PREVIEW PERCOBAAN 6-9 PRAKTIKUM KIMIA DASAR
Percobaan 6: Redoks dan Elektrokimia Tujuan Mengetahui pengaruh besarnya potensial oksidasi dari beberapa jenis logam. Menentukan zat-zat yang mengalami reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Praktikum yang dilakukan: Reaksi pembentukan gas Kekuatan asam Reaksi karbonat
REAKSI REDOKS REAKSI REDUKSI REAKSI OKSIDASI SERAH TERIMA ELEKTRON REAKSI REDOKS BILANGAN OKSIDASI PENGIKATAN DAN PELEPASAN OKSIGEN TATANAMA SENYAWA SENYAWA ION BINER DENGAN UNSUR LOGAM BERBILOKS > 1 SENYAWA ION POLIATOMIK REAKSI REDUKSI REAKSI OKSIDASI
REAKSI REDOKS REAKSI REDOKS MERUPAKAN GABUNGAN DARI DUA REAKSI, YAITU REAKSI OKSIDASI DAN REAKSI REDUKSI.
REDOKS BERDASARKAN PENGIKATAN DAN PELEPASAN OKSIGEN OKSIDASI REDUKSI 1. Pemanasan raksa oksida (HgO) 2HgO 2Hg + O2 2. Pemanasan kalium klorat (KClO3) 2KClO3 2KCl + 3O2 1. Oksidasi suatu unsur akan menghasilkan suatu oksida. 4Fe +O2 2Fe2O3 2Mn + O2 2MnO 2. Oksidasi senyawa sulfida menghasilkan oksida logam penyusunnya. 4FeS2 +11O2 2Fe2O3 + 8SO2 3. Oksidasi atau pembakaran senyawa karbon menghasilkan gas karbondioksida dan air. C3H8 + 5O2 3CO2 + 4H2O C12H22O11 + 12O2 12CO2 + 11H2O C + O2 CO2 S + O2 SO2 N2 + O2 2NO OKSIDASI = PENGIKATAN OKSIGEN REDUKSI = PELEPASAN OKSIGEN
REDOKS BERDASARKAN PERPINDAHAN ELEKTRON 1. 2Cu + O2 2CuO 2. Cu + Cl2 CuCl2 2Cu 2Cu2+ + 4e (Oksidasi) O2 + 4e 2O2- (Reduksi) 2Cu + O2 2CuO (Redoks) Cu Cu2+ + 2e (Oksidasi) Cl2 + 2e 2Cl- (Reduksi) Cu + Cl2 CuCl2 (Redoks) OKSIDASI = PELEPASAN ELEKTRON REDUKSI = PENGIKATAN ELEKTRON
REDOKS BERDASARKAN PERUBAHAN BILANGAN OKSIDASI REDUKSI OKSIDASI = NAIKNYA BIL.OKSIDASI REDUKSI = TURUNNYA BIL.OKSIDASI
ATURAN PENENTUAN BILANGAN OKSIDASI CONTOH 1.Bilangan oksidasi unsur bebas adalah nol. 2.Bilangan oksidasi monoatom sama dengan muatan ionnya. 3.Jumlah bilangan oksidasi atom-atom pembentuk ion poliatom sama dengan muatan ion poliatom tersebut. 1.Bilangan oksidasi atom-atom pada Ne, H2, O2, Cl2, P4, S8, C, Cu, Fe,dan Na adalah nol. 2.Bilangan oksidasi Na+ = +1, bilangan oksidasi Mg2+= +2, bilangan oksidasi S2-= -2 3.Jumlah bilangan oksidasi atom S dan atom O dalam SO42- adalah -2
4.Jumlah bilangan oksidasi untuk semua atom dalam senyawa adalah nol. 5.Bilangan oksidasi unsur-unsur logam golongan utama (IA,IIA,IIIA) sesuai dengan nomor golongannya. 6.Bilangan oksidasi unsur-unsur logam golangan transisi lebih dari satu. 7.Biloks.hidrogen dalam senyawanya adalah +1, kecuali dalam hidrida, atom hidrogen mempunyai biloks. -1. 8. Biloks.oksigen dalam senyawanya adalah -2, kecuali dalam peroksida (-1) dan dalam senyawa biner dengan fluor (+2) 4.Jumlah bilangan oksidasi atom Cu dan atom O dalam CuO adalah nol. 5.Biloks.K dalam KCl,KNO3,dan K2SO4 = +1, biloks.Ca dalam CaSO4 dan biloks.Mg dalam MgSO4= +2. 6. Biloks.Cu =+1 dan +2 Fe=+2 dan +3 Sn=+2 dan +4 Pb=+2 dan +4 Au=+1 dan +3 7.Biloks. H dalam H2O,NH3 dan HCl = +1, biloks H dalam NaH dan CaH2 = -1. 8.Biloks.O dalam H2O = -2 Biloks.O dalam H2O2 dan BaO2= -1 Biolks.O dalam OF2 = +2
