LAPORAN TUTORIAL BLOK 4.C SKENARIO 5 : MASA PEMULIHAN Oleh kelompok 5 Dosen pembimbing dr. Detty Iryani, M.Kes., M.Pd.Ked., AIF.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
KALA II PERSALINAN Proses pengeluaran buah kehamilan sebagai hasil pengenalan proses dan penatalaksanaan kala pembukaan.
Advertisements

Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN ANAK DI RUMAH SAKIT Sekilas tentang Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit dan Metode Pelatihan.
Memberikan asuhan sayang ibu
Patologi Nifas dan Laktasi
GATHERING BIDAN 2012 RSU PKU Muhammadiyah Gombong
Program Tindak Lanjut Asuhan Nifas Dirumah
Kebutuhan dasar Masa Nifas
INFEKSI NIFAS dr.Ripto Tobing, SpOG.
PERSALINAN DENGAN PENYULIT KALA III DAN IV
KALA III & IV.
PROGAM TINDAK LANJUT ASUHAN NIFAS DI RUMAH
FISIOLOGI NIFAS.
MELAKSANAKAN KEBUTUHAN DASAR PADA BAYI
ASUHAN KEBIDANAN KALA I
SUCI FITRIA III B.
Komplikasi dan Penyakit dalam Masa Nifas serta Penanganannya
ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS
DETEKSI DINI KOMPLIKASI DAN PENYAKIT PADA MASA NIFAS
NAMA : OSHI ANDILA TINGKAT : II B TUGAS : ASKEB II
Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas dan Penanganannya
Komplikasi dan penyakit dalam masa nifas serta penanganannya
Jenis, Penyebab, Patofisiologi dan gambaran klinis pada ibu MASTITIS
DETEKSI DINI KOMPLIKASI DAN PENYAKIT MASA PERSALINAN
Deteksi Dini Penyulit Persalinan DAN NIFAS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI (MASTITIS)
KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DALAM MASA PERSALINAN
GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI (MASTITIS)
MELAKSANAKAN KEBUTUHAN DASAR PADA BAYI
DIFTERIa.
DETEKSI DINI KELAINAN,KOMPLIKASI DAN PENYULIT MASA NIFAS
Oleh: Jelita novriza netis
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
DETEKSI DINI KOMPLIKASI DAN PENYAKIT YG MENYERTAI MASA PERSALINAN PADA KALA I KALA II DAN KALA III RESNA REZA KURNIA
DETEKSI DINI KOMPLIKASI DAN PENYAKIT PADA MASA NIFAS
MASTITIS YUTIKA DEWI III B
MERILIZA WATI S NIM: TINGKAT III B.
ASKEP PADA KLIEN IBU NIFAS DENGAN RETENSIO URINE
MASTITIS ELVINA OKTAVIA I B.
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) LANJUTAN Riana Aini, Amd.Keb.
Mastitis Mastitis adalah peradangan payudara,yang dapat disertai atau tidak disertai.Penyakit ini biasanya menyertai laktasi sehingga disebut “Mastitis.
GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
Oleh : Nurul Dwi Istyana
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI (MASTITIS)
ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU MASA NIFAS
BY : MESI SEPTIA YUDA IIB
ASKEB IV KELOMPOK 14 PENGERTIAN, TANDA GEJALA DAN PENANGANAN SERVISITIS, ENDOMETRITIS, MIOMETRITIS DAN PARAMETRITIS.
ASUHAN KEBIDANAN IV TENTANG MASTITIS
ASUHAN KALA IV PERSALINAN
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) LANJUTAN.
SYOK OBSTETRIK KELOMPOK 7.
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi RSUD Purwodadi
INFEKSI AKUT KASUS OBSTETRI
ASUHAN KEBIDANAN KALA IV PERSALINAN BY. SULISTIYAH. S.SiT,. M.Kes
HEMORRHAGIC POST PARTUM ( PERDARAHAN PASCA PERSALINAN)
PELAYANAN ANTENATAL TERPADU
PENGERTIAN PERSALINAN
Tindak Lanjut Asuhan Nifas di Rumah
KEBUTUHAN DASAR IBU MASA NIFAS
TRAUMA ABDOMEN.
DRAFT PANDUAN PELAYANAN NIFAS PADA IBU DAN BAYI BARU LAHIR Direktorat Kesehatan Keluarga Februari 2018.
Kehamilan di sertai penyakit rubella dan hepatitis
ASUHAN KEBIDANAN PADA KASUS RADANG GENETALIA INTERNAL SALPINGITIS
KOMPLIKASI DAN PENYAKIT DALAM MASA NIFAS
KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN paraji
Transcript presentasi:

LAPORAN TUTORIAL BLOK 4.C SKENARIO 5 : MASA PEMULIHAN Oleh kelompok 5 Dosen pembimbing dr. Detty Iryani, M.Kes., M.Pd.Ked., AIF

Anggota Ainul Azkiya (1410331004) Miftahul Jannah (1410332005) Annisa Belladona Alnotri (1410331007) Nana Jannatunnisak (1410331010) Yuni Febriani (1410331013) Wahyu Zikria (1410331014) Irma Elviana (1410331022) Rima Afgriana (1410332002) Nora Maghfiroh N (1410332006)

SKENARIO 5 : MASA PEMULIHAN MODUL 5 SKENARIO 5 : MASA PEMULIHAN Ny. Mira P3A0 postpartum hari ke-14 datang ke bidan dengan keluhan demam, pengeluaran pervaginam darah bercampur pus dan berbau. TD 100/60 mmHg, Nadi 100x/menit, Suhu 38,5ºC. pada riwayat persalinan Ny. Mira mengalami atonia uteri. Hb post partum 8 gr/dl. Ny. Mira menanyakan kepada bidan apakah kemungkinan ia mengalami endometritis atau salpingitis. Kemudian Ny. Mira mendapatkan penjelasan dari bidan tentang kondisi yang dialaminya berdasarkan hari post partum, suhu serta pengeluaran pervaginam yang dialaminya. Bidan melakukan pemasangan infus dan menganjurkan Ny. Mira untuk banyak minum kemudian merujuk Ny. Mira. Bidan juga menganjurkan ibu agar tetap mengkonsumsi makanan yang bergizi. Bagaimanakah saudara menjelaskan tentang skenario pada kasus di atas?  

STEP IV SKEMA

STEP V LEARNING OBJECTIVES Mahasiswa mampu menjelaskan tentang klasifikasi dan epidemiologi infeksi postpartum Mahasiswa mampu menjelaskan tentang etiologi infeksi postpartum Mahasiswa mampu menjelaskan tentang faktor risiko dan pencegahan infeksi postpartum Mahasiswa mampu menjelaskan tentang diagnosa dan pemeriksaan penunjang infeksi postpartum Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penatalaksanaan awal infeksi postpartum Mahasiswa mampu menjelaskan tentang rujukan infeksi postpartum

Klasifikasi dan epidemiologi infeksi post partum

KLASIFIKASI DAN EPIDEMIOLOGI INFEKSI POSTPARTUM A. Klasifikasi Infeksi Postpartum Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu sampai 38⁰C atau lebih selama 2 hari berturut-turut dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama. Penyebaran infeksi nifas terbagi menjadi : Infeksi terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium Vulvitis merupakan infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca persalinan terjadi dibekas sayatan episiotomi atau luka perineum. Tepi luka berwarna merah dan bengkak, jahitan sudah lepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan nanah.

Vaginitis merupakan infeksi pada daerah vagina. Vaginitis pada ibu pasca persalinan terjadi secara langsung pada luka vagina ataupun luka perineum. Permukaan mukosa bengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus. Servisitis merupakan infeksi yang sering terjadi pada daerah serviks, tapi tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas, dan langsung ke dasar ligamentum latum dan dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium. Endometritis merupakan infeksi yang biasanya demam dimulai dalam 48 jam postpartum dan bersifat naik turun. Kuman-kuman memasuki endometrium (biasanya pada insersio plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar ke seluruh endometrium.

