PRESENTASI TUGAS AKHIR

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
SISTEM PNEUMATIK 1.1.         Umum. Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan.
Advertisements

Pengendalian Pencemaran Udara CYCLONE
ABSTRAK Pola pergerakan dalam sistem transportasi sering dijelaskan sebagai arus pergerakan (kendaraan, penumpang dan barang) yang bergerak dari zona asal.
PENGELOLAAN LIMBAH AGROINDUSTRI
TIPS MERESUME.
KELOMPOK II OPERASI UNIT + KONTROL PROSES
TEKNOLOGI PROSES Ada tiga kata kunci dalam mengartikan proses, yaitu input, perubahan dan output. Dengan demikian “teknologi proses” merupakan aplikasi.
Nama : sevtian.cristoper Nim : Jurusan : teknik industri
SEDIMENTASI Mekanisme Proses
NUR ANDRIYANI Penerapan Pendekatan Taguchi dalam Optimalisasi Proporsi Campuran Microwave Incinerated Rice Husk Ash (MIRHA) Foamed Concrete.
Pengantar Teknik Kimia Sesi 1: Peralatan Proses
PENGELOLAAN LIMBAH GAS DEPT. KESEHATAN LINGKUNGAN
Nama : Parwadi nugroho NPM : Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing I : Prof. Dr. Syahbuddin Pembimbing II : Ir. Sunyoto, MT.
Pertemuan 5 AGREGAT KASAR
SCREENING.
Eko Suhartono Bag. Kimia/Biokimia Fak. Kedokteran UNLAM
5. Rancangan Campuran Beton
GYRATORY CRUSHER Kelompok 2: Achmad Irfani I
Disusun oleh : HARIS RUSANDI NIM
DOSEN PENGAMPU : Ir. Hj. ARIATI, M.T. DWI ANUNG NINDITO, S.T.,M.T.
TUGAS PERBAIKAN TEKNOLOGI BAHAN 2. Proses pembentukan biji besi menjadi besi.
Edu Dwiadi Nugraha Universitas Negeri Semarang.
PENCEMARAN AIR TANAH “BAR SCREEN DAN GRIT REMOVAL UNIT” OLEH: KELOMPOK 1 NAMA-NAMA ANGGOTA: 1.MUH. ARIF RAHMAN 2.IKHLASUL IHSAN HADINI 3.MUH. ALAM NASYRAH.
TEKNIK PENGAMATAN Pengamatan Lapangan a. Fosil Makro
Lateks pekat Lateks pekat merupakan produk olahan lateks alam.
JUNI, 2016 PONTIANAK, INDONESIA.
Mata kuliah semester berikutnya
Konferensi Nasional Engineering Perhotelan V- 2014
Geokimia Review Analisa Ultimat Batubara
MM FENOMENA TRANSPORT Kredit: 3 SKS Semester: 5
Penyimpanan dan Transportasi Bahan
MODUL- 2 Lajutan………..
AGREGAT DAN PRODUKSINYA
Perancangan air cleaner (LEV)
Kuliah ke-6 PENGENDALIAN SEDIMEN DAN EROSI
TEKNOLOGI PKN KONSENTRAT
TEKNOLOGI PEMANASAN MaLANG, 17 MEI 2009 emhanatsir Fapet UB 2009.
Lateks pekat Lateks pekat merupakan produk olahan lateks alam.
SIFAT FISIKA TANAH Muhammad Rozadi
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 2013
Kelompok 9 Dinamika Perubahan Temperatur dan Reduksi Volume
Penyaringan awal Pengendapan
GRIT CHAMBER GRIT CHAMBER Nieke Karnaningroem
AGREGAT HALUS Pertemuan 02
PENGELOLAAN LIMBAH PADA INDUSTRI PERTAMBANGAN
TEKNOLOGI BAHAN BAHAN PEMBENTUK BETON AGREGAT.
Pengolahan Limbah Minyak Kelapa Sawit PT
Pengamatan Air Larian Tambang (Run Off Water Monitoring) study Kasus Settling Pond Pit 3 Pada PT. Tanjung Alam Jaya Kecamatan Pengaron Kabupaten Banjar.
PENGECILAN UKURAN PRODUK PERTANIAN
MUHAMMAD YUNAN HASBI TEKNIK METALURGI
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PT KEBON AGUNG MALANG
PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
Teknik Pengendalian Pencemaran Udara (TPPU) Cyclone
Pengolahan Limbah Fisik-Kimia PERTEMUAN 6 Nayla Kamilia Fithri
TEKNIK PENANGANAN LIMBAH GAS
Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
LAB METALURGI 1 KELOMPOK 3 ACTUR SAKTIANTO N
Tugas Mekanika Batuan Tawakkal Mursyid
PERALATAN PABRIK PENCUCIAN BATUBARA
8 PROYEK CIVIL – AMP TEKNOLOGI DAN MANAGEMEN ALAT BERAT
PENGARUH PERAK NITRAT TERHADAP PEROLEHAN KEMBALI EMAS DENGAN METODE SIANIDASI PADA BIJIH EMAS DI DESA KERTAJAYA, KEC. SIMPENAN, KAB. SUKABUMI Nama : Erwin.
IPTEK BAHAN PAKAN Kuliah II
9 PROYEK CIVIL – Stone Crusher TEKNOLOGI DAN MANAGEMEN ALAT BERAT
JAW CRUSHER. KELOMPOK I Ana Sholihah: Ayu Ardila: Denis Markhaban: Farhan Aldi Pratama: Nurul Fuadi Pratiwi:
PERMASALAHAN DIDALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH OLEH: BEKTI MARLENA RUSTIANA YULIASNI BALAI BESAR TEKNOLOGI PENCEGAHAN PENCEMARAN INDUSTRI SEMARANG 2017.
Tugas Akhir PENGUJIAN POMPA HIDRAM SEBAGAI POMPA RAMAH LINGKUNGAN
METODE TAMBANG BAWAH TANAH. Kelebihan tambang bawah tanah dibanding tambang terbuka Tambang Bawah TanahTambang Terbuka 1.Tidak merusak ekosistem /kehidupan.
SEMEN Semen Portland adalah material berbentuk bubuk berwarna abu-abu dan banyak mengandung kalsium dan alumunium silika. Bahan dasar pembuat semen adalah.
PROSES CLEANING PADA SATUAN OPERASI Desi Salmah (G )
Transcript presentasi:

PRESENTASI TUGAS AKHIR Oleh : Marthen Emanuel Beru JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN MINERAL Politeknik Geologi dan Pertambangan “AGP”

OUTLINE Gambaran Umum Perusahaan Proses Pengolahan Emas di PT Antam Tbk UBPE Pongkor Tugas Akhir : Pengaruh faktor-faktor pendukung tercapainya standar parameter % padatan dan fraksi pada slurry Overflow Mill Cyclone JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN MINERAL Politeknik Geologi dan Pertambangan “AGP”

Gambaran Umum Perusahaan PT Antam Tbk UBPE Pongkor terletak di Desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat Terdapat 3 vein penambangan di PT Antam UBPE Pongkor, yaitu Ciguha, Ciurug dan Kubang Cicau PT Antam Tbk UBPE Pongkor memiliki kegiatan yang dimulai dari eksplorasi, penambangan, pengolahan dan pengelolaan limbah JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN MINERAL Politeknik Geologi dan Pertambangan “AGP”

Pengolahan Bijih Emas Secara garis besar, terbagi menjadi 3 unit : Unit sianidasi (crushing, milling, leaching) Unit recovery (carbon in leach, elution, electrowinning, smelting, reaktivasi karbon) Unit pengolahan limbah (tailing treatment, tailing dam, IPAL) JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN MINERAL Politeknik Geologi dan Pertambangan “AGP”

Flow sheet Process

JUDUL TUGAS AKHIR PENGARUH FAKTOR PENDUKUNG TERCAPAINYA STANDAR PARAMETER % PADATAN DAN FRAKSINASI PADA SLURRY OVERFLOW MILL CYCLONE JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN MINERAL Politeknik Geologi dan Pertambangan “AGP”