Assign the oxidation state to each element for the following substances: 1. Cl2 2. NaCl 3. CaCl2 4. H2O 5. NaOH 6. H2SO4 7. Na3PO4 8. CH4 Cl: 0 (pure element) Na: +1(group 1) Cl: -1 (group 7) Ca: +2 (group 2) Cl: -1 (group 7) H: +1 (always) O: -2 (always) Na: +1 O: -2 H: +1 (see above) H: +1 O: -2 S: +6 (+2 +6 – 8 = 0) Na: +1 O: -2 P: +5 (+3 +5 – 8 = 0) H: +1 C: -4 (+4 - 4 = 0)
Bagaimana cara membedakan reaksi redoks dan bukan redoks? Suatu reaksi disebut redoks, jika pada reaksi itu terdapat zat yang mengalami reduksi dan zat yang mengalami oksidasi. Manakah yang bukan reaksi redoks pada reaksi berikut? 2Ag + Cl2 2AgCl 2. SnCl2 + I2 +2HCl SnCl4 + 2HI CuO + 2HCl CuCl2 +H2O 4. H2 + Cl2 2HCl
2. SnCl2 + I2 +2HCl SnCl4 + 2HI (redoks) 0 0 +1 -1 2Ag + Cl2 2AgCl (redoks) Oksidasi Reduksi +2(-1)2 0 +1 -1 +4(-1)4 +1-1 2. SnCl2 + I2 +2HCl SnCl4 + 2HI (redoks) +2-2 +1-1 +2(-1)2 (+1)2-2 CuO + 2HCl CuCl2 +H2O (bukan redoks) 0 0 +1-1 4. H2 + Cl2 2HCl (redoks) Oksidasi Reduksi
Tentukan zat reduktor, zat oksidator, hasil reduksi dan hasil oksidasi dari reaksi redoks berikut : +2(-1)2 0 +1 -1 +4(-1)4 +1-1 SnCl2 + I2 +2HCl SnCl4 + 2HI reduksi oksidasi Zat reduktor (pereduksi) = SnCl2 Zat oksidator (pengoksidasi) = I2 Hasil reduksi = HI Hasil oksidasi = SnCl4
Reaksi Autoredoks (Disproporsionasi) Reaksi redoks dengan satu jenis atom yang bilangan oksidasinya berubah mengalami oksidasi dan reduksi sekaligus. +1-2 +1 +1-1 +1+1-2 (+1)2-2 Cl2 + 2KOH KCl + KClO + H2O Reduksi Oksidasi
Bilangan oksidasi untuk menentukan nama senyawa Penamaan senyawa ion biner yang unsur logamnya berbiloks lebih dari satu. 2. Penamaan senyawa ion poliatomik.
1. Tabel Penamaan senyawa pada unsur dengan logam berbiloks lebih dari satu. Jenis kation Biloks Jenis anion Rumus kimia Nama senyawa Fe Fe2+ +2 Cl- -1 FeCl2 Besi(II)klorida Fe3+ +3 FeCl3 Besi(III)klorida Pb Pb2+ O2- -2 PbO Timbal(II)oksida Pb4+ +4 PbO2 Timbal(IV)oksida Cu Cu+ + SO42- Cu2SO4 Tembaga(I)sulfat Cu2+ CuSO4 Tembaga(II)sulfat
2. Tabel Nama senyawa ion poliatomik berdasarkan sistem stock. Jenis ion Biloks Nama Nama biasa Nama sistem stock KClO K+ +1 Kalium hipoklorit Kalium klorat(I) ClO- +1 (Cl) KClO3 Kalium klorat Kalium klorat(V) ClO3- +5(Cl) 3. Tabel Nama senyawa yang memiliki biloks rendah dan tinggi. Unsur Biloks logam Nama senyawa HgCl +1 Merkuro klorida HgCl2 +2 Merkuri klorida SnO Stano oksida SnO2 +4 Stani oksida
Reaksi redoks disekitar kita Reaksi redoks pada pengaratan logam besi. Reaksi redoks pada pemutihan pakaian. Reaksi redoks pada penyetruman akumulator. Reaksi redoks pada ekstraksi logam. Reaksi redoks pada daur ulang perak.
