS TES ANTIBODI IgG-IgM * PADA DENGUE HEMORRHAGIC FEVER * DI RUMAH SAKIT UMUM BUNDA PURWOKERTO.
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL. PERTEMUAN 3
SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA
BIOLOGI DASAR MANUSIA IMUNOLOGI DAN SISTEM ORGAN LIMFATIK
Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
SISTEM PEREDARAN DARAH
Lisa Andina, S.Farm, Apt. RESPON IMUN SPESIFIK.
DARAH.
KONSEP DASAR IMUNOLOGI
Penangkapan dan presentasi antigen ke limfosit
HIPERSENSITIFITAS Lisa Andina, S.farm, Apt..
LEUKOSIT (Sel Darah Putih) Disusun Oleh : ANNISA RIZQI DAMYANTI
Imunologi Oleh: Irene Katrin 1A AKBID ALIFAH PADANG.
Senjata Cerdas Manusia : “ANTIBODY”
Materi Ajar Sistem Kekebalan
SISTEM KARDIOVASKULER Anatomi dan Fisiologi Manusia
OLEH : MILDA RAHMANA ARISKA SESI A DOSEN PENGAMPUH;
Sistem Kekebalan Tubuh
Rangkuman Praktikum Hematologi
BAB 11 Sistem Imun.
BAB 11 SISTEM IMUN.
RESPON IMUN PADA LANSIA Anugrah Novianti, SGz, M.Gizi
DARAH.
Sitokin Dr.Henny Saraswati, S.Si, M,Biomed.
Eriska Dara Funna IBD B 18 FARMASI
ANTIGEN-ANTIBODI PENGERTIAN : ANTIGEN ANTIBODI
IMUNOPROFILAKTIK (Tujuan Imunisasi, Imunisasi Aktif)
Respon Imun Non Spesifik (Respon Imun Innate)
BAB 10 SISTEM PERTAHANAN TUBUH
Sistem Kekebalan Pada Manusia.
ADAPTASI A. Pengertian Sistem Kekebalan Tubuh Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan dari pengaruh luar biologis yang dilakukan.
 Imunologi: Ilmu yang mempelajari sistim imunitas tubuh  Sistim imunitas : mekanisme pertahanan tubuh terhadap foreign antigen.
BAB 4 SISTEM PEREDARAN DARAH By : Anna Laura Silaban, S.Si.
ANTIGEN. Antigen merupakan suatu substansi yang bila memasuki tubuh mampu merangsang sistem imunologik untuk menghasilkan respon imunitas terhadap substansi.
IMUNOGLOBULIN & ANTIGEN PADA IKAN Nn. K. D. RAHALUS, S.Pd, M.Si.
BAB 11 SISTEM PERTAHANAN TUBUH
ANTIBODI MONOKLONAL Maya Ekaningtias, S.Si.,M.Biotech.
ANTIBODI MONOKLONAL Nikman Azmin, M.SI. ANTIBODI : Protein yang diproduksi limfosit (sel plasma) sebagai hasil stimulasi suatu antigen yang selanjutnya.
Transcript presentasi:

NILAI PCV DAN DIFERENSIAL LEUKOSIT KELINCI YANG DIINDUKSI PROTEIN B SPESIFIK DARI SAPI BUNTING Bogor, 8-9 Agustus 2017

Latar Belakang Diagnosa kebuntingan dini berbasis subtansi imunologik yaitu PSPB diharapkan dapat meningatkan efisiensi ternak Protein B spesifik dapat dijadikan imunogen untuk produksi antibodi poliklonal Hewan coba untuk memantau respon antibodi selama percobaan dan mendapatkan antibodi Sel darah putih merupakan unit pertahanan tubuh fungsinya membentuk antibodi; jumlahnya berfluktuatif dipengaruhi oleh kondisi individu ternak, apabila meyimpang arti klinik evaluasi proses pembentukan antibodi. Tujuan Penelitian Mengetahui pengaruh induksi protein spesifik terhadap diferensial leukosit dan nilai packed cell volume (PCV) pada produksi antibodi poliklonal.

