ASUHAN kEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HERNIA YSD
DEFINISI Secara umum Hernia merupakan proskusi atau penonjolan isi suatu rongga dari berbagai organ internal melalui pembukaan abnormal atau kelemahan pada otot yang mengelilinginya dankelemahan pada jaringan ikat suatu organ tersebut (Griffith,1994). Hernia adalah : tonjolan keluarnya organ atau jaringanmelalui dincling rongga dimana organ tersebut seharusnyaberada yang didalam keadaan normal tertutup .Hernia atau usus turun adalah penonjolan abnormal suatuorgan/ sebagian dari organ melalui lubang pada strukturdisekitarnya .Hernia inguinalis adalah penonjolan hernia yang terjadipada kanalis inguinal (lipat paha). . Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu ronggamelalui lubang (Oswari, 2000 : 216). Hernia adalah penonjolansebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding ronggayang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut(Nettina, 2001 : 253). Hernia inguinalis adalah hernia isi perutyang tampak di daerah sela paha (regio inguinalis). (Oswar
KLASIFIKASI a.Macam-macam hernia ini di dasarkan menurut letaknya,seperti : 1.Inguinal. Hernia inguinal ini dibagi lagi menjadi : Indirek / lateralis: Hernia ini terjadi melalui cincininguinalis dan melewati korda spermatikus melaluikanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada priadaripada wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anakkecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan seringturun ke skrotum. Umumnya pasien mengatakan turunberok, burut atau kelingsir atau mengatakan adanyabenjolan di selangkangan/kemaluan. Benjolan tersebutbisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur danbila menangis, mengejan atau mengangkat benda beratatau bila posisi pasien berdiri dapat timbul kembali. Direk / medialis: Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti padahernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umumpada lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri ataumengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia inisampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke bagianatas skrotum, sedangkan testis dan funikulusspermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Pada pasien terlihat adanya massa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posteriormaka hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis.
2.Femoral : Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoraldan lebih umum pada wanita daripada pria. Ini mulaisebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yangmembesar dan secara bertahap menarik peritoneum danhampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk kedalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarseratadan strangulasi dengan tipe ini. 3.Umbilikal : Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebihumum pada wanita dan karena peningkatan tekananabdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk danwanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisibedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidakadekuat karena masalah pascaoperasi seperti infeksi,nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau kegemukan 4.Incisional : batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang lemah. b.Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas : 1.Hernia bawaan atau kongenitalPatogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis (indirek):Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus.Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melaluikanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarikperitonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalisperitonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesusini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalambeberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebihsering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanyayang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalisyang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bilaprosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi)akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Padaorang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karenamerupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaanyang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat,kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul herniainguinalis lateralis akuisita
2. Hernia ireponibel, yaitu bila isi kantong hernia tidak dapatdikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya disebabkanoleh perlekatan isi kantong pada peri tonium kantonghernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus =perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeriataupun tanda sumbatan usus 3. Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio =terperangkap, carcer = penjara), yaitu bila isi herniaterjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti isikantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalamrongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguanpasase atau vaskularisasi.Secara klinis “hernia inkarserata” lebih dimaksudkan untukhernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai “herniastrangulata”. Hernia strangulata mengakibatkan nekrosisdari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapatdarah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenisini merupakan keadaan gawat darurat karenanya perlumendapat pertolongan segera.
ETIOLOGI a.Hernia Inguinalis / CongenitalHernia inguinalis dapat terjadi karena anomalikongenital atau karena sebab yang didapat peninggian tekanan di dalam rongga perut (karenakehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat,mengejan pada saat defekasi dan miksi misalnya akibathipertropi prostat) dan kelemahan otot dinding perut karenausia. Adanya prosesus vaginalis yang paten bukan merupakanpenyebab tunggal terjadinya hernia tetapi diperlukan faktorlain seperti anulus inguinalis yang cukup besar. Tekananintraabdominal yang meninggi secara kronik seperti batukkronik, hipertropi prostat, konstipasi dan ansietas seringdisertai hernia inguinalis.