Studi Literatur Milling Milling adalah proses penggerusan setelah Crushing, dengan tujuan untuk menghasilkan ukuran produk yang lebih halus. Alat yang digunakan untuk proses milling salah satunya adalah jenis Ball Mill. Media grinding yang digunakan berupa bola besi/baja (baik yang berupa cast iron atau steel balls), atau bola keramik (untuk industri semen) JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN MINERAL Politeknik Geologi dan Pertambangan “AGP”

Gaya-gaya yang terjadi pada proses milling ( c ) ( b ) Gaya-gaya yang terjadi pada proses milling antara lain (a) impact/compression, chipping ( b ) dan abrasion ( c ).

Gerakan material dalam ball mill Gerakan material dalam ball mill berupa cascading dan cataracting

Tabel Perbandingan Wet Grinding dan Dry Grinding Dalam operasi ball mill, grinding dapat dilakukan dalam keadaan kering atau basah Tabel Perbandingan Wet Grinding dan Dry Grinding Wet Grinding Dry Grinding Konsumsi energi lebih rendah per ton produk Kapasitas yang lebih tinggi per unit mill volume Memberikan kemungkinan untuk menggunakan wet screening atau clasifikasi dalam closed grinding circuit Menghilangkan masalah kebisingan dan debu Meningkatkan efisiensi perawatan alat (liner) Konsumsi energi lebih besar per ton produk Kapasitasnya lebih rendah per unit mill volume Biasanya menngunakan open circuit yang tidak menggunakan wet screening atau klasifikasi Menimbulkan masalah kebisingan dan debu Mengurangi efisiensi perawatan alat (liner) JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN MINERAL Politeknik Geologi dan Pertambangan “AGP”

Mekanisme Grinding di Ball Mill

Studi Operasional MILLING Milling adalah proses penggerusan lanjutan setelah crushing. Produk yang dihasilkan adalah overflow mill cyclone berupa slurry dengan standar % padatan 38-42% dan ukuran fraksi minimal 80% -200 mesh, yang akan melalui proses sianidasi dan recovery. Alat yang digunakan adalah Ball Mill, dengan media grinding berupa grinding ball. JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN MINERAL Politeknik Geologi dan Pertambangan “AGP”

Studi Literatur Classification Classification adalah metoda pemisahan butiran-butiran mineral berdasarkan perbedaan kecepatan mengendap butiran dalam cairan Alat untuk proses classification disebut classifier Classifier menghasilkan 2 produk yaitu bagian butiran kasar paling cepat mengendap disebut underflow dan bagian butiran yang halus lambat mengendap disebut overflow Kondisi pengendapan butiran dalam classification terdiri dari free settling dan hindered settling condition JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN MINERAL Politeknik Geologi dan Pertambangan “AGP”

1 2 Kondisi pengendapan butiran dalam classification terdiri dari free settling dan hindered settling condition 1 2

Studi Literatur Salah satu Classifier yang digunakan adalah jenis Hydrocyclone Hydrocyclone adalah suatu alat pemisah yang memanfaatkan gaya sentrifugal untuk memisahkan partikel yang berat dan ringan pada slurry berdasarkan perbedaan densitas,bentuk dan ukuran JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN MINERAL Politeknik Geologi dan Pertambangan “AGP”

Cylindrical Feed Chamber Gambar Hydrocyclone Cylindrical Feed Chamber Cylinder Section Conical Section Vortex Finder Apex

Studi Literatur Prinsip Kerja Hydrocyclone Umpan masuk dengan tekanan secara tangensial, menimbulkan gerakan berputar (spiral) ke arah bawah. Partikel berat akan mengalami gaya sentrifugal lebih besar, terlempar ke arah dinding, mengikuti arus spiral mengarah ke bawah dan keluar melalui lubang apex sebagai underflow. Sebaliknya, partikel ringan, gaya centrifugal tidak cukup untuk mendorongnya ke arah luar melainkan akan bergerak di spiral dalam yang bergerak ke atas dan bergerak keluar sebagai overflow JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN MINERAL Politeknik Geologi dan Pertambangan “AGP”