Mastitis infeksi pada payudara. infeksi terjadi karena adanya luka pada puting susu dan bendungan ASI. Infeksi yang penyebarannya melalui pembuluh darah Septikemia : bakteri atau toksinnya langsung masuk ke dalam peredaran darah dan menyebabkan infeksi. Piemia : infeksi dan abses pada organ-organ yang diserang yang didahului oleh terjadinya tromboflebitis. Tromboflebitis : perluasan invasi mikroorganisme pathogen yang mengikuti aliran darah vena disepanjang vena dan cabang- cabangnya.

Infeksi yang penyebarannya melalui pembuluh limfe Parametritis : infeksi yang terjadi di parametrium atau jaringan ikat sekitar uterus. Peritonitis : inflamasi pada peritoneum yang merupakan lapisan membran serosa rongga abdomen. Infeksi yang penyebarannya melalui permukaan endometrium Salpingitis : reaksi inflamasi dan infeksi pada saluran tuba. Ooforitis : infeksi pada ovarium

B. Epidemiologi Infeksi Postpartum Penyebab kematian ibu dikarenakan perdarahan, eklampsia, infeksi, persalinan macet, dan komplikasi keguguran (Depkes, 2010). Infeksi postpartum merupakan penyebab kematian maternal pada urutan kedua setelah perdarahan jika tidak segera ditangani (Hamilton, 2006). infeksi atau sepsis puerperalis menyebabkan 15% dari seluruh kematian ibu yang terjadi dinegara berkembang. Secara keseluruhan  angka insiden dan prevalensi infeksi postpartum di Amerika Serikat adalah kurang. Dalam sebuah studi oleh Yokoe et al pada tahun 2001, 5,5%  persalinan vagina dan 7,4% dari persalinan sesar mengakibatkan infeksi postpartum. Tingkat infeksi postpartum secara keseluruhan adalah 6,0%. Endometritis menyumbang hampir setengah dari infeksi pada pasien setelah persalinan sesar (3,4% dari persalinan sesar).  Mastitis dan infeksi saluran kencing bersama-sama menyumbang 5% dari persalinan vagina. Dalam review paling mutakhir, angka kematian ibu yang berhubungan dengan infeksi postpartum berkisar dari 4-8%, atau sekitar 0,6 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup.

Etiologi infeksi post partum

2. ETIOLOGI INFEKSI POSTPARTUM Bermacam-macam jalan masuk bakteri seperti eksogen ( bakteri datang dari luar), autogen (bakteri masuk dari tempat lain dalam tubuh), dan endogen (bakteri berasal dari njalan lahir sendiri). Bakteri-bakteri yang sering menyebabkan infeksi antara lain : Streptococcus haemoliticus anerobic Masuknya bakteri secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak steril, tangan penolong. b. Staphylococcus aureus Masuknya secara eksogen, infeksinya dalam tingkat sedang. Banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit. c. Escherichia coli Sering berasal dari kandung kemih dan rectum, menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva dan endometrium. Bakteri ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius. d. Clostridium welchii Bakteri ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.

Cara terjadinya infeksi : Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi dimana membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain adalah sarung tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari bakteri. Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan tenaga kesehatan. Didalam rumah sakit banyak bakteri-bakteri pathogen yang berasal dari penderita dengan berbagai jenis infeksi. Bakteri-bakteri ini bisa dibawa oleh aliran udara kemana-mana anatara lain misalnya, ke handuk, kain- kain, alat-alat yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau nifas.