Percobaan 7: Kinetika Kimia Tujuan 1. Praktikan mampu menjelaskan tanda-tanda reaksi kimia 2. Praktikan mampu menentukan laju dan orde reaksi. Praktikum yang dilakukan: Mengenal jenis-jenis reaksi Kinetika reaksi logam Mg dengan HCl Reaksi karbonat
Laju Reaksi Reaksi ada yang berjalan cepat dan ada yang lambat. Seberapa cepat atau lambat suatu proses berlangsung Besarnya perubahan yang terjadi dalam satuan waktu, misal dalm detik, menit, jam, hari, bulan, tahun... Laju berkurangnya pereaksi (-) atau laju bertambahnya pembentukan produk (+)
Penentuan Laju Reaksi Dengan percobaan, yaitu mengukur banyaknya pereaksi yang dihabiskan atau banyaknya produk yang dihasilan. Mengukur jumlah salah satu reaktan atau produknya
Laju reaksi untuk sistem Homogen A + B → C + D
Contoh Laju Reaksi 2 N2O5 (g) → 4 NO2 (g) + O2 (g) Sesuai dengan perbandingan koefisien pereaksinya, maka
Faktor-Faktor yg Mempengaruhi Laju Reaksi Luas Permukaan untuk reaksi yang melibatkan zat padat. contoh : pelarutan caustic soda untuk menaikkan pH air pada eksternal water treatment. Dari grafik: t pertikel serbuk reaksinya lebih cepat dari pertikel batangan. Mengapa? Krn, pada campuran pereaksi yang heterogen, reaksi hanya terjadi pada bidang batas bidang sentuh
Semakin luas bidang sentuh semakin cepat reaksi berlangsung. Semakin halus/kecil ukuran partikel/kepingan zat padat semakin luas permukaannya semakin cepat bereaksi. Bandingkan waktu pelarutan gula batu dalam air dengan gula pasir, manakah yang lebih cepat larut?
“Semakin besar konsentrasi semakin cepat reaksi berlangsung” 2. Konsentrasi Pereaksi Dari grafik: Reaksi dengan konsentrasi A berlangsung lebih cepat drpd reaksi dg konsentrasi B Jumlah produk (vol. Gas) yang dihasilkan sama, namun laju reaksinya berbeda. “Semakin besar konsentrasi semakin cepat reaksi berlangsung”
3. Tekanan Untuk reaksi dalam fasa gas, sehingga laju reaksi dipengaruhi tekanan. P > Volume < Konsentrasi > Laju reaksi >
4. Suhu Lebih cepat larut mana, gula pasir + air panas atau gula pasir + air dingin? Mengapa? Pada dasarnya setiap partikel selalu bergerak, dengan meningkatkan suhu maka energi gerak (energi kinetik) molekul akan bertambah tumbukan sering terjadi. Pada umumnya laju reaksi menjadi 2 kali lebih besar jika T (suhu) dinaikkan 10 oC, mengikuti persamaan:
5. Katalis Zat yg mempercepat laju reaksi, tetapi zat tsb tidak mengalami perubahan kekal (tdk dikonsumsi & tdk dihabiskan) Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah.
5. Katalis Contoh katalis : enzim “tiap kenaikan 10oC, maka reaksi enzim menjadi 2x lipat. Tetapi peningkatan suhu yang tinggi dapat menyebabkan atom-atom penyusun enzim bergetar sehingga ikatan hidrogen terputus dan enzim terdenaturasi, rusaknya enzim, sehingga aktivitas enzim menurun. Contoh lain : reaksi peruraian larutan peroksida menjadi oksigen (gas) dan air (cair), dimana reaksi ini berjalan lambat. Namun setelah ditambahkan katalis FeCL3 reaksinya berjalan cepat. Katalis sefase (homogen), berbeda fase (heterogen)
ORDE REAKSI Pangkat konsentrasi pereaksi pada laju reaksi Orde reaksi : total keseluruhan orde pada setiap pereaksinya, misal: Orde reaksi ditentukan melalui percobaan Tidak ada kaitannya dengan koefisien reaksi Menunjukkan pengaruh konsentrasi pereaksi terhadap laju reaksinya.
