REDAKSI AYAT وما أبرئ نفسي إن النفس لأمارة بالسوء إلا ما رحم ربي إن ربي غفور رحيم ولا أقسم بالنفس اللوامة يا أيتها النفس المطمئن, ارجعي إلى ربك راضية مرضية.
TERJEMAHAN AYAT Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang. (Yusuf: 53) Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)[1530]. (Qiyamah: 2) Hai jiwa yang tenang. (27) Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.(28) (Fajr: 27-28)
PENAFSIRAN AYAT A. Kepribadian amarah. - Jiwa amarah diartikan sebagai nafsu yang cenderung mengajak manusia kepada kejahatan. Dalam bahasa psikologi, nafsu ini dikenal dengan sebutan id. Nafsu amarah atau id merupakan salah satu komponen yang ada dalam diri manusia, yang ikut menentukan gerak langkah hidup manusia. Secara naluriah nafsu ini (id) selalu cenderung pada kesesatan, kecuali yang diberi rahmat oleh Allah melalui kontrol akal dan hati nurani, sehingga hidup manusia menjadi terarah kepada kebaikan.
B. Kepribadian lawwamah Kata lawwamah mengandung arti mengecam. Dalam konteks kejiwaan artinya menyesali diri sendiri. Penyesalan selalu datang belakangan dan selalu setelah seseorang melakukan kejahatan. Orang yang menyesali dirinya selagi di dunia, maka dia akan selamat di akhirat. Namun mereka yang tidak sempat menyesal di dunia, maka dia akan sangat menyesal di akhirat kelak. Jiwa lawwamah berada antara jiwa amarah dan muthmainnah. Karena itu seorang mukmin akan selalu menyesali setiap kesalahan yang dilakukan selama di dunia.
C. Kepribadian muthmainnah. Kata muthmainnah mengandung makna ketenangan dan ketenteraman. Jiwa muthmainnah artinya nafsu yang senantiasa taat pada Allah dengan banyak zikir dan mengingat Allah. Jiwa ini selalu cenderung kepada kebaikan. Jiwa ini berpusat pada ruhani manusia. Karena itulah dia menjadi puncak dari kepribadian manusia. Setiap orang mukmin harus senantiasa mampu memelihara keberadaan Jiwa muthmainnah ini, sebagai sarana untuk mendapatkan ketenangan jiwa. Orang yang terjerumus oleh jiwa amarah, dia tidak akan mencapai jiwa muthmainnah.