Faktor risiko dan pencegahan infeksi post partum

3. FAKTOR RISIKO DAN PENCEGAHAN INFEKSI POSTPARTUM FAKTOR RISIKO INFEKSI POSTPARTUM Faktor status sosioekonomi Faktor sosioekonomi telah dilaporkan mempengaruhi timbulnya infeki nifas, penderita dengan status sosioekonomi rendah mempunyai resiko timbulnya infeksi nifas jika dibandingkan dengan penderita dengan kelas sosioekonomi menengah, terutama bila timbul factor resiko yang lain misalnya ketuban pecah premature dan seksio sesarea. Status sosioekonomi yang rendah ini dihubungkan dengan timbulnya anemia, status nutrisi/gizi yang rendah, dan perawatan antenatal yang tidak adekuat.

Faktor proses persalinan Proses persalinan sangat mempengaruhi resiko timbulnya infeksi nifas, diantaranya ialah partus lama atau partus kasep, lamanya ketuban pecah, korioamnionitis, pemakaian monitoring janin intrauterine, jumlah pemeriksaan dalam yang dilakukan selama proses persalinan dan perdarahan yang terjadi. Faktor tindakan persalinan Tindakan persalinan merupakan salah satu factor resiko penting untuk terjadinya infeksi nifas. Seksio sesarea merupakan factor utama timbulnya infeksi nifas. Penderita yang mengalami seksio sesarea mempunyai factor resiko 5-30 kali lebih besar. Selain itu, beberapa tindakan pada persalinan misalnya ekstraksi forceps, tindakan episiotomy, laserasi jalan lahir, dan pelepasan plasenta secara manual juga meningkatkan resiko timbulnya infeksi nifas.

faktor predisposisi infeksi nifas: Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti kurang gizi atau malnutrisi, dan anemia Persalinan lama, khususnya dengan pecah ketuban Pecah ketuban yang lama sebelum persalinan Teknik aseptik tidak sempurna Bermacam-macam pemeriksaan vagina selama persalinan, khususnya pecah ketuban Tidak memperhatikan teknik mencuci tangan Manipulasi intra uteri (misal: eksplorasi uteri, pengeluaran plasenta manual) Trauma jaringan yang luas atau luka terbuka, seperti laserasi yang tidak diperbaiki Pelahiran operatif terutama pelahiran melalui seksio sesarea Retensi sisa plasenta atau membran janin Perawatan perineum tidak memadai Infeksi vagina/serviks atau penyakit menular seksual yang tidak ditangani

B. PENCEGAHAN INFEKSI POSTPARTUM Masa kehamilan Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu. Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu. Koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban. Kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir. Selama persalinan Usaha-usaha pencegahan terdiri atas membatasi sebanyak mungkin masuknya kuman-kuman dalam jalan lahir : Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama/menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut. Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin. Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas. Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti dengan tranfusi darah. Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker; yang menderita infeksi pernafasan tidak diperbolehkan masuk ke kamar bersalin. Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama. Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.

Selama nifas Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril. Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat. Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi sedapat mungkin.

Diagnosis dan pemeriksaan penunjang

4. Diagnosa dan pemeriksaan penunjang pada infeksi postpartum A. Diagnosa infeksi nifas  1. Temuan klinis melalui Anamnesa 2. Temuan klinis melalui pemeriksaan fisik   Infeksi nifas dibagi atas 2 golongan yaitu : 1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina dan endometrium Infeksi perineum, vulva, vagina dan serviks Temuan klinis melalui anamnesa dan pemeriksan fisik secara umum adalah : Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, disuria dengan atau tanpa distensi urin Jahitan luka mudah lepas, merah dan bengkak Bila sekret atau cairan akibat peradangan bisa keluar, biasanya keadaan tidak berat. Suhu sekitar 38  C, nadi kurang dari 100 X / menit Bila luka terinfeksi, tertutup jahitan dan sekret atau cairan akibat peradangan tidak dapat keluar, demam bisa meningkat antara 39 – 40  C, kadang – kadang disertai menggigil