MAKNA ORDE REAKSI Rx. Orde Nol Rx. Berorde nol pada salah satu pereaksinya, apabila perubahan konsentrasi tidak berpengaruh pada laju rx 2. Rx. Orde Satu Rx berorde satu terhadap salah satu pereaksinya, jika laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi Rx. Orde Dua Rx berorde 2 terhadap salah satu pereaksinya, jika laju reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksinya
MENENTUKAN PERSAMAAN LAJU REAKSI Ditentukan dari percobaan, bukan dari stoikiometri reaksi, dimana laju diukur pada awal reaksi dengan konsentrasi berbeda-beda. Misal : A + B C + D Untuk menentukan orde reaksi thd A maka konsentrasi B dibuat tetap, sedangkan A diubah-ubah. Begitupula sebaliknya.
www.animationfactory.com Template Provided By 500,000 Downloadable PowerPoint Templates, Animated Clip Art, Backgrounds and Videos
Percobaan 8: Analisis Volumetri: Reaksi Asam Basa Tujuan Praktikan mampu melakukan analisis volumetri menggunakan titrasi asam-basa untuk menentukan konsentrasi asam atau basa. Praktikan mampu menentukan nilai Ka dari asam lemah Praktikum yang dilakukan: Standarisasi NaOH dengan larutan standar asam oksalat Studi kasus: Penetapan kadar asam asetat (asam cuka)
DEFINISI Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri Yaitu metode analisis kuantitatif yang didasarkan pada prinsip stoikiometri reaksi kimia atau pengukuran volume titran yang bereaksi sempurna dengan analit
What happen? Dalam setiap metode titrimetri selalu terjadi reaksi kimia antara komponen analit dengan zat pendeteksi yang disebut titran aAnalit + tTitran Hasil reaksi a : jumlah mol analit t : jumlah mol titran
???
Titran (dalam buret) ditambahkan ke dalam larutan analit (labu Erlenmeyer) hingga tercapai titik ekivalen Titik ekivalen tercapai ditandai dengan adanya perubahan zat indikator
Titik ekivalen adalah keadaan disaat terjadinya kesetaraan mol antara zat yang dititrasi dan zat pentitrasi. Titik akhir titrasi adalah keadaan waktu menghentikan titrasi, jika menggunakan indikator yaitu pada saat indikator berubah warna. Idealnya, titik ekivalensi dan titik akhir titrasi adalah sama.
Asidi-Alkalimetri Asidi-alkalimetri, prinsip reaksi asam basa (netralisasi). Alkalimetri: HA +OH- A- + H2O (A=asam, T=Basa) Asidimetri: BOH + H2O+ B+ + 2 H2O (A=basa, T=Asam) A = Analit T = Titran
Lanjutan Kompleksometri, prinsip pembentukan kompleks stabil. Ag+ +2CN- [Ag(CN)2]- Oksidimetri, prinsip reaksi redoks, Fe3+ + Ce4+ Fe3+ + Ce3+ Argentometri (Titrasi Pengendapan), prinsip reaksi pegendapan. Ag+ + X- AgX(s)
Perhitungan Volumetri
Perhitungan Volumetri
Perhitungan Volumetri
4 persyaratan metode titrimetri
Macam Larutan Baku Larutan Baku Primer Larutan Baku Sekunder.
Larutan Standar Primer Zat standar primer, adalah zat baku yang langsung dapat digunakan dalam titrasi sehingga dapat menentukan jumlah zat yang dianalisa. Contoh: H2C2O4, Na2C2O4, KBrO3, KIO3, NaCl, boraks, dan Na2CO3.
Larutan Standar Sekunder Zat standar sekunder adalah larutan standar lain yang ditetapkan konsentrasinya melalui titrasi dengan menggunakan larutan standar primer. Contoh: NaOH, KOH, KMnO4, HCl, H2SO4