Dasar Penelitian Parameter standar yang berlaku untuk produk overflow mill cyclone adalah : 38 – 42 % padatan Overflow Fraksinasi ukuran -200 mesh minimal 80% JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN MINERAL Politeknik Geologi dan Pertambangan “AGP”

Dasar Penelitian Kondisi – kondisi yang mempengaruhi karakteristik overflow mill cyclone (% padatan dan fraksi ukuran) adalah : Umpan (feed) yang masuk ke ball mill FOB (kekerasan ore, jumlah) FST (% padatan) Jumlah grinding ball dalam ball mill (load) Cyclone (tekanan) Circulating load JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN MINERAL Politeknik Geologi dan Pertambangan “AGP”

Tujuan Penelitian Mengetahui kondisi-kondisi yang mempengaruhi % padatan dan fraksi pada produk overflow mill cyclone JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN MINERAL Politeknik Geologi dan Pertambangan “AGP”

Langkah Kerja Mencatat setting mill feeder yang digunakan Mencatat load pada ball mill Mengukur % padatan (U/F thickener FST, sump discharge, O/F dan U/F cyclone) Mengukur fraksi (sump discharge, O/F dan U/F cyclone) Mencatat tekanan pada cyclone JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN MINERAL Politeknik Geologi dan Pertambangan “AGP”

Langkah Kerja Mengukur % Mengukur % Padatan Mengambil sample FST Discharge mill OF Cyclone UF Cyclone Ukur % Padatan JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN MINERAL Politeknik Geologi dan Pertambangan “AGP”

Ukur % padatan akhir (b) Langkah Kerja 1. Mengukur Fraksi -200 # dengan metode density meter % fraksi – 200# = (a – b)/a × 100 % Mengambil sample Ukur % padatan awal (a) Ayak (200 #) Undersize Oversize Ukur % padatan akhir (b) JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN MINERAL Politeknik Geologi dan Pertambangan “AGP”

DATA PENGAMATAN PLANT 1 JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN MINERAL Politeknik Geologi dan Pertambangan “AGP”

TABEL DATA OPERASIONAL UNIT MILLING PLANT 1 Tanggal waktu mill feeder ton giling Load Load/ton giling Pressure % Solid UF Thcknr Sump Discharge Overflow Cyclone Underflow Cyclone Keterangan % perjam Psi FST fraksi % solid 28-Apr-08 12,00 - 13,00 80 16.68 67 4.0 11 32 75 67.4 46 43.3 60 tidak sesuai 29-Apr-08 09,00 - 10,00 68 4.1 14 52 54.8 62 95.6 23 55.5 63 10,30 - 11,30 100 21.1 3.2 15 64.4 73 87.3 55 43.8 64 30-Apr-08 14,00 - 15,00 37 70.3 74 91.1 45 68.6 70 16 47.76 84.3 51 39.1 69 17 38 49.3 92.3 39 33.3 72 sesuai 18 54 56.7 92.1 20 61 45.07 71 94.9 39.4 66 24-Apr-08 21 44 47.05 88.5 26 35.3 25-Apr-08 38.57 73.7 19.4 11,00 - 12,00 84.8 33 28.7 65 3.9 55.7 89.5 38.9 50 46.3 73.5 49 37.3 3.1 25 40 93.5 31

Pembahasan tabel Dari grafik di atas terlihat bahwa sulit untuk menentukan parameter standar operasional yang mendukung tercapainya standar % solid dan fraksi pada OF mill cyclone. Solusinya : menggunakan analisa tabel untuk mengetahui parameter operasional yang mendukung tercapainya standar % solid dan fraksi pada OF mill cyclone.

Pembahasan tabel Dari tabel dapat dianalisa bahwa ada 2 faktor utama yang mendukung tercapainya standar % solid dan fraksi pada OF mill cyclone, yaitu : 1. Pressure mill cyclone 2. % solid dan fraksi Sump discharge

Pembahasan tabel Pressure Dari tabel dapat diamati bahwa pressure yang mendukung tercapainya standar % solid dan fraksi OF mill cyclone adalah 17 – 21 Psi. Tapi ada juga pressure yang meskipun masuk dalam kisaran pressure tersebut tetapi tidak mendukung tercapainya standar % solid dan fraksi pada OF mill cyclone. Hal ini disebabkan karena % solid sump dischargenya tidak sesuai.

