REFERAT UNDESENSUS TESTIS

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Hormon Kelamin Pria
Advertisements

KELAINAN PADA PAYUDARA
Objektif. Untuk dapat melihat perkembangan susunan kelamin pada janin normal melalui tahapan diferensiasi bentuk jaringan embrional. Dapat memahami perkembangan.
Diferensiasi susunan kelamin.
Gagal Ginjal Oleh Nugroho.
Pemeriksaan fisik muskuloskeletal
Kastrasi pada Kucing Kelompok 4 : Belinda Martin J3P Dolly yumantara J3P Matelda SR J3P M Vidy Fitryadi J3P Normalita Caesari.
ASUHAN KEPERAWATAN HIPOSPADIA
PROSEDUR PEMERIKSAAN PENYAKIT
GRAVIDOGRAM Enong Mardiana.
HERNIA INGUINALIS Oleh : Sarwendah Pratiwi Budiman Pembimbing :
PROSEDUR PEMERIKSAAN PENYAKIT
dr. Ardizal Rahman, SpM(K)
KELAINAN LAMANYA KEHAMILAN
PROSEDUR PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI
Asuhan Keperawatan CONGENITAL HIPJOINT DISLOCATION
HERNIA
DEWI SUSPITA ANGGREYENI
SPERMATOCELE Kelompok 4A : 1. Erma Royani 2. Husnani 3. Lusy Agustin
Askeb IV SILVIA PRADIPTA.
Fibrio adenoma Kista Sarcoma Filodes sarcoma
PERTEMUAN KE-4 “PROSEDUR PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA”
Tumor Testis dr. Bobby Hery Yudhanto,SpU
KELOMPOK 4 B AYU AINUN DIAN ADDIVATIA M.HABIB HIDAYAT
Differensiasi susunan kelamin.
MERILIZA WATI S NIM: TINGKAT:IIIB.
Klinefelter dan turner
Kesehatan reproduksi.
PROLAPSUS UTERI BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
EPIDEMIOLOGI PTM KANKER PAYUDARA
Oleh: Susri syahjana putri
Myoma Uteri Arruhul Amini Inten Nur Rasadina Nazarrudin Nur Rien Esty Toto Marzuki Welly Elvandari Wandri Okta Mahyudi Yogi Ersandi.
PENDAHULUAN. Penyakit dan Kelainan Gastrointestinal di Bagian Bedah FK UNTAN 24 Februari 2016 dr.HS Budiman, SpB.
MERILIZA WATI S NIM: TINGKAT III B.
PIJAT BAYI.
5.
Varikokel,Undescensus Testis dan Hidrokel
Oleh : Ika Putri R., M. Biomed
Menentukan Periode Dan Usia Kehamilan.
FIBRO ADENOMA Sisrina nota rita
BY : MESI SEPTIA YUDA IIB
REFERAT AKUT ABDOMEN Pembimbing dr. Dik Adi Nugraha,Sp.B,M.Kes KEPANITERAAN ILMU BEDAH RSUD SOREANG SOREANG, BANDUNG.
Di susun oleh : Danang kurniawan
Anatomi telinga DEFINISI Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas dan partikel debu. Pada sepertiga.
PEMERIKSAAN FISIK OBSTETRI
Traktus genitalia virilis.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FRAKTUR
PRESENTASI KASUS CLOSED FRACTURE
Medical Terminology Part II Erna Sulistyowati.
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi RSUD Purwodadi
Aspek non bedah infertilitas pria
Traktus genitalia virilis.
ANATOMI SISTEM REPRODUKSI PRIA
OLEH: Ns. NUNUNG ERNAWATI, S.Kep., M.Kep
ENDOMETRIOSIS.
ASKEP PD PASIEN DGn MYOMA UTERI
Ileus Obstruktif et causa Hernia Inguinalis Inkaserata
REFERAT RADIOLOGI ESOPHAGEAL ATRESIA
ANESTESIA PADA LAPAROSCOPY- ORCHIDOPEXY DENGAN PASIEN NOONAN SYNDROME
Laporan kasus CARCINOMA MAMMAE
HIPOSPADIA Oleh : Kelompok 4. ‘Defenisi’ Hipospadia berasal dari bahasa Yunani yaitu: Hypo, yang berarti dibawah Spadon, yang berarti lubang. Hipospadia.
ASPEK BEDAH PADA KELAINAN TIROID
MONILETRIKS Elsafana Rizky Debita PEMBIMBING dr. H. Hervina, Sp.KK KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN.
Karsinoma Tiroid Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi RSUD Budhi Asih Jakarta Aulia Maruapey Bernadetha Mayang Mutia Alfinta Jayanti Pembimbing : dr. Ratri.
MODUL 2 Sistem Saraf Perifer dan Otonom Skenario 2 : Kaki Kananku Dokter sedang memeriksa seorang laki-laki yang dibawa kerumah sakit karena terjatuh dari.
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
CHAIRANISA ANWAR, SST., MKM
CHAIRANISA ANWAR, SST., MKM
SISTEM REPRODUKSI. Sistem reproduksi atau sistem genital adalah sistem organ seks dalam organisme yang bekerja sama untuk tujuan reproduksi seksual. SISTEM.
Infeksi Daerah Operasi (IDO)
Transcript presentasi:

REFERAT UNDESENSUS TESTIS Penyusun : Ranti Apriliani Putri S.ked Atsilah Ulfah S.ked Pembimbing : dr. H. Yusmaidi, Sp.B    KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG 2014

Definisi Undesensus testis adalah suatu keadaan dimana setelah usia 1 tahun, satu atau kedua testis tidak berada di dalam kantung skrotum, tetapi masih berada di salah satu tempat sepanjang jalur desensus normal. Kriptorkismus : cryptos (Yunani)  tersembunyi Dan orchis (latin)  testis

Epidemologi Undesensus testis  anak laki – laki. Angka kejadian : pada bayi prematur ± 30% yaitu 10 kali lebih banyak daripada bayi cukup bulan (3%). Dengan bertambahnya usia, testis mengalami desensus secara spontan. Dengan bertambahnya umur menjadi 1 tahun, insidennya menurun menjadi 0,7-0,8%, angka ini hampir sama dengan populasi dewasa.

Embriology FASE DESENSUS TESTIS Faktor yang menyebabkan : Tekanan intra abdomen Regresi ekstraabdomen gubernakulum Hormonal Androgen dan SPM (subtansi penghambat muleri) yaitu sel sertoli.

Embriology Fascia transversalis menjadi fascia spermatica interna. Embriologi pembentukan organ : Musculus obliqus abdominis eksternus menjadi fascia spermatica eksterna Musculus obliqus abdominis internus menjadi m.cremaster dan fascia cremastica Fascia transversalis menjadi fascia spermatica interna. Peritoneum menjadi tunika albuginea ini (prosesus vaginalis) dilapisan luar menjadi tunika vaginalis

Etiologi Undesensus testis dapat terjadi karena adanya kelainan pada gubernakulum testis, (2) kelainan intrinsik testis, atau (3) defisiensi hormon gonadotropin yang memacu proses desensus testis

Klasifikasi 1. Undesensus testis sesungguhnya ( true undescended) : testis mengalami penurunan parsial melalui jalur yang normal, tetapi terhenti. Dibedakan menjadi teraba (palpable) dan tidak teraba ( impalpable) 2. Testis ektopik : testis mengalami penurunan di luar jalur penurunan yang normal. 3.Testis retractile: testis dapat diraba/dibawa ke dasar skrotum tetapi akibat refleks kremaster yang berlebihan dapat kembali segera ke kanalis inguinalis, bukan termasuk UDT yang sebenarnya.

Testis retraktil, 2. Inguinal, dan 3. Abdominal, 4. Inguinal superfisial, 5. Penil, 6. Femoral

Anamnesis Orang tua pasien biasanya mengeluh karenapada anaknya tidak dijumpainya testis pada kantong skrotum, sedangkan pada dewasa mengeluh karena infertilitas dengan tidak mempunyai anak, dan merasa ada benjolan diperut bagian bawah yang disebabkan testis maldesensus mengalami trauma, mengalami torsio dan berubah menjadi tumor testis

Pemeriksaan Fisik Inspeksi pada regio skrotalis terlhat hipolasia kulit skrotum karena tidak ditempati oleh testis. Palpasi testis tidak berada dikantong skrotum melainkan berada diingunal atau tempat lain. Pada saat melakukan palpasi untuk mencari keberadaan testis, jari tangan pemeriksa harus dalam keadaan hangat.