Standarisasi No Metode Stand Sek Stand Primer Indikator TAT 1 Asidimetri HCl/H2SO4 Na2CO3/ Na2B4O7.10H2O MO/MR Merah konstan 2 Alkalimetri NaOH/KOH H2C2O4.2H2O PP 3 Argentometri AgNO3 NaCl K2Cr2O7/ K2CrO4 Endapan merah bata 4 Kompleksometri Na2EDTA ZnSO4.7H2O EBT+buffer pH=10 Merah anggur-biru 5 Permanganometri KMnO4 H2C2O4.2H2O (+H2SO4, panaskan <800C) autoindikator Merah muda 6 Iodometri Na2S2O3 KIO3/ K2Cr2O7 Amilum Biru-bening 7 Iodimetri I2 As2O3/ Na2S2O3 (hasil iodometri) Biru
INDIKATOR Alizarin kuning kuning ungu 10,1 -12,0 Fenolftalein IDIKATOR WARNA ASAM WARNA BASA TRAYEK pH Alizarin kuning kuning ungu 10,1 -12,0 Fenolftalein tak berwarna merah 8,0 -9,6 Metil merah KUNING MERAH 6.8 – 8.4 METIL JINGGA 4.2 – 6.2
Kurva Titrasi Asam Kuat - Basa Kuat pH 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Fenolftalein Titik ekuivalen Biru bromtimol Merah metil 10 20 30 40 50 60 70 ml NaOH
Titrasi asam kuat - basa kuat misalkan 50ml HCl 0,1 M dititrasi dengan NaOH 0,1M HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l) atau H+(aq) + OH-(aq) H2O(l) sebelum penambahan NaOH HCl adalah asam kuat dan terdisosiasi lengkap, jadi [H+] = 0,1 pH = - log [H+] = 1 Setelah penambahan 10 ml NaOH reaksi yang terjadi selama titrasi adalah H+(aq) + OH-(aq) H2O(l) (50 ml) x (0,1 mmol/ml) H+ bereaksi dengan (10 ml) x (0,1 mmol/ml) OH- H+(aq) + OH-(aq) H2O(l) 5,00 mmol 1,00 mmol 1,00 mmol 1,00 mmol 4,00 mmol 0 dalam kesetimbangan terdapat 4,00 mmol H+ dalam 60 ml larutan. Jadi, [H+] = 4,00 mmol / 60ml = 6,67 x 10-2 mmol/ml pH = - log [H+] = 2 - log 6,67 = 1,18 hitung pH larutan setelah penambahan 20, 30, 40, 45 dan 49,9 ml NaOH
Setelah penambahan 50 ml NaOH reaksi berlangsung sempurna, garam yang dihasilkan yaitu NaCl tidak asam dan dan tidak pula basa dalam larutan air (tidak dihidrolisis), maka larutan itu netral; [H+] = [OH-] = 1,0 x 10-7 pH = 7 Setelah penambahan 60 ml NaOH H+(aq) + OH-(aq) H2O(l) 5,00 mmol 6,00 mmol 5,00 mmol 5,00 mmol 0 1,00 mmol dalam kesetimbangan terdapat 1,00 mmol OH- dalam 110 ml larutan. Jadi, [OH-] = 1,00 mmol / 110ml = 9,1 x 10-3 mmol/ml pOH = - log [OH-] = 3 - log 9,1 = 2,04 pH = 14 - pOH = 11,96 Perhatikan: setelah titik ekuivalen tercapai (besar pH = 7,00), penambahan 0,05 ml titran akan merubah pH menjadi 9,7 nilai tersebut diperoleh dari H+(aq) + OH-(aq) H2O(l) 5,00 mmol 5,05 mmol 5,00 mmol 5,00 mmol 0 0,05 mmol dalam kesetimbangan terdapat 0,05 mmol OH- dalam 100,05 ml larutan. Jadi, [OH-] = 0,05 mmol / 100,05 ml = 0,0005 mmol/ml pOH = - log [OH-] = 3,30125 pH = 14 - pOH = 9,7 hitung pH larutan setelah penambahan 51, 70, 80, 100 ml NaOH
Perubahan warna pada fenolftalien Perubahan warna terjadi pada pH 8,3 - 10
Perubahan warna pada biru bromtimol Perubahan warna terjadi pada pH 6 - 7,6
Perubahan warna pada merah metil Perubahan warna terjadi pada pH 4,2 - 6,3
Kurva Titrasi Asam Lemah - Basa Kuat 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 pH Titik ekuivalen 10 20 30 40 50 60 70 ml NaOH