Pembahasan Tabel 2 faktor yang mempengaruhi pressure standar 17 – 21 Psi tidak mendukung tercapainya standar % solid dan fraksi pada OF mill cyclone. a. % solid sump discharge rendah sehingga OF mill cyclone juga ikut rendah. Contohnya pada sample 9 tanggal 24 april, meskipun pressurenya standar yaitu 21 Psi, tetapi karena % solid sump dischargenya rendah yaitu 68 % sehingga OF mill cyclone juga rendah yaitu 26 % dan tidak sesuai standar % solid pada OF mill cyclone

Pembahasan Tabel b. Fraksi sump discharge rendah atau kasar. Hal ini membuat fraksi OF mill cyclone juga ikut rendah atau kasar. Contohnya pada sample 10 tanggal 25 april, meskipun pressurenya standar yaitu 21 Psi tetapi fraksi sump dischargenya rendah / kasar yaitu 38,57 % sehingga fraksi OF mill Cyclonenya juga rendah atau kasar, yaitu 73,7 %.

Pembahasan Tabel 2. % solid dan fraksi Sump Discharge Dari tabel dapat diamati bahwa untuk memperoleh standar % solid dan fraksi pada OF mill cyclone, maka % solid sump discharge harus dijaga pada kisaran 70 – 74 % solid. Selain itu fraksinya harus cukup bagus agar fraksi OF mill cyclone juga bagus. Dari tabel dapat dilihat bahwa fraksi sump discharge ≥ 40 % agar fraksi OF mill cyclonenya bagus.

Pembahasan Tabel Agar kisaran % solid di sump discharge dapat dicapai maka parameter operasional lain juga harus diatur. Parameter operasional itu, antara lain : Settingan mill feeder, dengan kisaran 80 – 100 % UF Thickener FST yang cukup tinggi dengan kisaran 38 – 61 % solid, atau paling tidak jika % solidnya rendah atau tidak beroperasi,kisaran % solid di Sump discharge masih bisa dijaga dengan syarat parameter yang lain sesuai standar dan juga circulating loadnya besar. Load, minimal 65 %.

DATA PENGAMATAN PLANT 2 JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN MINERAL Politeknik Geologi dan Pertambangan “AGP”

TABEL DATA OPERASIONAL UNIT MILLING PLANT 2 Tanggal waktu mill feeder ton giling Load Load/ton giling Pressure % Solid UF Thcknr Sump Discharge Overflow Cyclone Underflow Cyclone Keterangan % perjam Psi FST fraksi % solid 10-Apr-08 08,30 - 09,30 70 26.2 76 2.9 11 53 64.4 59 74.4 43 40.7 54 tidak sesuai 15-Apr-08 60 22.4 3.4 89.5 57 93.3 45 88.9 10,30 - 12,00 13 52 73.01 63 86.7 64.2 11-Apr-08 08,30 - 10,00 77 50 70.17 85.4 41 52.54 sesuai 15,00 - 16,00 40 14.8 78 5.3 81 58 86 80.3 56 16-Apr-08 14,00 - 15,00 18.6 4.1 48 92.1 51 92.3 26 80 18-Apr-08 10,30 - 11,30 46 62.7 87.5 59.6 14 63.07 65 82.2 86.2 14,00 -15,00 3.0 79.4 72.7 55 14-Apr-08 74.14 84.6 39 61.02 5.2 36 25 76.78 4.2 87.3 95.6 13,30 - 14,30 49 84.7 67.7 31 77.9 58.4 09,00 - 10,00 75 4.0 72.8 96.9 33 49.1 15 19 86.21 78.6 61 62 76.19 84.8 16 94.3 35 56.4

Pembahasan Dari grafik di atas terlihat sulit untuk menentukan parameter standar operasional yang mendukung tercapainya standar % solid dan fraksi pada OF mill cyclone. Solusinya : menggunakan analisa tabel untuk mengetahui parameter operasional yang mendukung tercapainya standar % solid dan fraksi pada OF mill cyclone.

