BREEDING KELOMPOK 2 RIZA PAMUNGKAS

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Ilmu produksi aneka ternak Kelompok 2
Advertisements

UU NO.18 TAHUN 2009 tentang PETERNAKAN DAN KESWAN
KELAS BENIH Benih penjenis (Breeder seed) BS: dirakit oleh pemulia, diawasi oleh pemulia atau instansinya, merupakan sumber untuk perbanyakan benih dasar.
PENGELOLAAN INDUK PATIN
Tingkah Laku Anak-Induk
USAHA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SAPI PERAH
PENDAFTARAN DAN LEBELISASI PAKAN
BETERNAK DOMBA DAN KAMBING
METODA SELEKSI.
PENATAAN KELEMBAGAAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN
PAKET KEBIJAKAN KEDAULATAN PANGAN
DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANDUNG BARAT
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Pemalang
TEKNOLOGI BUDIDAYA TERAK AYAM DRH. ROSMAWATY SAOENI,MP
SELEKSI – PENGGUNAAN SILSILAH
Bab IV: Sumber daya Genetik, Perbenihan dan Perbibitan
MANAJEMEN TERNAK BABI.
LATAR BELAKANG PP TENTANG KAWASAN INDUSTRI
Produktivitas ditinjau dari aspek pertumbuhan dan perkembangan jaringan Sasaran : produksi daging atau edible portion per unit atau per ekor maksimal Tujuan.
Dr. Ir. Atien Priyanti SP, M.Sc
STRATA BANGUNAN BERTINGKAT
PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS UNGGAS
PEMBIBITAN SAPI POTONG
Fakultas Agroindustri, Program Studi Peternakan
PERATURAN TENTANG PEMBIBITAN
Produktivitas ditinjau dari aspek pertumbuhan dan perkembangan jaringan Sasaran : produksi daging atau edible portion per unit atau per ekor maksimal Tujuan.
Kebijakan dan Strategi Pemerintah dalam Membangun Sentra Peternakan Rakyat (SPR) Kambing dan Domba Disampaikan pada : SILATNAS dan JAMBORE 2015 Peternak.
MEMPERBAIKI KELOMPOK ATAU POPULASI TERNAK BIBIT
SELEKSI – PENGGUNAAN SILSILAH
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
PEMBIBITAN SAPI POTONG
RENSTRA SEKRETARIAT DIRJEN PETERNAKAN TAHUN
MENGGERAKKAN PRODUKSI TERNAK KAMBING DOMBA BERORIENTASI EKSPOR
SELEKSI – PENGGUNAAN SILSILAH
NILAI PEMULIAAN SAPI PERAH
MANAJEMEN PEJANTAN By Setyo Utomo 2013.
STANDAR NASIONAL INDONESIA
PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Kambing dan Domba
SATUAN TERNAK DAN KOEFISIEN TEKNIS.
POLA-POLA KEMITRAAN DI JAWA BARAT
Tata Laksakna Pengawinan
DANA MANDASARI ZELIKA DEWI NIM : KELAS:E
MANAMENT PEMELIHARAAN SAPI PERAH
TITIK KENDALI KRITIS DAN ANALISIS BAHAYA
Menyusun program pemuliaan
XIII. PERANAN PEMERINTAH DALAM MEMBINA KOPERASI
Soal Kuis Teknologi Produksi Benih
IX.PENGAWASAN PEREDARAN BENIH KELAPA SAWIT
Parameter Kontrol Perlakuan
MATERI Manajemen Seleksi Pejantan dan Induk Sebagai Donor dan Resipien
Kinerja Reproduksi Sapi Betina dan Performans Pedet Pada Usaha Perbibitan Sapi Potong Di Kabupaten Sigi Moh. Takdir, Pujo Haryono dan Andi Baso Lompengeng.
TINGKAT KEJADIAN GANGGUAN REPRODUKSI SAPI BALI DAN MADURA PADA SISTEM PEMELIHARAAN KANDANG KELOMPOK Muchamad Luthfi dan Yeni Widyaningrum.
SELEKSI Alam Buatan ?.
KELOMPOK 6 Anisa Riska Andi Saputri Dony Cheristian Venesia Indah Susilowati Gusti Sayu Putu Widya Sasti.
SISTEM PRODUKSI SAPI PERAH
Seleksi dan Manfaat Dalam Meningkatkan Produktivitas Domba
? ? SELEKSI Disingkirkan/diculling dipelihara Alam Buatan
MEMPERBAIKI KELOMPOK ATAU POPULASI TERNAK BIBIT
FENOTIP, GENOTIP DAN LINGKUNGAN
Menyusun program pemuliaan
Pengertian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan.
PENINGKATAN NILAI TAMBAH
KONSEP DASAR BUDIDAYA TERNAK KELINCI
Pengertian (1) Struktur Ruang Tata Ruang Pola Ruang
Seleksi dapat dibedakan
PEMBIBITAN TERNAK RUMINANSIA (Ternak Domba)
PEMBANGUNAN SENTRA IKM DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN INDUSTRI.
Dasar Teknik Pembibitan Ruminansia dan Non Ruminansia Babi
Data Hasil Penggemukan Sapi PO di Kebun Dolok Ilir PTPN IV (selama 30 hari), Tahun 2005 Nomor Sapi Pertambahan Bobot Badan 1 (kg) Pertambahan Bobot Badan.
BAB 1 DAN BAB 2 KETENTUAN UMUM, ASAS DAN TUJUAN PERATURAN DAN PERUNDANGAN PETERNAKAN 1.
Transcript presentasi:

BREEDING KELOMPOK 2 RIZA PAMUNGKAS 200110100112 RISKY ADI PRADANA 200110100113 RIKA OKTAMEDYANA 200110100115 ARBINISSA MAYZURA 200110100116 ANDRIANTO 200110100117 TSANIYA FITRIANI 200110100119

BREEDING (PEMBIBITAN ) Pembibitan adalah kegiatan budidaya menghasilkan bibit ternak untuk keperluan sendiri atau untuk diperjual belikan.