Titrasi asam lemah - basa kuat misalkan 50ml suatu asam lemah HA Ka =1,0 x 10-5 0,1 M dititrasi dengan NaOH 0,1M sebelum penambahan NaOH HA adalah asam lemah dan terdisosiasi dengan lemah Setelah penambahan 10 ml NaOH reaksi yang terjadi selama titrasi adalah HA + OH- H2O + A- (50 ml) x (0,1 mmol/ml) HA bereaksi dengan (10 ml) x (0,1 mmol/ml) OH- HA + OH- H2O + A- 5,00 mmol 1,00mmol 1,00 mmol 1,00mmol 4,00 mmol 0 1,0mmol 1,0mmol dalam kesetimbangan terdapat 4,00 mmol HA dan 1,0 mmol A- dalam 60 ml larutan. HA (aq) + H2O (l) H3O+ (aq) + A- (aq) Maka dianggap [H3O+] [A-] dan [HA] = 0,1 [H3O+] 0,1 [H3O+][A-] = Ka [HA] [H3O]2 = 1,0 x 10-5 0,1 [H3O+] = 1,0 x 10-3 pH = 3,00
Setelah penambahan 50 ml NaOH (pH pada titik ekuivalen) terbentuk 5,00 mmol A-; [A-] = 5,00/100 = 0,05M A- adalah basa dan reaksinya dengan air adalah A- + H2O HA + OH- dianggap [HA] [OH-] maka [HA] = 4,00 60 - [H3O+] [A-] = 1,00 + [H3O+] [H3O+][A-] [HA] = Ka [H3O+] (1,0/60) (4,0/60) = 1,0 x 10-5 [H3O+] = 4 x 10-5 pH = 5 - log 4 = 4,40 [HA][OH-] = Kb = 1,0 x 10-9 [A- ] [OH-] 2 = 1,0 x 10-9 0,05 [OH-] = 7,1 x 10-6 pOH = 5,15 pH = 8,85
Setelah penambahan 60 ml NaOH setelah tercapai titik ekuivalen, masih terdapat 10 ml OH- 0,1M atau 1,0 mmol sementara OH- yang dihasilkan dari reaksi A- + H2O HA + OH- dapat diabaikan, sehingga Perhatikan: setelah titik ekuivalen tercapai (besar pH = 8,85), penambahan 0,10 ml titran akan merubah pH menjadi 9,7 nilai tersebut diperoleh dari 1,0 mmol [OH-] = = 9,1 x 10-3 110 ml pOH = 2,04 pH = 11,96 0,01 mmol [OH-] = = 9,99 x 10-5 100,1 ml pOH = 4,0 pH = 10,0
Cara menghitung pH titrasi untuk titrasi asam lemah - basa kuat Spesi yang terdapat pada larutan HA + OH - A- + H2O Persamaan HA [H3O+][A-] HA + H2O H3O++ A- Ka = asam terionisasi [HA] [H3O+] = Ka.[HA] [H3O+] = [A-] [A-] HA dan A- [H3O+][A-] Ka = pH = pKa + log buffer [HA] [HA] [HA][OH -] A- A- + H2O HA + OH - Kb = [A-] Garam terhidrolisis [OH-] = Kb.[A-] [HA] = [OH -] OH- [OH-] = kelebihan titran
Cara menghitung pH titrasi untuk titrasi basa lemah - asam kuat Spesi yang terdapat pada larutan Persamaan B + H3O+ HB+ + H2O [HB+][OH -] B B + H2O HB+ + OH - Kb = Basa terionisasi [B] [OH-] = Kb.[A-] [HB] = [OH -] [HB+] B dan HB+ [HB+][OH -] pOH = pKb + log Kb = buffer [B] [B] HB+ [H3O+][B] HB+ + H2O H3O++ B Ka = [HB+] Garam terhidrolisis [H3O+] = Ka.[HB+] [H3O+] = [B] H3O+ [H3O+] = kelebihan titran
Asidimetri Asidimetri, prinsip reaksi asam basa (netralisasi). BOH + H2O+ B+ + 2 H2O (A=basa, T=Asam) Cara Kerja : Dipipet 10,0 ml larutan baku primer Na2B4O7.10H2O 0,0100 N dan dimasukkan dalam erlenmeyer. ditambahkan 2-3 tetes indikator MR dan dititrasi dengan larutan HCl sampai terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah yang konstan. Dihitung Normalitas HCl N1 . V1 = N2 . V2 N1: Normalitas H2C2O4 N2: Normalitas NaOH V1: Volume H2C2O4 V2: Normalitas NaOH
Data yang diperoleh dianalisis: (N.V)HCL = (N.V)Na2B4O7 Reaksi yang terjadi: Na2B4O7 + 2HCl + 6H2O 4H3BO3 + 2NaCl + H2O Perc. Vol Na2B4O7.10H2O 0,0100 N (ml) Vol HCl (mL) 1 10,0 mL 10,2 2 10,1 3 10,3 Vol rata-rata HCL
Alkalimetri alkalimetri, prinsip reaksi asam basa (netralisasi). HA +OH- A- + H2O (A=asam, T=Basa) Cara Kerja : Pembuatan larutan baku primer H2C2O4.2H2O 0,0100 N sebanyak 100 mL. Diketahui massa molar C=12 g/mol, O= 16 g/mol, H = 1 g/mol! Massa H2C2O4.2H2O =