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan April-Juni tahun 2016 di Loka Penelitian Sapi Potong. Materi Penelitian Darah kelinci New Zealand White (Oryctolagus cunniculus) jantan berumur 6-7 bulan sebanyak 6 ekor, dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok 1 (kelinci kontrol non injeksi), II (diinjeksi dengan PSPB dari sapi bunting dengan berat molekul 40-60 KDa sebanyak 150 µg dan Complete Freund’s Adjuvan (CFA). Sampel darah diambil dari masing – masing kelinci sebanyak 2 – 5 ml melalui vena auricularis. Darah ditampung dalam tabung reaksi anti koagulan EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic acid). Darah diambil pada hari ke 0 sebelum penyuntikan (pre imunisasi) sebagai kontrol, setiap minggu pasca imunisasi ke 2 selama 5 minggu dilakukan panen darah atau koleksi serum

Packed Cell Volume (PCV) Tabung yang berisi sampel darah diambil sebanyak 2/3 dari panjang tabung hematokrit yang berukuran 75 mm x 1 .00 mm. Tabung hematokrit dibersihkan dari sisa-sisa darah sampai bersih dengan memakai kertas tissue lalu sumbat dengan plasticin. Kemudian hematokrit dimasukkan ke sentrifuge dengan posisi tabung tertutup dan di hidupkan selama 5-10 menit. Cara pembacaan PCV Tabung hematokrit diletakkan pada pembaca PCV, posisi tabung antara darah dengan tutup plasticin diletakkan sejajar dengan garis 0, kemudian permukaan lengkung dari atas plasma darah disejajarkan dengan garis lurus yang ada pada pembaca PCV. Persentasi PCV dibaca dan hasil penentuan PCV dinyatakan dalam persen

Parameter Yang Diukur Analisis Data Diferensial Leukosit Nilai PCV Gambaran diferensial leukosit Analisis Data Data dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA). Apabila terdapat perbedaan antar perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji t. Sampel darah diteteskan pada gelas objek, kemudian gelas objek lainnya ditempatkan pada bagian darah tadi dengan membentuk sudut 30° dan didorong sepanjang gelas objek sampai terbentuk usapan darah tipis. Ulasan darah dikeringkan di udara, kemudian difiksasi dengan metanol selama 5 menit, lalu dimasukkan ke dalam pewarna giemsa 10% selama 30 menit. Selanjutnya dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan di udara. Preparat ulas darah diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000 kali untuk pengamatan persentase jumlah diferensial leukosit darah. Pengamatan dilakukan berdasarkan 15 kali lapang pandang

NILAI PCV Secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan P>0,05. Kelinci yang tidak diinduksi rata-rata stabil dari minggu ke-1 sampai minggu ke-12 sebesar 34-37 % Kelinci yang diinjeksi nilai PCV rendah minggu ke-3 pasca induksi pre-imunisasi 28% kemudian meningkat minggu ke-4 dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5, %. volume sel darah kelinci non-induksi lebih besar dibanding yang diinduksi PSPB. imunisasi dengan antigen berpengaruh terhadap penurunan nilai PCV sehingga kelinci mengalami anemia namun tidak berpengaruh signifikan

DIFERENSIAL LEUKOSIT Bleeding pre imun minggu ke-1 jumlah limfosit pada kedua kelompok memiliki persentase limfosit dalam kisaran normal 36,6±10,9 dan 50,0±2,8. sapi bunting tidak memproduksi antibodi terhadap protein spesifik Minggu ke-3 terjadi peningkatan limfosit pada kelinci pasca induksi merupakan respon tubuh terhadap stimulasi dari antigen Hasil analisis statistik sel limfosit pada kelompok induksi PSPB berbeda nyata dengan kelompok yang tidak diinduksi (P<0,05). Mengindikasikan bahwa imunisasi dengan PSPB dari sapi betina bunting berpengaruh terhadap jumlah sel limfosit dalam darah

DIFERENSIAL LEUKOSIT Sel limfosit merupakan sel yang bertanggung jawab dalam respon antigen-antibodi. Sel akan merespon antigen terhadap pembentukan antibodi yang bersirkulasi di dalam darah atau dalam sistem kekebalan seluler (Frandson,1996) Protein spesifik yang masuk didalam tubuh kelinci dianggap sebagai suatu benda asing, sehingga memicu respon imun/merangsang aktifitas sel makrofag merubah antigen menjadi partikel imunogenik sehingga akan merangsang kerja sel B dan Sel T Didalam tubuh kelinci terjadi pengikatan protein oleh reseptor ke sel B. Protein diendositosis masuk ke sel dipecah menjadi peptide dan terjadi ikatan sel B dengan reseptor sel T. Terjadi proliferasi sel B menjadi sel B plasma dan sel B memori. Sel B plasma akan menginduksi pembentukan immunoglobulin G yang merupakan antibodi terhadap protein spesifik. Tingginya titer antibodi pada bleeding minggu ke-3 dikarenakan kadar antigen dalam tubuh kelinci mencapai titik tertinggi sehingga antibodi dihasilkan dapat mencapai kadar tertinggi