SISBITNAS Sistem Perbibitan Ternak Nasional adalah tatanan yang mengatur hubungan dan saling ketergantungan antara pengelolaan sumberdaya genetik, pemuliaan, perbanyakan,produksi,peredaran, pemasukan dan atau bibit unggul, pengawasan penyakit, pengawasan mutu, pengembangan usaha dan kelembagaan.

PASAL 2 SISBITNAS (1) Sistem Perbibitan Ternak Nasional dimaksudkan untuk memberikan jaminan kepada peternak untuk mendapatkan bibit unggul secara berkelanjutan. (2) Sistem Perbibitan Ternak Nasional bertujuan untuk mengoptimalkan keterkaitan dan saling ketergantungan pelaku pembibitan dalam upaya penyediaan benih dan atau bibit ternak dalam jumlah, jenis dan mutu yang sesuai dengan kebutuhan.

PASAL 3 Ruang lingkup Sistem Perbibitan Ternak Nasional meliputi 1. Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Ternak; 2. Pemuliaan Ternak; 3. Produksi dan Peredaran Benih dan Bibit Ternak; 4. Wilayah Sumber Bibit; 5. Kelembagaan Perbibitan; 6. Pemasukan dan Pengeluaran Benih dan atau Bibit Ternak; 7. Standarisasi dan Sertifikasi; dan 8. Pengawasan Benih dan atau Bibit Ternak.

PEDOMAN PEMBIBITAN SAPI POTONG YANG BAIK Dilakukan dalam rangka melindungi peternak sapi potong daribibit yang tidak sesuai dengan standar mutu danpersyaratan teknis minimal yang ditetapkan, diperlukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, dan produksi pembibitan sapi potong yang baik (Good breeding practice)

LOKASI Lokasi usaha pembibitan sapi potong harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. tidak bertentangan dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTRD) setempat; 2. mempunyai potensi sebagai sumber bibit sapi potong serta dapat ditetapkan sebagai wilayah sumber bibit ternak; 3. terkonsentrasi dalam satu kawasan atau satu Village Breeding Center (VBC) atau satu unit pembibitan ternak; 4. tidak mengganggu ketertiban dan kepentingan umum setempat; 5. memperhatikan lingkungan dan topografi sehingga kotoran dan limbah yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan; 6. jarak antara usaha pembibitan sapi potong dengan usaha pembibitan unggas minimal 1.000 meter.

LAHAN Lahan untuk usaha pembibitan sapi potong harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Bebas dari jasad renik patogen yang membahayakan ternak dan manusia; 2. Sesuai dengan peruntukannya menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

KLASIFIKASI BIBIT Bibit sapi potong diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu: a. bibit dasar (elite/foundation stock), diperoleh dari proses seleksi rumpun atau galur yang mempunyai nilai pemuliaan di atas nilai rata-rata; b. bibit induk (breeding stock), diperoleh dari proses pengembangan bibit dasar; c. bibit sebar (commercial stock), diperoleh dari proses pengembangan bibit induk.

STANDAR MUTU Untuk menjamin mutu produk yang sesuai dengan permintaan konsumen, diperlukan bibit ternak yang bermutu, sesuai dengan persyaratan teknis minimal setiap bibit sapi potong sebagai berikut:

PERSYARATAN UMUM i. sapi bibit harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti cacat mata (kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal, serta tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya; ii. semua sapi bibit betina harus bebas dari cacat alat reproduksi, abnormal ambing serta tidak menunjukkan gejala kemandulan; iii. sapi bibit jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak menderita cacat pada alat kelaminnya.

SELEKSI BIBIT Seleksi bibit sapi potong dilakukan berdasarkan performan anak dan individu calon bibit sapi potong tersebut, dengan mempergunakan kriteria seleksi sebagai berikut:

SAPI INDUK a. sapi induk harus dapat menghasilkan anak secara teratur; b. anak jantan maupun betina tidak cacat dan mempunyai rasio bobot sapih umur 205 hari (weaning weight ratio) di atas rata-rata.

CALON PEJANTAN a.bobot sapih terkoreksi terhadap umur 205 hari umur induk dan musim kelahiran, di atas rata-rata; b. bobot badan umur 365 hari di atas rata-rata; c. pertambahan bobot badan antara umur 1-1,5 tahun di atas ratarata; d. bobot badan umur 2 tahun di atas rata-rata; e. libido dan kualitas spermanya baik; f. penampilan fenotipe sesuai dengan rumpunnya.

CALON INDUK a. bobot sapih terkoreksi terhadap umur 205 hari umur induk dan musim kelahiran, di atas rata-rata; b. bobot badan umur 365 hari di atas rata-rata; c. penampilan fenotipe sesuai dengan rumpunnya.

INDIKATOR PERFORMANCE REPRODUKSI Fertilitas dari ternak sapi potong Jarak antara kebuntingan 1 dengan yang lainnya