Motivating Athletes: Dos and Don’ts Indah Praditasari Jehan Jessica Natalia Onggo Motivating Athletes: Dos and Don’ts
What is Motivation? Motivasi berasal dari kata Latin yaitu movere, yang berarti “to move”. Motivation is typically defined as the tendency for the direction and selectivity of behavior to be controlled by its connection to consequences, and the tendency of this behavior to persist until a goal is achieved. The purpose of motivation is to prolong desirable feelings and actions of athletes.
What is Motivation? Cont’ Agar individu termotivasi, maka ia harus terlibat dalam tugas yang memiliki goals jangka pendek dan jangka panjang. The individual’s anticipation of meeting some goal is called motive. Hal tersebut berguna untuk melihat seberapa penting atlet harus mempertimbangkan konsekuensi dari tindakannya dan seberapa kuat keinginannya (approach motive) atau justru menolak (avoidance motive) konsekuensi tersebut.
Sources of Motivation Participant-Centered View – keinginan dan karakteristik individu. Situational View – pelatih, tim, keluarga,dan lingkungan fisik. Interaction View – kombinasi dari karakteristik individu dan situasi.
Theories of Motivation 1. Need Achievement Fokus utama dari teori ini >> beberapa individu memperoleh kepuasan yang luar biasa dari keberhasilannya. Usaha dan melakukan yang terbaik >> mastery goal orientation. Co: “I perform to the best of my ability”, “I reach a goal”. Hasil kinerja (winning) >> ego goal orientation. Co: “I beat other people”, “I outperform my opponents”.
Theories of Motivation Cont’ Ciri orang dengan high need achievement: Mengalami kepuasan yang lebih akan keberhasilannya Memiliki gairah fisiologis (heart rate, respiration rate, sweat) yang sedikit/lemah Merasa bertanggung jawab atas hasil dari tindakannya Memilih untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan segera mungkin Memilih situasi yang memiliki beberapa risiko Duda & Roberts Theory NEED TO ACHIEVE MOTIVE TO ACHIEVE Co: younger athletes
Theories of Motivation Cont’ Separating the High and Low Achiever Reinforcing Achievement Motivation Motivasi untuk berprestasi dapat diperkuat dengan cara: Menciptakan tujuan/sasaran yang menantang Mengajarkan keterampilan guna meningkatkan kinerja dan keberhasilan Memberikan feedback positif dan konstruktif Mengijinkan atlet berani untuk mengambil risiko dan belajar dari hasil tindakannya Menciptakan situasi di mana atlet merasa sukses Memastikan di akhir latihan, atlet merasa berada seperti di kompetisi The level of task mastery Outcomes goals (the final product) Seek out challenges & prefer to compete against opponents Avoid challenges, easy task, against lower-skilled competitors
Theories of Motivation Cont’ 2. Competence Motivation (CM) Harter dalam teori CM, mengklaim bahwa individu termotivasi oleh, dan berusaha untuk menunjukkan, skill matery dalam situasi prestasi seperti olahraga. Faktor lain yang mempengaruhi motivasi kompetensi dan prestasi adalah goal orientation. Goal orientation mengacu pada sejauh mana seorang atlet termotivasi dengan menetapkan dan kemudian mencapai tujuan. Goal orientation dalam konteks olahraga mencerminkan 2 proses berprikir, yaitu tujuan/sasaran prestasi yang dimiliki oleh atlet dan kepekaan akan kemampuannya – self-evaluation.
Theories of Motivation Cont’ Atlet dengan goal orientation yang tinggi akan: Menetapkan tujuan/sasaran yang menantang, namun realistis dan dapat dicapai Merasa biasa saja hingga ia sampai pada titik tertinggi di mana ia dapat merasakan kemampuannya Memilih tugas Bertahan pada tugas dengan usaha yang optimal sampai tujuannya tercapai Sasaran dari CM adalah persepsi individu akan kemampuannya. Persepsi ini di pengaruhi oleh peningkatan kemampuan seseorang dalam salah 1 dari 2 cara: peningkatan terus-menerus (selalu) lebih baik daripada meningkatkan kemampuan saat ini (task involvement) atau menunjukkan kompetensi berdasarkan pembuktian kemampuan saat ini dengan mengalahkan orang lain (ego involvement).
Cognitive Evaluation Theory: Intrinsic and Extrinsic Motivation Teori kognisi dan motivasi berisikan tentang hubungan antara pikiran dan bagaimana pikiran-pikiran tersebut memengaruhi tindakan. Pendekatan kognitif terhadap motivasi melibatkan pembuatan pilihan akan perilaku yang goal-directed. Didasarkan pada pleasure dan enjoyment Dasar dari teori evaluasi kognitif & penerapan dalam konteks olahraga oleh Deci
Cognitive Evaluation Theory: Intrinsic and Extrinsic Motivation Cont’ Teori Deci didasarkan pada 2 primary drives (or innate needs) untuk mempersiapkan individu berperilaku goal-directed. Instrinsic Motivation (IM) : orang yang berpartisipasi dalam kegiatan untuk kesenangan sendiri dan tanpa imbalan eksternal. IM dibutuhkan pada olahraga karena bentuk motif individu untuk berpartisipasi dalam olahraga To feel competent & to be self-determining in coping and interacting with one’s environment
The Hierarchical Model of Int. & Ext. Motivation Konsep mengenai motivasi : Motivasi manusia yang kompleks Motivasi merupakan gabungan dari cerminan kecenderungan intrapersonal seseorang untuk merasa termotivasi dan juga pengaruh sosial yang ditentukan oleh konteksnya, atau latarbelakang dimana orang tersebut termotivasi. Berdasrakan Vallerand's model, Motivasi mengarah ke konsekuensi penting, yang masing-masing dapat terjadi pada tiga tingkat umum. Motivasi intrinsik situasional akan memfasilitasi motivasi intrinsik kontekstual.