Penyebaran infeksi nifas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium meliputi: 1. Vulvitis Tepi luka berwarna merah dan bengkak, jahitan mudah lepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan nanah, pada ibu didapatkan kenaikan suhu. 2. Vaginitis Permukaan mukosa bengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah dari daerah ulkus, pada ibu didapatkan kenaikan suhu. 3. Servisitis Menimbulkan luka pada serviks, pada ibu didapatkan kenaikan suhu ,biasanya tidak menimbulkan banyak gejala 4. Endometritis Kadang – kadang lochea tertahan dalam uterus oleh darah Pengeluaran lochea bisa banyak / sedikit, kadang – kadang berbau / tidak, lochea berwarna merah / coklat Suhu badan meningkat mulai 48 jam post partum (38,5 – 40  C) menggigil, nadi biasanya sesuai dengan kurva suhu badan Sakit kepala, sulit tidur, anoreksia Nyeri tekan pada uterus, uterus agak membesar dan lembek Leukositosis dapat berkisar antara 15.000 – 30.000

Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah yaitu : 2. Penyebaran dari tempat-tempat infeksi melalui vena-vena, jalan limfe dan permukaan endometrium. Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah yaitu : 1. Septikemia kelihatan sudah sakit  dan lemah sejak awal keadaan umum jelek Menggigil  nadi cepat 140 – 160 x per menit atau lebih suhu meningkat antara 39-40°C  sesak nafas kesadaran turun gelisah. 2. Piemia Tidak lama post partum pasien sudah merasa sakit perut nyeri suhu tinggi, menggigil setelah kuman dengan emboli memasuki peredaran darah umum. Ciri khas: Berulang – ulang suhu meningkat disertai menggigil, diikuti oleh turunnya suhu lambat akan timbul gejala abses paru, pneumonia dan pleuritis

Infeksi nifas yang penyebarannya melalui jalan limfe antara lain : 1. Peritonitis Suhu badan tinggi nadi cepat dan kecil perut nyeri tekan (defence muskulare) pucat mata cekung yang disebut dengan muka hipokrates (facies hipocratica), kulit dingin Peritonitis yang terdapat dipelvis : Pasien demam, nyeri perut bawah, nyeri periksa dalam kavum douglasi menonjol karena adanya abses 2. Selvitis pelvika (parametrisis) Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri dikiri / di kanan dan nyeri pada periksa dalam Pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri disebelah uterus Ditengah jaringan yang mengandung bisa timbul abses. Dalam keadaan ini suhu yang mula – mula tinggi menetap menjadi naik turun disertai menggigil. Infeksi nifas yang penyebaran melalui permukaan endometrium adalah salfingitis dan ooforitis nyeri tekan pada salah satu atau kedua sisi abdomen demam disertai menggigil pengeluaran sekret yang banyak dan kadang disertai pus.

B. Pemeriksaan penunjang infeksi nifas 1 B. Pemeriksaan penunjang infeksi nifas 1. Hitung darah lengkap Untuk memperkirakan apakah ibu mengalami kehilangan darah atau tidak, untuk mengetahui apakah ada/tidak terjadi perubahan Hb atau Ht dan peningkatan sel darah putih (SDP). Salah satu yang mengindikasikan seseorang terkena infeksi adalah terjadi peningkatan leukosit, yaitu mencapai >11.000/mm³ 2. Kultur uterus dan vagina Untuk memastikan diagnosa infeksi postpartum dan juga mengesampingkan diagnosa banding lainnya. Dengan kultur uterus atau vagina dapat diketahui mikroorganisme yang menyebabkan infeksi pada ibu, sehingga tenaga kesehatan dapat melakukan penatalaksanaan dengan tepat. 3. Urinalisis Untuk mengetahui jumlah urine, dan untuk memastikn apakah ada kerusakan kandung kemih atau tidak. 4. USG Pemeriksaan menggunakan USG penting dilakukan jika infeksi pada ibu diduga terjadi karena tertinggalnya sisa plasenta dalam uterus.