DIFERENSIAL LEUKOSIT Penurunan nilai limfosit minggu ke-4 karena konsentrasi antigen yang ada didalam tubuh kelinci telah menurun sehingga jumlah antibodi yang diproduksi juga mengalami penurunan Pada minggu ke-9 sel limfosit kelinci meningkat 66,3±6,3 % hal ini dikarenakan pada minggu ke-8 dilakukan booster ke-2. Pada saat dilakukan booster sel B memori akan berikatan kembali dengan antigen PSPB, kemudian akan terjadi aktivasi sel B oleh rangsangan sel T helper yang menyebabkan terjadinya peningkatan sensitivitas antigen. Sebelumnya kelinci juga sudah terpapar antigen yang sama sehingga merangsang respon imun sekunder lebih cepat dibanding respon primer

EOSINOFIL Kelompok kelinci induksi PSPB berbeda nyata dengan kelompok yang tidak diinduksi kelompok non induksi dari minggu ke-1 sampai ke- 12 sel eosinofil normal berkisar 3,0±0,5 kelinci yang diinduksi PSPB mengalami eosinofilia yaitu peningkatan sel eosinofil mulai pada minggu ke-3, 4, dan minggu ke-12 pasca injeksi antigen 5,0±0,5, 5,3±4,8, dan 9,0±4,7 Peningkatan jumlah eosinofil merupakan respon dari antigen, fungsi dari sel eosinofil adalah sel fagosit terhadap benda asing yang bereaksi dengan antibodi (Martini et al. 1992). Menurut Frandson (1992) eosinofilia dapat terjadi karena reaksi kompleks antigen-antibodi setelah proses imun.

NEUTROFIL PSPB meningkat signifikan (P <0,05) dibanding kelinci kontrol persentase neutrofil meningkat dari awal 5,3% menjadi 19,6% setelah diinjeksi dengan antigen PSPB Pada hari ke-4 sampai hari ke- 7 agak lebih kecil 11,3%, dan meningkat lagi minggu ke-8 setelah booster ke-2 43% dan terus menurun sampai minggu ke-12 17,6% untuk menyingkirkan antigen dari dalam tubuh (Rukayah, 2008). Kelompok kontrol sel neutrofil rata-rata stabil pada minggu ke-1 7,3 % menurun terus sampai minggu ke-12.

MONOSIT Tidak ada perbedaan yang signifikan (p> 0,05) pada kedua kelompok perlakuan. Jumlah monosit bervariasi dari 1,3% pada awal pre imunisasi menjadi 0.3% pada hari ke-9 setelah induksi ke-2 dan terus stabil sampai minggu ke-12. Tubuh kelinci pada kedua perlakuan tidak terjadi infeksi. Peran monosit adalah memfagositosis, kemudian akan berubah menjadi makrofag setelah meninggalkan peredaran darah dan masuk di jaringan.

BASOFIL Peningkatan sel basofil berbeda nyata dengan kelompok yang tidak diinduksi (P<0,05). Peran dari sel basofil bertanggungjawab terhadap respon antigen dan alergi dengan jalan mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan. Namun dalam sirkulasi basofil dapat meningkat sampai 30% dari jumlah total leukosit tanpa menunjukkan kelainan.

KESIMPULAN Hasil Induksi Antigen PSPB Dari Sapi Bunting Pada Hewan Coba Kelinci Dapat Merespon Imun Dalam Memproduksi Antibodi Poliklonal Berpengaruh Terhadap Jumlah Sel Limfosit, Eosinofil, Neutrofil, Dan Basofil Namun Tidak Terjadi Perubahan Pada Nilai Sel Monosit Serta Nilai Packed Ceel Volume (PCV).

Terima Kasih