KELOMPOK 4 ZONI SATRIA (1307122809) DINA AULIA FITRI (1507112541) NENENG SARI NENGSI (1507120591) SETIA DEWI NURZA (1507121724)
KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU Apa itu lahan basah...? Lahan basah atau dalam bahasa Inggris disebut wetland adalah wilayah-wilayah di mana tanahnya jenuh dengan air, baik bersifat permanen (menetap) atau musiman. KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU PLB
KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU SISTEM SALURAN PADA PERTANIAN LAHAN BASAH Tata air makro Tata air mikro KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU PLB
Bangunan-bangunan yang terdapat dalam tata air makro Tanggul Penangkis Banjir Drainase saja sering tidak mampu mengatasi meluapnya air di musim hujan terutama pada rawa lebak. Oleh sebab itu, perlu dibuat tanggul penangkis di kanan-kiri saluran. Waduk Retarder Saluran Intersepsi Saluran Drainase dan Irigasi KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU TATA AIR MAKRO
Waduk retarder atau sering disebut chek-dam atau waduk umumnya dibuat di lahan rawa lebak atau lebak peralihan. Fungsi bangunan ini untuk menampung air di musim hujan, mengendalikan banjir, dan menyimpannya untuk disalurkan di musim kemarau. Tanggul Penangkis Banjir Waduk Retarder Saluran Intersepsi Saluran Drainase dan Irigasi KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU TATA AIR MAKRO
Saluran intersepsi dibuat untuk menangkap dan menampung aliran permukaan dari lahan kering di atas lahan rawa sehingga tidak masuk ke lahan rawa. Letaknya pada perbatasan antara lahan kering dan lahan rawa. Tanggul Penangkis Banjir Waduk Retarder Saluran Intersepsi Saluran Drainase dan Irigasi KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU TATA AIR MAKRO
Saluran drainase dibuat guna menampung dan menyalurkan air yang berlebihan dalam suatu kawasan ke luar lokasi. Sebaliknya, saluran irigasi dibuat untuk menyalurkan air dari luar lokasi ke suatu kawasan untuk menjaga kelembaban tanah atau mencuci senyawa-senyawa beracun. Oleh sebab itu, pembuatan saluran drainase harus dibarengi dengan pembuatan saluran irigasi. Tanggul Penangkis Banjir Waduk Retarder Saluran Intersepsi Saluran Drainase dan Irigasi KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU TATA AIR MAKRO
KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU Dalam sistem tata air makro, saluran drainase dan irigasi biasanya dibedakan atas saluran primer, sekunder, dan tersier. Saluran primer merupakan saluran terbesar yang menghubungkan sumber air atau sungai dengan saluran sekunder. Sedangkan saluran tersier merupakan cabang saluran sekunder dan menghubungkannya dengan saluran yang lebih kecil yang terdapat dalam sistem tata air mikro. Dengan demikian, saluran tersier merupakan penghubung tata air makro dengan tata air mikro. KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU TATA AIR MAKRO
KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU Berikut ini adalah beberapa alternatif untuk tata air makro : Sitem saluran model handil Sistem Saluran Model Garpu Sistem Aliran Satu Arah Alternatif tata air makro: KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU TATA AIR MAKRO
KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU Ciri Sistem saluran model handil Di bagian tepi sungai biasanya tidak dibuatkan pematang, karena sudah ada tanggul sungai yang terbentuk secara alami Lahan usahatani umumnya berjarak 0,5 - 4 km dari tepi sungai ke arah pedalaman Lebar parit/handil berukuran 5 meter dan semakin menyempit ke arah hulu parit. Pada kanan dan kiri parit dibuat tanggul/pematang untuk ditanami buah-buah yang berfungsi sebagai penguat tanggul agar tidak longsor. Parit dibuat biasanya berfungsi ganda, pertama sebagai saluran drainase (pembuangan) apabila air surut dan kedua sebagai saluran irigasi (mengairi) apabila air pasang. Pada setiap jarak 500 meter dibuat parit cacing yang berfungsi untuk memasukan dan mengeluarkan air pada petakan pertanaman. KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU TATA AIR MAKRO
KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU Sitem saluran model handil KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU TATA AIR MAKRO
KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU Sistem saluran model GARPU Pengaturan tata air dengan sistem garpu telah dikembangkan oleh UGM pada lahan pasang surut. Untuk mengatur air pasang surut, maka dibuat pintu-pintu air yang dikenal dengan sebutan flatgeat yaitu pintu otomatis yang ketika pasang, air akan mendorong pintu sehingga air akan masuk kedalam air-air petakan lahan, tetapi saat surut air akan bertahan pada parit-parit petakan lahan. Kelemahan sistem garpu, biaya pembuatan tutup garpu terlalu mahal, karna dirancang untuk arel pertanian cukup luas dan mengguanakan alat-alat berat. Untuk mengatasi kelemahan ini, beberapa pakar menyarankan adanya pembuatan saluran yang terpisah antara saluran-saluran irigasi (pemasukan air/inlet) dan drainase (pengeluaran air/outlet), atau dikenal dengan istilah sistem aliran satu arah. Dengan pemisahan ini diharapkan sistem perganitian air akan berlangsung lebih lancar dan penumpukan bahan beracun didalam saluran dapat dicegah. KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU TATA AIR MAKRO
KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU Sistem saluran model GARPU KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU TATA AIR MAKRO
KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU Sistem aliran satu arah Pada sistem ini setidaknya memerlukan 2 buah saluran tersier dimana tersier yang satu berfungsi sebagai saluran irigasi (inlet) dan yang lainya sebagai saluran pembuangan air/drainase (outlet). Kedua saluran tersier ini harus dilengakapi dengan saluran pintu otomatis (flatgate) yang dapat membuka dan menutup dengn tenaga arus air. Saluran irigasi akan membuka ketika air pasang, tapi saluran drainase akan tetutup. Kondisi demikian diciptakan meletakkan posisi pintu yang berlawan arah, tinggi rendahnya muka air didalam saluran diatur dengan mengatur pembukaan pintu outlet (drainase). Keuntungan sistem aliran satu arah adalah terjadi pergantian air segar didalam saluran secara lebih lancar, potensi endapan lumpur didalam saluran kuarter lebih kecil karena tercuci lebih mudah serta penumpukan senyawa beracun dan air asam akan dapat dihindari. KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU TATA AIR MAKRO
KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU Sistem aliran satu arah KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU TATA AIR MAKRO
TATA AIR MIKRO Tata Air Pada Saluran Tersier dan Kuarter Tata Air Dalam Lahan Pertanaman KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU TATA AIR MAKRO
KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU Tata air mikro 1. Tata Air Pada Saluran Tersier dan Kuarter Saluran kuarter merupakan cabang saluran tersier dan berhubungan langsung dengan lahan. Jika jarak antara saluran tersier dengan lahan cukup jauh, saluran tersier tidak langsung berhubungan dengan saluran kuarter. Kedua saluran tersebut dihubungkan oleh yang sering disebut sebagai saluran kuinter. Saluran kuarter dibuat tegak lurus saluran tersier. Saluran ini sering pula dijadikan sebagai batas kepemilikan lahan bila luas kepemilikan lahan terbatas (1-3 ha/orang). KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU TATA AIR MIKRO
KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU Tata air mikro 2. Tata Air Dalam Lahan Pertanaman Kuarter merupakan saluran di lahan pertanaman yang paling kecil. Di dalam lahan, dibuat saluran drainse intensif yang terdiri atas saluran kolektor dan saluran cacing. Posisi saluran kolektor dan saluran cacing ini tergantung pada penataan lahan.: Pada lahan yang ditata dengan sistem caren dan surjan, saluran drainase intensif dibuat setelah selesai pembuatan caren dan surjan. Pada lahan yang ditata dengan sistem sawah dan tegalan, pembuatan saluran setelah pengolahan tanah. KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU TATA AIR MIKRO
KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU KESIMPULAN Pengelolaan tata air di lahan basah merupakan faktor kunci terwujudnya sistem pengelolaan lahan basah berkelanjutan. Prinsip utama dari pengaturan tata air di lahan gambut adalah harus mampu menekan terjadinya penuran fungsi lingkungan dari lahan basah, namun tetapi bisa memenuhi syarat tumbuh tanaman yang dibudidayakan. Tindakan drainse pada lahan basah dilakukan untuk menciptakan media tanaman yang sesuai dengan kebutuhan tanaman yang dibudidayakan dan mengurangi asam organik sampai batas yang tidak meracuni tanaman. Kearifan lokal dalam pengelolaan air yang telah lama dilakukan petani lokal di lahan gambut dapat dijadikan dasar pengelolaan tata air di lahan basah, karena telah terbukti dapat mewujudkan pendayaguaan sumber daya alam dan sosial. KELOMPOK 4 KELAS B TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS RIAU KESIMPULAN
TERIMA KASIH