Penatalaksanaan infeksi post partum

5. Penatalaksanaan Infeksi Postpartum 1. Metritis Tatalaksana a. Tata Laksana Umum Berikan antibiotika sampai dengan 48 jam bebas demam: • Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam • Ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV tiap 24 jam • Ditambah metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam • Jika masih demam 72 jam setelah terapi, kaji ulang diagnosis dan tatalaksana Cegah dehidrasi. Berikan minum atau infus cairan kristaloid. Pertimbangkan pemberian vaksin tetanus toksoid (TT) bila ibu dicurigai terpapar tetanus (misalnya ibu memasukkan jamu-jamuan ke dalam vaginanya). Jika diduga ada sisa plasenta, lakukan eksplorasi digital dan keluarkan bekuan serta sisa kotiledon. Gunakan forsep ovum atau kuret tumpul besar bila perlu

Jika tidak ada kemajuan dan ada peritonitis (demam, nyeri lepas dan nyeri abdomen), lakukan laparotomi dan drainaseabdomen bila terdapat pus. Jika uterus terinfeksi dan nekrotik, lakukan histerektomi subtotal. Lakukan pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan darah perifer lengkap termasuk hitung jenis leukosit Golongan darah ABO dan jenis Rh Gula Darah Sewaktu (GDS) Analisis urin Kultur (cairan vagina, darah, dan urin sesuai indikasi) Ultrasonografi (USG) untuk menyingkirkan kemungkinan adanya sisa plasenta dalam rongga uterus atau massa intra abdomen-pelvik Periksa suhu pada grafik (pengukuran suhu setiap 4 jam) yang digantungkan pada tempat tidur pasien. Periksa kondisi umum: tanda vital, malaise, nyeri perut dan cairan per vaginam setiap 4 jam. Lakukan tindak lanjut jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit per 48 jam. Terima, catat dan tindak lanjuti hasil kultur. Perbolehkan pasien pulang jika suhu < 37,50 C selama minimal 48 jam dan hasil pemeriksaan leukosit < 11.000/mm3. b. Tata Laksana Khusus : -

2. Abses Pelvis a. Tatalaksana umum : - b. Tatalaksana Khusus Berikan antibiotika kombinasi sebelum pungsi dan drain abses sampai 48 jam bebas demam: • Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam • Ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV tiap 24 jam • Ditambah metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam Jika kavum Douglas menonjol, lakukan drain abses, jika demam tetap tinggi, lakukan laparotomi.

3. Infeksi luka perineum dan luka abdominal A. Abses, seroma dan hematoma pada luka a. Tatalaksana umum Kompres luka dengan kasa lembab dan minta pasien mengganti kompres sendiri setiap 24 jam. Jaga kebersihan ibu, minta ibu untuk selalu mengenakan baju dan pembalut yang bersih. b. Tatalaksana khusus Jika terdapat pus atau cairan, bukalah luka dan lakukan drainase. Angkat kulit yang nekrotik, jahitan subkutis dan buat jahitan situasi. Jika terdapat abses tanpa selulitis, tidak perlu diberikan antibiotika. Bila infeksi relatif superfisial, berikan ampisilin 500 mg per oral selama 6 jam dan metronidazol 500 mg per oral 3 kali/hari selama 5 hari.