2. Standarisasi Larutan NaOH Dipipet 10,0 ml larutan baku primer H2C2O4 2H2O 0,0100 N dan dimasukkan dalam erlenmeyer. ditambahkan 2-3 tetes indikator PP dititrasi dengan larutan NaOH sampai terjadi warna merah yang konstan. (3 kali) Dihitung normalitas NaOH N1. V1 = N2 . V2 N1: Normalitas H2C2O4 N2: Normalitas NaOH V1: Volume H2C2O4 V2: Normalitas NaOH Reaksi: 2NaOH + H2C2O4.2H2O Na2C2O4 + 4 H2O
Percobaan 9: Pengenalan Gugus Fungsi Tujuan Praktikan mampu mengidentifikasi gugus fungsi suatu senyawa melalui reaksi kimia Praktikum yang akan dilakukan: Reaksi senyawa alkohol Reaksi senyawa aldehid dan keton Membedakan aldehid dan keton Identifikasi keton Reaksi esterifikasi
SENYAWA TURUNAN ALKANA Atom atau gugusan atom bagian dari senyawa yang menentukan sifat kimia senyawa tersebut disebut : GUGUS FUNGSI Bagian senyawa inilah yang menentukan sifat kimia senyawa. Bagian senyawa ini Yang akan berubah Jika bereaksi dengan Senyawa lain CH3-CH2-CH2 -OH O CH3-CH2- C -OH URUNAN O CH3-CH2-C – CH3
BEBERAPA HOMOLOG SENYAWA TURUNAN ALKANA Gugus Fungsi Struktur umum Rumus umum Contoh senyawa Alkil alkohol / alkanol -OH R-OH CnH2n+2O CH3CH2CH2-OH 1-Propanol Alkoksi alkana (Eter) -O- R-O-R CH3CH2 –O-CH3 Metoksi etana Apa perbedaan dan kesamaan antara kedua rumus umum dan rumus strukturnya Keduanya Isomer fungsi
BEBERAPA HOMOLOG SENYAWA TURUNAN ALKANA Gugus Fungsi Struktur umum Rumus umum Contoh senyawa Alkanal / aldehid -C - H R-C – H CnH2nO CH3CH2C-H Propanal Alkanon (Keton) -C- R-C-R CH3CH2 –C-CH3 Butanon O O O O O O Apa perbedaan dan kesamaan antara kedua rumus umum dan rumus strukturnya Keduanya Isomer fungsi
BEBERAPA HOMOLOG SENYAWA TURUNAN ALKANA Gugus Fungsi Struktur umum Rumus umum Contoh senyawa As.Alkanoat / alkil alkanoat -C -OH R-C – OH CnH2nO2 CH3CH2C-OH As.Propanoat Alkil alkanoat (Ester) -C-OR R-C-OR CH3CH2-C-O-CH3 Metil Propanoat O O O O O O Apa perbedaan dan kesamaan antara kedua rumus umum dan rumus strukturnya Keduanya Isomer
Tata nama Alkanol/alkil alkohol 1. Alkohol monovalen Tentukan rantai utama dan berikan penomoran atom C dimulai dari atom C yang paling dekat dengan gugus OH 2. Tuliskan nama alkana dengan akhiran nol dengan letak OH dinyatakan dengan bilangan yang ditulis didepan nama alkanol. R - OH 3 2 1 CH3 -CH2 -CH2-OH Alkana + akhiran nol 1-Propanol
Contoh : CH3 –CH-CH2-CH2-OH 3-metil 1-butanol CH3 CH3 –CH - CH-CH3 4 3 2 1 CH3 –CH-CH2-CH2-OH 3-metil 1-butanol CH3 metil 4 3 2 1 CH3 –CH - CH-CH3 3-metil 2-butanol CH3 OH metil OH 1 2 3 4 CH3 –C – CH2 -CH3 2-metil 2-butanol CH3 metil
1,2,3 –propanatriol (gliserol) OH 4 3 2 1 CH3 –CH-CH-CH2-OH 3-metil 1,2-butanadiol CH3 metil CH2 OH CH OH 1,2,3 –propanatriol (gliserol) CH2 OH CH2 OH CH2 OH 1,2 –etanadiol (glikol)
Tata nama alkoksi alkana (Eter) propana CH3 -CH2-CH2- O – CH2-CH3 Etoksi Etoksi propana Etil propil eter Rantai yang lebih panjang di pakai sebagai Alkana Rantai yang lebih pendek di pakai sebagai Alkoksi (alkana dengan akhiran oksi. CH3 -CH2-CH- O – CH2-CH3 CH3 Etoksi terikat pada atom C no 2 Butana 2-Etoksi Butana etil sek.butil eter
Propil –CH2–CH2- CH3 Amil -C5H11 isopropil –CH–CH3 CH3 butil –CH2–CH2- CH2- CH3 Isobutil - CH2–CH- CH3 CH3 Sek.butil –CH- CH2- CH3 CH3 CH3 Ters.butil –C - CH3 CH3