The Science of Goal Setting Goal setting merupakan aspek motivasi yang bertujuan untuk memfokuskan upaya seseorang dan menyediakan sarana untuk memantau kemajuan atau kesuksesan orang tersebut (Burton) Goal setting memiliki 2 basic components : Direction → fokus terhadap satu perilaku. Amount → menunjukkan standar minimal kinerja yang diantisipasi dan diinginkan. Goal dapat mendeskripsikan personality traits.
The Foundation of GSS : Menerima kompetensi dan kemampuan merupakan faktor penting yang bertanggung jawab terhadap perilaku motivasi Personal’s goal diperkirakan dapat mempengaruhi bagaimana kemampuan seseorang mengembangkan dan bagaimana hal itu mempengaruhi achivement behavior. Performance goal orientation mencerminkan kemampuan seorang atlet yang dirasakan meningkat terhadap penguasaan tugas, dan juga peningkatan keterampilan baru.
Athletes should use the following goal strategies : Use performance, not outcome Be Realistic Negotiate Make goals challenging Make goal spesific to the type and demands of the task Ensure goal ownership Make goals short term and long term Teach goal setting techniques to coaches and athletes
Team Goals Penetapan tujuan tim dapat membantu untuk meningkatkan kinerja yang ditargetkan Penetapan tujuan tim dapat secara optimal efektif bila tugas sangat saling bergantung Tujuan kelompok cenderung untuk meningkatkan kerjasama dan komunikasi antara pemain
How Not to Motivate Athletes 10 hal yang paling umum digunakan oleh para pemimpin olahraga Hal tersebut adalah mitos, karena pelatih menggunakan teknik ini dan percaya akan efektivitas mereka, namun berbagai studi menunjukkan bahwa hal tersebut cenderung menurunkan motivasi
Exercise for punishment → hukuman bertujuan untuk menghilangkan sebuah perilaku The Pregame Pep Talk → persiapan saat latihan, komunikasi antara pelatih dan atlet Cut ‘em Down to Put ‘em Down → sebagian besar pemain tidak nyaman mendengar pelatih merendahkan lawan Our Goal is to Win → berfokus pada kinerja individu bukan pada hasil kompetisi akan lebih produktif Treating Team Players Differently → setiap atlet harus diperlakukan dengan sama rata
If They Don’t Complain, They’re Happy → pelatih menganggap atlet yang diam, berarti merasa nyaman What Do Athletes Know, Anyway? → pelatih yang baik memantau dan berkomunikasi secara konstruktif dengan atlet mereka selama latihan, tidak meremehkan atlet The Postgame Rampage → bukan saatnya untuk mendiskusikan strategi atau menyampaikan amarah The Napoleon Complex → pelatih yang menikmati kekuatan posisi mereka cenderung kurang percaya diri Fear! → pelatih yang dianggap sebagai ancaman lebih membuat cemas daripada memberi motivasi pada atlet
Strategies for Motivating Athletes and Teams Kemampuan pelatih untuk mempengaruhi perilaku, perasaan, dan sikap dari atlet dimulai dengan hubungan antara pelatih-atlet Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan oleh pelatih untuk memotivasi atlet agar mencapai potensi mereka
Mengenal seluruh pemain Merencakan segalanya Menyepakati tindakan masa depan Mengembangkan keterampilan Disiplin Membentuk persepsi pada atlet Membuat segalanya menyenangkan Konsisten Kemenangan bukanlah satu- satunya hal yang harus dirayakan Mengerti atlet butuh pengakuan
Motivating the Child Athlete Pemain yang lebih tua memiliki keterampilan yang lebih unggul dan lebih baik dalam menangani stres Anak-anak seringkali tidak memiliki keterampilan yang memadai, mudah marah, dan tidak mampu mengatasi stres Mereka berolahraga untuk bersenang-senang dan belajar keterampilan baru
Motivating the Nonstarter Membuat starters senang dan menjaga mereka tetap termotivasi lebih mudah dibandigkan memberi efek yang sama pada substitutes Tugas pelatih adalah untuk membantu setiap substitutes merasa bahwa mereka ialah seorang anggota tim yang penting.
Bagaimana pelatih dapat memotivasi atlet yang memiliki keterbatasan waktu bermain? Hindari labeling siapapun yang menjadi substitute. Setiap atlet harus merasa bahwa mereka berkontribusi terhadap kesejahteraan tim Memberikan kesempatan belajar dan menunjukkan kemampuan bagi substitute, terutama dalam kondisi praktek yang mensimulasikan kompetisi yang sebenarnya
Team Motivation Compatible group and personal goals Agreement on team goals Dealing with group heterogeneity Awareness of role Planning interaction Allowing for team-coach communication Before the contest After the contest
Summary
Daftar Pustaka
Thank you