PATOFISIOLOGI
TANDA DAN GEJALA Umumnya penderita mengeluhkan turun berok, burut atau kelingsir atau menyatakan adanya benjolan di selakanganya/kemaluan, benjolan itu bisa mengecil atau menghilang, dan bila menangis mengejan waktu defekasi/miksi, mengangkat benda berat akan timbul kembali. Dapat pula ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah ada komplikasi
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan diameter anulus inguinalis Pemeriksaan penunjang a. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi usus. b. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidak seimbangan elektrolit.
PENATALAKSANAAN MEDIS 1)Terapi konservatif/non bedah meliputi : a. Pengguanaan alat penyangga bersifatsementara seperti pemakaian sabuk/korset padahernia ventralis. b.Dilakukan reposisi postural pada pasien denganHernia inkaseata yang tidak menunjukkan gejalasistemik. 2)Terapi umum adalah terapi operatif. 3)Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri,misalnya Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi,dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit. 4)Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi,kemudian makan dengan gizi seimbang dan tinggi proteinuntuk mempercepat sembelit dan mengadan selama BAB,hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yangdapat memperburuk gejala-gejala. 5)Hindari aktivitas-aktivitas yang berat.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN Aktivitas/istirahat Gejala : - Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat, duduk, mengemudi dan waktu lama - Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur - Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian tubuh - Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan. Tanda : Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam berjalan Eliminasi Gejala : konstipasi dan adanya inkartinensia/retensi urine Integritas Ego Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan finansial keluarga Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga Neurosensori Gejala : kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki Tanda : penurunan reflek tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia. Nyeri tekan/spasme otot paravertebralis, penurunan persepsi nyeri Kenyamanan Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong, bahu/lengan, kaku pada leher. (Doenges, 1999 : 320-321)
Post Operasi Status Pernapasan - Frekuensi, irama dan ke dalaman - Bunyi napas - Efektifitas upaya batuk Status Nutrisi - Status bising usus, mual, muntah Status Eliminasi - Distensi abdomen pola BAK/BAB Kenyamanan - Tempat pembedahan, jalur invasif, nyeri, flatus Kondisi Luka - Keadaan/kebersihan balutan - Tanda-tanda peradangan - drainage Aktifitas - Tingkat kemandirian dan respon
Diagnosa keperawatan 1.Nyeri (khususnya dengan mengedan) yang berhubungan dengan kondisi hernia atau intervensi pembedahan. 2.Retensi urine (resiko terhadap hal yang sama) yang berhubungan dengan nyeri, trauma dan penggunaan anestetik selama pembedahan abdomen. 3.Kurang pengetahuan : potensial komplikasi GI yang berkenaan dengan adanya hernia dan tindakan yang dapat mencegah kekambuhan mereka. 4. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan hemoragi 5. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primerbuh berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna/makan-makanan 7. Ketakutan/ansietas berhubungan dengan perubahan status keseh 6. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tuatan
Daftar Pustaka Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Medica Aesculaplus FK UI. 1998. Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. EGC. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Charlene J. Reeves, Bayle Roux, Robin Lockhart. Penerjemah Joko Setyono. Penerbit Salemba Media. Edisi I. 2002. Brunner & Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1, EGC, Jakarta. Barbara C. Lag, 1996, Keperawatan Medikal Bedah Bagian I dan 3, Yayasan TAPK Pengajaraan, Bandung. Mansjoer, Arif dkk., 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I, Medica Aesculapius FKUI, Jakarta. R. Syamsuhidayat & Wim de Jong, 2001, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi, EGC, Jakarta. Patrick, et all. Medical Surgical Nursing (Pathophysiological Concepts). Second Edition, J.B. Lippincott Company. Spokane Washington. 1991. Page 1644. Sandra M. Nettina. The Lippincott (Manual of Nursing Practice) Sixth Edition, Lippincott. Philadelphia New York. 1996. Part II page 506 – 507, 524 – 525.