Tata nama alkanal (Aldehid) Sebutkan nama ranyai karnobnya sesuai dengan nama alkana dengan akhiran nal O H-C-H Metanal; formaldehid O etanal; Asetaldehid CH3 -C-H O propanal; propionaldehid CH3 – CH2 -C-H O 4 3 2 1 CH3 –CH-CH2-C -H 3-metil butanal CH3 metil
Tata nama alkanon (Keton) CH3 -C-CH3 Propanon O CH3 –C –CH2–CH2- CH3 2-pentanon O 2-Butanon (Butanon) CH3 – CH2 -C-CH3 O CH3 –CH-C –CH3 3-metil 2-butanon CH3
Asam alkanoat / As. Karboksilat R – C – O – H Asam Alkanoat O H – C – OH Asam metanoat /Asam formiat O Asam etanoat /Asam asetat Asam cuka CH3 –C -OH O Asam 2-metil propanoat CH3 –CH-C –OH CH3
Alkil alkanoat / Ester O R – C – O – R Alkil Alkanoat O H – C – O-CH3 metil metanoat /metil formiat O metil etanoat /metil asetat CH3 –C –O-CH3 O CH3 –CH-C –O-CH3- CH3 etil 2-metil propanoat CH3
Jenis Alkohol Berdasarkan letak gugus OH pada rantai karbonnya, alkohol dibedakan menjadi 3 jenis: 1. Alkohol Primer. Gusus OH terikat pada atom C primer. CH3 CH3 CH -C -CH2-OH 2,2,3-trimetil 1-butanol CH3 CH3
2. Alkohol Sekunder. Gusus OH terikat pada atom C sekunder. CH3 CH3 CH -C -CH2- CH3 3,3-dimetil 2-pentanol OH CH3 3. Alkohol Tersier. Gusus OH terikat pada atom C Tersier. CH3 CH3 CH -C CH2- CH3 2,3-dimetil 3-pentanol CH3 OH Amati nomor letak cabang dan letak gugus OH nya, dan cari ciri khas dari ketiga jenis alkohol.
Reaksi pada Alkohol 1. Reaksi dengan logam Na R-OH + Na R-ONa + H2 Na.alkanolat 2. Reaksi dengan HCl, PX3 atau PX5 R-OH + HCl R-Cl + H2O R-OH + PX3 R-X + H3PO3 R-OH + PX5 R-X + POX3 + HX 3. Reaksi Oksidasi alkohol O Alkohol Primer Alkanal Oks. Oks. R-C –OH O O R-CH2 – OH R-C-H Oks Oks R-C –OH Oks Alkohol Sekunder Alkanon Oks OH O R-CH – CH3 R-C-CH3 Oks Oks
Mengapa tidak teroksidasi ? Alkohol tersier Oks CH3 Mengapa tidak teroksidasi ? Oks CH3 C OH CH3 4. Reaksi Alkohol + asam alkanoat Alkil alkanoat + air O O R-C –OH + HO- R’ R-C –OR’ + H2O H2O 180oC 5. Reaksi Alkohol + asam Sulfat (pekat) Alkena 130oC Eter H2SO4 CH3 CH2 OH CH2=CH2 + H2O 180oC CH3 CH2 OH H2SO4 CH3 CH2 O CH2 CH3 + H2O CH3 CH2 OH 130oC
REAKSI-REAKSI ETER 1. Pembakaran eter CH3-O-CH3 + O2(g) CO2(g) + H2O(g) 2. Reaksi dengan logam Na R-O-R + Na Reaksi ini dapat dipakai untuk membedakan antara alkanol dan eter. 3. Reaksi dengan PCl5 tidak membebaskan HCl, berbeda dengan alkohol R-O-R + PCl5 R-Cl + R-Cl + POCl3 4. Reaksi dengan Asam Halida terutama HI R-O-R + HI R-OH + R-I Jumlah HI terbatas R-O-R + HI R-I + R-I + H2O Jumlah HI berlebih
REAKSI-REAKDI ALDEHID 1. Oksidasi Aldehid. O O R-C-H Oks R-C –OH Sebagai oksidator dapat berupa CuO (fehling) atau Ag2O (tollen) Perekasi Fehling : terdiri dari Fehling A dan Fehling B Fehlinh A ; terdiri dari larutan CuSO4 Fehlinh B ; terdiri dari larutan K.Na.tartrat dalam larutan NaOH Pereksi Tollen : terdiri dari larutan perak nitrat yang diberi amoniah berlebih (perak amoniakal)/Ag2O
O O R-C-H R-C –OH + Cu2O Merah bata O O R-C-H R-C –OH + Ag(s) Ag2O R-C –OH + Ag(s) Cermin perak 2. Reduksi Aldehid. Reduksi aldehid (dereaksikan dengan H2) akan menghasilkan alkohol primer. O OH R-C-H + H2 R-CH2 Alkanal Alkanol