STUDI ISLAM III BAB V MASALAH ORIENTALISME Nama : Sulistyawati A.R Nur Firda Oktaviani
BAB V MASALAH ORIENTALISME Tujuan Kaum Orientalisme Telah Beratus tahun lalu, kaum Yahudi dan Nasrani di Barat telah melakukan pengkajian terhadap Islam. Tujuannya adalah untuk memahami Islam sehingga mereka dapat lebih mudah menaklukkan kaum Muslimin. Prof. Dr. Ali Husny al-Kharbuthly mencatat ada tiga tujuan kaum orientalis dalam melakukan studi islam, yaitu: Untuk penyebaran agama Kristen ke negeri-negeri Islam Untuk kepentingan penjajahan Untuk kepentingan ilmu pengetahuan semata
Peter adalah tokoh misionaris kristen pertama di dunia islam B. Peter Venerable Peter adalah tokoh misionaris kristen pertama di dunia islam Peter merancang bagaimana menaklukkan umat Islam dengan pemikiran, bukan dengan senjata. Sekitar tahun 1141-1142, Ia menungjungi Toledo, Spanyol untuk menghimpun sejumlah cendikiawan untuk menerjemahkan karya-karya kaum Muslim ke dalam Bahasa Latin. Salah satu usaha sukses Peter adalah terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa latih oleh Robert of Ketton di tahun 1143.
Pada tahun 1698, Ludovico Maracci, melakukan kritik terhadap terjemahan Robert of Ketton dan menejermahkan Al-Qur’an sekali lagi ke dalam bahasa latin dengan judul “Alcorani Textus Receptus” Menurut Peter, Pengkajian islam oleh kaum Kristen itu perlu agar mereka dapat membaptis pemikiran kaum Muslimin. Ia menulis dua buku yang menyerang pemikiran Islam. Ia menyatakan bahwa AlQur’an tidak terlepas dari para setan. Strategi Peter Venerabilis ini Kemudian Menjadi rujukan kaum misionaris Kristen terhadap kaum Muslimin
C. Tokoh Misionaris Lainnya Raymon Lull berpendapat, Islam tidak dapat ditaklukan dengan darah dan air mata, tetapi dengan cinta kasih dan doa, ungkapan Lull yang di tulis oleh Samuel M Zwemmer dalam buku Islam : A Challenge to Faith. D. Keberhasilan Kaum Orientalis Meraih sukses besar dalam bidang studi Islam Mendirikan pusar-pusat studi Islam di Barat Menerbitkan ribuan buku tentang Islam Menghimpun literatur-literatur Islam dalam jumlah yang sangat besar
E. Agama Islam Hanya Al-Qur’an-lah, satu satunya Kitab Suci yang memberikan kritik- kritik tajam dan mendasar terhadap dasar-dasar kepercayaan agama Yahudi dan Kristen. Selama ratusan tahun, para ulama Islam telah mengembangkan studi perbandingan agama, yang berangkat dari Keimanan Islam, bahwa hanya Islam satu-satunya agama yang benar dan yang diterima Allah Subhanahu wa Ta’ala. (QS 3:19, 85) F. Materi Lainnya Perubahan metodologi studi agama-agama di Perguruan Tinggi dengan memasukkan metode orientalis sudah dilakukan sejan tahun 1973
G. Prof. HM. Rasjidi Pada tanggal 3 Desember 1975, mantan guru besar di McGill University Prof. HM Rasjidi, yang juga menteri Agama pertama, sudah menulis laporan rahasia kepada Menteri Agama dan beberapa eselon tertinggi di Depag. Dalam bukunya, koreksi terhadap Dr. Harun Nasution tentang "Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Selama satu tahun lebih surat Prof. Rasjidi tidak diperhatikan. Maka, tahun 1977, lahirlah buku koreksi terhadap Dr. Harun Nasution tersebut. Nasehat Prof. Rasjidi sangat penting untuk direnungkan saat ini, mengingat buku IDBA karya Harun Nasution itu memang penuh berbagai kesalahan fatal, baik secara ilmiah maupun kebenaran Islam.
H. Kesalahan dari Buku karya Harun Nasution Kesalahan yang sangat fatal dari buku IDBA karya Harun adalah dalam menjelaskan tentang agama-agama. Harun menempatkan Islam sebagai agama yang posisinya sama dengan agama-agama lain, sebagai evolving religion (agama yang berevolusi). Harun menyebut agama-agama monoteis - yang dia istilahkan juga sebagai `agama tauhid` ada empat, yaitu Islam, Yahudi, Kristen, dan Hindu. Ketiga agama pertama, kata Harun, merupakan satu rumpun. Agama hindu tidak termasuk dalam rumpun ini. Tetapi, Harun menambahkan, bahwa kemurnian tauhid hanya dipelihara oleh Islam dan Yahudi.
Kalau agama Yahudi merupakan agama tauhid murni, mengapa dalam Al-Qur'an dia dimasukkan kategori kafir ahlul kitab? Kesimpulan Harun itu jelas sangat mengada-ada. sejak lama prof. HM Rasjidi sudah memberikan kritik keras, bahwa:"Uraian Dr. Harun Nasution yang terselubung uraian Ilmiyah sesungguhnya mengandung bahaya bagi generasi muda Islam yang ingin dipudarkan keimanannya.” Tetapi, kritik-kritik tajam Prof. Rasjidi seperti itu tidak digubris oleh petinggi Depag dan IAIN, sehingga selama 32 tahun, buku IBDA dijadikan buku wajib dalam mata kuliah pengantar Studi Islam di perguruan-perguruan tinggi Islam di Indonesia. Padahal kesalahannya begitu jelas dan fatal.
I. Metode Kajian Agama kini, metode kajian agama yang berbasis pada epistemlogi relativisme kebenaran dikembangkan di berbagai kampus Islam. Sebagai contoh, sebuah buku berjudul “Ilmu Studi Agama” untuk mahasiswa Fakultas Ushuluddin di UIN Bandung, ditulis: “Setiap agama sudah pasti memiliki dan mengajarkan kebenaran. Keyakinan tentang yang benar itu didasarkan kepada Tuhan sebagai satu=satunya sumber kebenaran. (hal.17) J. Dampak epistemologi relativisme Dampak penggunaan epistemologi relativisme dalam pendekatan studi agama – dengan menghilangkan aspek keyakinan pada kebenaran agamanya sendiri – sangatlah besar dalam cara pikir dan cara pandang terhadap kebenaran. Epistemologi relatif ini telah cukup luas menyebar, sehingga banyak yang menyatakan bahwa semua agama adalah sama, semuanya jalan menuju kebenaran, dan jalan yang berbeda-beda menuju Tuhan yang sama. Padahal, sebagaimana telah dikutip pernyataan penyair terkenal Pakistan, Moh. Iqbal, bahwa jika manusia kehilangan keyakinan, maka itu lebih buruk dari perbudakan (lack of conviction is worse than slavery).
Kini berbagai negara-negara Barat – baik secara langsung maupun melalui LSM-LSM-nya seperti The Asia Foundation dan ford foundation- sangat bersemangat untuk melakukan reformasi Islam, mengubah Islam, membentuk Islam baru, dengan memberikan dukungan kepada usaha-usaha liberalisasi Islam, penyebaran paham Pluralisme Agama, dekonstruksi Islam, dekonstruksi syariah, dan sebagainya.