Bangunan Persilangan Jalur saluran irigasi mulai dari intake hingga bangunan sadap terakhir seringkali harus berpotongan atau bersilangan dengan berbagai rintangan , diantaranya : Jalan Saluran lainnya Sungai Untuk itu diperlukan bangunan persilangan agar dapat menyeberangkan debit yang dialirkan oleh saluran dari bagian hulu ke bagian hilirnya
Siphon Bangunan persilangan yang dibangun untuk mengalirkan debit yang dibawa oleh saluran yang jalurnya terpotong oleh lembah dengan bentang panjang atau terpotong oleh sungai. Berupa saluran tertutup berpenampang lingkaran atau segi empat yang dipasang dibawah dasar sungai, atau bisa juga dipasang di atas permukaan tanah jika melintasi lembah (cekungan). Konstruksi siphon jika penampang melintang berupa segi empat biasanya dibuat dari beton bertulang (reinforced concrete), jika penampang melintang berupa lingkaran biasanya dibuat dari baja.
Didalam perencanaan siphon (melintasi dasar sungai) ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, antara lain : Siphon harus mampu menahan gaya uplift pada saat kondisi airnya kosong, yaitu gaya yang disebabkan oleh tekanan hidrostatis dari bawah konstruksi siphon, menekan konstruksi siphon ke arah atas. Siphon harus dibuat pada kedalaman yang cukup di bawah dasar sungai dan aman terhadap bahaya gerusan tanah dasar sungai (degradasi) maupun bahaya gerusan lokal akibat dasar sungai yang terganggu Untuk mengurangi kehilangan energi maka lokasi siphon diusahakan pada bentang sungai terpendek, serta memperkecil jumlah belokan pada konstruksi siphon
Siphon Perhitungan hidraulika siphon : Data-data Debit saluran (Qmaksimum) = 2.88 m3/dt Lebar dasar saluran B = 5.77 m Kedalaman aliran h = 1.27 m Kecepatan aliran di sal. V = 0.46 m/dt Elevasi dasar saluran hilir = +13.09 Elevasi muka air hilir = +14.36 Panjang siphon = 59.05 m Penampang siphon = segi empat Siphon melintasi sungai, sehingga konstruksi siphon diletakkan di bawah dasar sungai. Siphon direncanakan mempunyai 2 jalur (double barrel).
Talang Merupakan salah satu bangunan persilangan yang dibangun untuk mengalirkan debit yang dibawa oleh saluran yang jalurnya terpotong oleh lembah dengan bentang panjang atau terpotong oleh sungai. Bangunan talang berupa saluran terbuka yang dipasang membentang dari tebing sisi hulu ke tebing sisi hilir. untuk menyeberangkan debit. Aliran di dalam talang harus dalam kondisi yang stabil (Fr < 0.7) atau dalam kondisi sub kritis Data-data : Debit saluran (Qmaksimum) = 2.88 m3/dt Kedalaman aliran di saluran = 1.27 m (sebelum bangunan talang) Elevasi dasar saluran =+13.17 (sebelum bangunan talang) Elevasi muka air di saluran = +14.44 (sebelum bangunan talang) Panjang bentang talang L = 31 m Koefisien Strickler k = 70
Bangunan Terjun Bangunan terjun dibangun untuk mengatasi kemiringan medan yang terlalu curam, sementara kemiringan yang dibutuhkan oleh saluran tergolong landai. Bangunan terjun biasanya dibangun pada daerah yang kondisi topografinya memiliki kelerengan yang curam. Ada 4 bagian dari bangunan terjun yaitu : Bagian pengontrol, berada di hulu sebelum terjunan, berfungsi untuk mencegah penurunan muka air yang berlebihan. Bagian pembawa, berfungsi sebagai penghubung antara elevasi bagian atas dengan bagian bawah. Peredam energi, berfungsi untuk mengurangi energi yang dikandung oleh aliran sesudah mengalami terjunan sehingga tidak berpotensi merusak konstruksi bangunan terjun. Perlindungan dasar bagian hilir, berfungsi untuk melindungi dasar dan dinding saluran dari gerusan air sesudah mengalami terjunan.
Bagian Pengontrol Bagian ini terletak sebelah hulu (sebelum terjunan), dengan adanya bagian pengontrol ini, maka penurunan muka air yang berlebihan bisa dicegah. Ada 2 alternatif mekanisme untuk mengendalikan muka air di bagian hulu, yaitu : Memperkecil luas penampang basah. Memasang ambang (sill) dengan permukaan hulu miring. Untuk saluran yang kandungan sedimennya tinggi disarankan tidak memasang ambang (sill), karena akan mempercepat sedimentasi di saluran bagian hulu. Bagian Pembawa Bagian ini berupa terjunan dengan bentuk terjunan tegak (vertikal) atau terjunan miring. Jika beda tinggi (tinggi terjunan) lebih dari 1.5 m, maka bagian pembawa berupa terjunan miring, jika beda tinggi (tinggi terjunan) kurang dari 1.5 m maka dipakai bangunan terjun tegak (vertikal).
Peredam Energi Peredam energi berfungsi untuk mengurangi potensi kerusakan akibat energi yang terkandung dalam aliran, sehingga tidak merusak konstruksi bangunan terjun. Tipe peredam energi yang akan dipilih tergantung dari bilangan Froude yang terjadi di dalam aliran. Perlindungan Dasar Segera sesudah aliran mengalami terjunan, kecepatan aliran tergolong masih tinggi meskipun sudah dipasang bangunan peredam energi, sehingga masih diperlukan perlindungan dasar saluran yang biasanya berupa pasangan bronjong (gabion) untuk menghindari gerusan pada dasar saluran atau pada dinding saluran
Data-data sebagai berikut : Debit rencana Q = 7.57 m3/dt Lebar dasar B = 5.77 m Kedalaman aliran y1 = 1.65 m Kemiringan dasar saluran i = 0.00014 Kemiringan dinding m = 1.5 (sisi horizontal) Koefisien Strickler k = 42.5 Kondisi saluran banyak mengangkut sedimen. Beda tinggi antara muka air di hulu dan hilir (terjunan ) z = 1.61 m Kedalaman aliran sesudah terjunan y2 = 1.65 m.