Pembahasan tabel Dari tabel dapat dianalisa bahwa ada 2 faktor utama yang mendukung tercapainya standar % solid dan fraksi pada OF mill cyclone, yaitu : 1. Pressure mill cyclone 2. % solid dan fraksi Sump discharge

Pembahasan tabel Pressure Pressure yang mendukung tercapainya standar % solid dan fraksi pada OF mill cyclone plant 2 adalah 13 – 15 Psi. Tapi ada pressure yang masuk dalam kisaran di atas, namun tidak mendukung tercapainya standar % solid dan fraksi OF mill cyclone. Hal ini disebabkan karena : % solid di sump discharge yang tidak sesuai standar

Pembahasan tabel 2 faktor yang menyebabkan pressure 13 – 15 Psi tidak mendukung tercapainya standar % solid dan fraksi pada overflow mill cyclone. % solid sump discharge rendah sehingga overflow mill cyclone juga rendah. Sample 11 tanggal 14 april memiliki pressure standar yaitu 14 Psi namun karena % solid sump dischargenya rendah yaitu <39 % sehingga overflow rendah yaitu 25 %.

Pembahasan tabel % solid sump discharge tinggi sehingga overflow mill cyclone juga ikut tinggi. Sample 3 tanggal 10 april memilki pressure yang standar yaitu 13 Psi tapi karena % solid sump dischargenya tinggi yaitu >63 % sehingga overflownya tinggi yaitu 45 %.

Pembahasan tabel % solid dan fraksi sump discharge Standar parameter % solid dan fraksi pada overflow dapat dicapai jika % solid sump discharge dijaga pada kisaran 57 – 59 % solid.Selain itu standar parameter fraksi pada overflow dapat dicapai jika fraksi sump dischargenya ≥ 62,7 %.Untuk menjaga % solid dan fraksi pada sump discharge maka parameter operasional yang lain juga harus dijaga.

Pembahasan tabel Parameter yang harus dijaga agar % solid sump discharge pada kisaran 57 – 59 %, yaitu : Settingan mill feeder dengan kisaran 40 – 70 % Underflow thickener FST dengan kisaran % solidnya adalah 19 – 50 % Load ball mill dengan kisaran minimal 75 %.

Pembahasan tabel Standar % solid dan fraksi pada overflow mill cyclone dapat dicapai jika pressure dan % solid sump discharge berada pada kisaran yang standar. Dari tabel diketahui bahwa ada beberapa sampel yang meskipun memiliki kisaran standar pressure ( 13 – 15 Psi ) dan % solid sump discharge ( 57 – 59 % ) namun tidak mendukung tercapainya standar % solid dan fraksi pada overflow mill cyclone.

Pembahasan tabel Faktor lain yang mempengaruhi tercapainya standar % solid dan fraksi overflow mill cyclone khususnya pada plant 2 adalah water dilution ( pengencer ) Belum ada kisaran standar yang jelas mengenai pemberian pengencer pada sump discharge berdasarkan tinggi atau rendahnya % solid sump discharge

Kesimpulan Pressure 17 – 21 Psi % solid sump discharge 70 – 74 % Mill feeder 80 – 100 % UF thickener FST 38 – 61 % solid Load Min 65 % Parameter operasional yang menghasilkan % solid dan fraksi OF cyclone yang sesuai standar di PLANT 1

Kesimpulan Pressure 13 – 15 Psi % solid sump discharge 57 – 59 % Mill feeder 40 – 70 % UF thickener FST 19 – 50 % solid Load Minimal 76 % Parameter operasional yang menghasilkan % solid dan fraksi OF cyclone yang sesuai standar di PLANT 2

Kesimpulan Jika pressure cyclone besar sedangkan % solid sump discharge kecil, maka % solid overflow mill cyclone akan rendah ( encer ) atau : Jika pressure cyclone kecil sedangkan % solid sump discharge besar ( tinggi ), maka % solid overflow mill cyclone akan tinggi ( kental ) Faktor lain yang mempengaruhi langsung OF mill cyclone adalah jumlah water dilution ( pengencer ).