B. Selulitis dan fasiitis nekrotikan a. Tatalaksana Umum : - b. Tatalaksana Khusus Jika terdapat pus atau cairan, bukalah luka dan lakukan drainase. Angkat kulit yang nekrotik, jahitan subkutis dan lakukan debridemen. Jika infeksi hanya superfisial dan tidak meliputi jaringan dalam, pantau timbulnya abses dan berikan antibiotika: Ampisilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 5 hari. Ditambah metronidazol 500 mg per oral 3 kali sehari selama 5 hari. Jika infeksi cukup dalam, meliputi otot, dan menimbulkan nekrotik (fasiitis nekrotikan), siapkan laparotomi dan berikan kombinasi antibiotika sampai jaringan nekrotik telah diangkat dan 48 jam bebas demam: • Penisillin G 2 juta unit IV setiap 6 jam • Ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV tiap 24 jam • Ditambah metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam • Jika sudah 48 jam bebas demam, berikan: o Ampisilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 5 hari o Ditambah metronidazol 500 mg per oral 3 kali sehari selama 5 hari o Catatan : Fasiitis nekrotikan membutuhkan debridemen dan jahitan situasi. Lakukan jahitan reparasi 2-4 minggu kemudian, bila luka sudah bersih. • Jika infeksi parah pada fasiitis nekrotikan, rawat pasien di rumah sakit untuk tatalaksana dan ganti kasa penutup luka 2 kali sehari.

4. Mastitis a. Tatalaksana Umum b. Tatalaksana Khusus Ibu sebaiknya tirah baring dan mendapat asupan cairan yang lebih banyak. Sampel ASI sebaiknya dikultur dan diuji sensitivitas. b. Tatalaksana Khusus Berikan antibiotika : Kloksasilin 500 mg per oral per 6 jam selama 10-14 hari ATAU eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10-14 hari Dorong ibu untuk tetap menyusui, dimulai dengan payudara yang tidak sakit. Bila payudara yang sakit belum kosong setelah menyusui, pompa payudara untuk mengeluarkan isinya. Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi bengkak dan nyeri. Berikan parasetamol 3 x 500 mg per oral. Sangga payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas. Lakukan evaluasi setelah 3 hari.

Rujukan kasus infeksi post partum

6. Rujukan Infeksi Postpartum Rujukan maternal dan neonatal adalah sistem rujukan yang dikelola secara strategis, proaktif, pragmatis dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun, agar dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan ibu hamil dan bayi melalui peningkatan mutu dan ketrerjangkauan pelayanan kesehatan internal dan neonatal di wilayah mereka berada (Depkes, 2006).

Sistem rujukan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan Neonatal mengacu pada prinsip utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien, efektif dan sesuai dengan kemampuan dan kewenangan fasilitas pelayanan. Setiap kasus dengan kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal yang datang ke puskesmas PONED harus langsung dikelola sesuai dengan prosedur tetap sesuai dengan buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Setelah dilakukan stabilisasi kondisi pasien, kemudian ditentukan apakah pasien akan dikelola di tingkat puskesmas mampu PONED atau dilakukan rujukan ke RS pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK) untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik sesuai dengan tingkat kegawatdaruratannya (Depkes RI, 2007)

Tahapan Rujukan Maternal dan Neonatal : Menentukan kegawatdaruratan penderita Menentukan tempat rujukan Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju Prinsip rujukan (BAKSOKUDA) Pengiriman Penderita Tindak lanjut penderita : a. Untuk penderita yang telah dikembalikan (rawat jalan pasca penanganan) b. Penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor harus ada tenaga kesehatan yang melakukan kunjungan rumah

TERIMA KASIH…

PERTANYAAN Kelompok 1 Sri : apakah mastitis tergolong pd infeksi PP? Tiara : apakah selain endometritis dan mastitis dpt mengganggu involusi uterus? Apakah anemia dapat memperburuk infeksi PP? Kelompok 4 Tita : apa data fokus yg dpt ditanyakan bidan dapat menegakkan diagnosa? Apakah obat2 spt penisilin dan gentamisin boleh diberikan bidan? Aqsha : penjelasan lebih lanjut “infeksi puerperalis dalam 2 hari? Bagaimana patogenesis dan penyebaran dari MO? Penatalaksanaan mana saja yg boleh dilakukan bidan? Chelsya : pemberian antibiotik pada ibu mastitis apakah tidak mempengaruhi ASI? Pd infeksi payudara, apakah masih boleh disusui?