Pemeriksaan penujang Radiologi : a. Plebografi : Plebografi selektif adalah usaha untuk mencari keberadaan testis secara tidak langsung yaitu dengan mencari keberadaan pleksus pampiniformis. Jika tidak didapatkan pleksus pampiniformis kemungkinan testis tidak pernah ada

USG USG :Pemakaian Ultrasonografi untuk mencari letak testis seringkali tidak banyak manfaatnya, sehingga jarang dikerjakan(2). USG pada maldesensus testis terdapat daerah anechoic

Patologi Klinik Hormon testosteron Uji pemeberian hormon hCG (human chorionic gonadotrophin)

Penatalaksanaan Pada prinsipnya testis yang tidak berada diskrotum harus diturunkan ketempatnya, baik dengan medika mentosa maupun operatif. Dengan asusmsi bahwa jika dibiarkan, testis tidak dapat turun sendiri setelah usia 1 tahun sedangkan setelah usia 2 tahun terjadi kerusakan testis yang cukup bermakna, maka saat yang tepat untuk melakukan terapi adalah pada usia 1 tahun. Medika mentosa Pemberian hormonal banyak memberikan hasil terutama pada kelaian bilateral, sedangkan pada unilateral hasilnya masih belum memuaskan. Hormon yang digunakan adalah hCG yang disemprotkan intranasal.

Penatalaksanaan Operatif Tujuan : i. Mempertahankan fertilitas ii. Mencegah degenerasi maligna iii. Mencegah terjadinya torsio testis iv. Melakukan koreksi hernia v. Secara psikologis mencegah terjadinya rasa rendah diri Tindakan : Orkidopeksi , yaitu meletakan testis kedalam skrotum dengan melakukan fiksasi pada kantong subdartos.

Tindakan operatif Orkidopeksi Pada stadium anastesi, posisi supine, daerah lipat paha dan skrotum dibersihkan dengan antiseptic solution. Insisi dilakukan pada lipat paha  pada daerah yang mengalami UDT. Kemudian MOE dibuka hingga tampak funikulus spermatikus testis diidentifikasi kemudian gubernakulum dipotong, procecus vaginalis peritonii ditordir dan diikat seproksimal mungkin. Testis dibebaskan dari jaringan ikat sekitarnya perhatikan panjang testicle cort hingga dapat mencapai skrotum dengan bantuan jari mendorong tunika dartos mencapai skrotum. Kemudian testis dimasukkan ke tunika dartos dan difiksasi di kulit skrotum.  Luka operasi ditutup lapis demi lapis.

Daftar Pustaka Schneck FX, Bellinger MF. Abnormalities of the testes and scrotum and their surgical management. Dalam: Walsh PC. Campbellµs Urology Vol 1. 8thedition. Philadelphia: WB Saunders Company. 2000. Tanagho EA, Nguyen HT. Embriology of the Genitourinary System. Dalam:Tanagho EA, McAninch JW.Smiths General Urology . Edisi 17. California:The McGraw Hill companies; 2000. h.23-45. Basuki Purnomo. Testis Maldesensus. Dalam: Dasar – Dasar Urologi. Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto. 2009 h. 137-140. Michael JM, Herbert S, dkk. The Undecended Testis: Diagnosis, Treatment and Long-Term Consequences. Dalam : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2737432/ ( diakses : 15 November 2013) Faizi M, Netty EP. Penatalaksanaan Undescendcus Testis Pada Anak. Dalam : http://old.pediatrik.com/pkb/20060220-g2wryu-pkb.pdf (diakses 15 November 2013) Adi S, Any R. Tjahjodjati, dkk. Panduan Penatalaksanaan Pediatrik Urologi di Indonesia. Dalam : http://www.iaui.or.id/ast/file/pediatric_urology.doc