Saran Untuk mendapatkan kisaran parameter yang akurat diperlukan pengamatan data yang banyak Pengukuran sample yang dilakukan pada alat pengukur density meter harus dilakukan dengan teliti ( faktor koreksinya) Pengecekan terhadap % solid OF mill cyclone sebaiknya dilakukan sesering mungkin pada satu shift kerja. JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN MINERAL Politeknik Geologi dan Pertambangan “AGP”

Saran Belum adanya kisaran standar yang jelas mengenai pemberian water dilution ( pengencer ) pada sump discharge berdasarkan tinggi atau rendahnya % solid. Sehingga diperlukan adanya analisa pemberian water dilution pada slurry yang akan ke mill cyclone di sump discharge berdasarkan tinggi atau rendahnya % solid di sump discharge. Perlu adanya sampel point untuk slurry yang akan masuk ke cyclone, sehingga pegaturan jumlah water dilution berdasarkan analisa % solid dari slurry feed cyclone

Contoh penempatan sample point feed cyclone

TERIMA KASIH JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN MINERAL Politeknik Geologi dan Pertambangan “AGP”

TABEL DATA OPERASIONAL UNIT MILLING PLANT 2 Tanggal waktu mill feeder ton giling Load Load/ton giling Pressure % Solid UF Thcknr Sump Discharge Overflow Cyclone Underflow Cyclone Keterangan % perjam Psi FST fraksi % solid 10-Apr-08 08,30 - 09,30 70 26.2 76 2.9 11 53 64.4 59 74.4 43 40.7 54 tidak sesuai 15-Apr-08 60 22.4 3.4 89.5 57 93.3 45 88.9 10,30 - 12,00 13 52 73.01 63 86.7 64.2 11-Apr-08 08,30 - 10,00 77 50 70.17 85.4 41 52.54 sesuai 15,00 - 16,00 40 14.8 78 5.3 81 58 86 80.3 56 16-Apr-08 14,00 - 15,00 18.6 4.1 48 92.1 51 92.3 26 80 18-Apr-08 10,30 - 11,30 46 62.7 87.5 59.6 14 63.07 65 82.2 86.2 14,00 -15,00 3.0 79.4 72.7 55 14-Apr-08 74.14 84.6 39 61.02 5.2 36 25 76.78 4.2 87.3 95.6 13,30 - 14,30 49 84.7 67.7 31 77.9 58.4 09,00 - 10,00 75 4.0 72.8 96.9 33 49.1 15 19 86.21 78.6 61 62 76.19 84.78 16 94.3 35 56.4

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN MINERAL Politeknik Geologi dan Pertambangan “AGP”

TABEL DATA OPERASIONAL UNIT MILLING PLANT 1 Tanggal waktu mill feeder ton giling Load Load/ton giling Pressure % Solid UF Thcknr Sump Discharge Overflow Cyclone Underflow Cyclone Keterangan % perjam Psi FST fraksi % solid 28-Apr-08 12,00 - 13,00 80 16.68 67 4.0 11 32 75 67.4 46 43.3 60 tidak sesuai 29-Apr-08 09,00 - 10,00 68 4.1 14 52 54.8 62 95.6 23 55.5 63 10,30 - 11,30 100 21.1 3.2 15 64.4 73 87.3 55 43.8 64 30-Apr-08 14,00 - 15,00 37 70.3 74 91.1 45 68.6 70 16 47.76 84.3 51 39.1 69 17 38 49.3 92.3 39 33.3 72 sesuai 18 54 56.7 92.1 20 61 45.07 71 94.9 39.4 66 24-Apr-08 21 44 47.05 88.5 26 35.3 25-Apr-08 38.57 73.7 19.4 11,00 - 12,00 84.8 33 28.7 65 3.9 55.7 89.5 38.9 50 46.3 73.5 49 37.3 3.1 25 40 93.5 31

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN MINERAL Politeknik Geologi dan Pertambangan “AGP”