Faktor biologi produksi dan faktor endogen
Faktor biologi produksi Misalnya usaha ayam broiler Biaya tetap Kandang Peralatan kandang Biaya tidak tetap Besarnya usaha Pakan Vaksin dan obat Bahan bakar Tenaga kerja Kematian FCR Harga pakan Harga jual Dll
Usaha USAHA AYAM BROILER Usaha 1000 ekor (1000+(2x10)=1020 ekor) berat 1,75 kg ( 6 minggu) Kematian 4%, yang hidup 96/100 x 1020 = 979 ekor Total produksi= 1,75 x 979= 1.713 kg FCR = 1,6 A. Biaya Tetap: -Kandang : Rp 1. 500.000,- - Alat dan lain-lain : Rp 1.200.000,- Total : Rp 2.700.000,- B. Biaya tidak tetap: - DOC 1000 x Rp. 7.000,- = Rp. 7.000.000,- - Pakan = 1,75x1,6x 979 x Rp. 6.500 = Rp. 17.817.800,- - Vaksin dan obat = Rp. 1.100.000,- - Litter = Rp. 750.000,- - Bahan bakar/pemanas dll = Rp. 500.000,- -tenaga kerja 4x3.000.000 = Rp 12.000.000 Total = Rp. 38.667.800,- TOTAL A + B = Rp. 41.367.800
Lanjutan BEP harga/kg = Total biaya/Hasil yang diharapkan Rp 41.367.800/1.713 kg = Rp 24.149,- BEP HASIL= Harga total/harga output Harga total = 1.713 x Rp. 27.000,- =46.251.000 Harga output =41.367.800 Pendapatan kotor = 4.893.200 BEP hasil = 1.118kg Harus diperhatikan: Sunk costs yaitu biaya yang sudah keluar Penyusutan kandang dan alat Hutang dan bunga h. Biaya operasional Studi kelayakan I. Biaya penggantian Sewa tanah j. Biaya tak terduga Biaya konstruksi k. Hubungan Lingkungan Modal kerja
Perbandingan secara periodik dalam setahun Item Periode pertama Periode kedua Pendapatan 46.251.000 Beaya beban A 41.367.800 Pendapatan A 4.893.200 Penyusutan kandang (sdh terhitung) Penyusutan alat Hutang dan bunga Biaya sosial Beaya tak terduga Dll Pengeluaran B Pendapatan bersih (B)
Pengaruh faktor endogen terhadap produksi telur
Pengaruh Faktor Endogen Membahas faktor endogen Produksi telur Pertumbuhan Perkembangan tubuh Yang secara biologi dapat mendukung dan menghambat tingkat produksi optimal sesuai denan genetik yang dimilikinya
Pengaruh Faktor Endogen terhadap produksi telur Genetic patern Age of sexual maturity Intensity of production Persistence of production Brooding and pause of laying Laying period
Genetic pattern Sifat biologi produksi telur merupakan sifat genetis yang hanya dapat diperbaiki kemampuannya secara optimal melalui seleksi dan breeding Lingkungan dan menejemen yang sesuai akan menghasilkan kemampuan maksimal berdasar sifat genetiknya
Sexual maturity Dewasa kelamin merupakan berkembang dan berfungsinya organ kelamin Dewasa kelamin tergantung bangsa DK kalkun tipe berat: 32 minggu tipe sedang : 28 minggu DK itik & angsa (breeding season) sekitar 26 – 36 minggu
Dewasa kelamin h = 0,40 – 0,45 Individual : peneluran pertama Kelompok komersial : 50 % produksi Kelompok breeding : 5 – 10% produksi Perbedaan secara genetik Lambat : > 200 hari Cepat : < 200 hari Lambat: Periode peneluran relatif singkat Berat telur relatif berat Persistensi produksi meningkat Cepat Periode peneluran relatif lebih lama Berat telur relatif ringan Persistensi produksi menurun Optimal: 170 – 180 hari dengan variasi 15-25 hari
Intensitas produksi (cluth) Jumlah telur dalam satuan waktu tertentu/ /Rata- rata butir telur dalam satu seri peneluran Seri peneluran: jumlah telur dalam hari yang berurutan Ayam berproduksi tinggi mempunyai seri peneluran yang panjang Regular cluth Irregular cluth Antar seri peneluran dibatasi oleh pause/istirahat bertelur Ovulasi terjadi minimal 15 menit setelah oviposition Ayam dengan intensitas produksi tinggi, telur lebih banyak ditelurkan di pagi hari
Rata-rata interval semua peneluran = (26x3) + 42 = 30 jam IP = jumlah telur X 100 % waktu hari ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 bertelur i pukul Total kemunduran (2+1+3) Rata-rata kemunduran Rata-rata interval = 6 jam = 2 jam = 24 + 2 = 26 jam 14 8 24 jam 18 jam Rata-rata interval semua peneluran = (26x3) + 42 = 30 jam 4
Waktu peneluran Ayam : pagi hari Itik : dini hari Puyuh : siang-sore hari Kalkun : disepanjang hari
Persistensi produksi Ditandai dengan lama peneluran sejak dewasa kelamin sampai terjadinya molting Selama peneluran tidak terjadi pause of laying yang terlalu lama (> 7 hari)
molting Sifat alami dari ayam, Dimulai dari Kepala, leher, dada, tubuh, sayap dan diakhiri di ekor Gl. Thyroidea-----thyroxin Hypofpise pars anterior-----TSH Gl. Parathyroidea------parathormon Gonade-----oestrogen Penambahan hormon thyroxin Penambahan progresteron Penghentian makan dan minum, pengurangan cahaya
Retrices - Tail -- steering and stabilizing Flight Feathers Two Groupings Wings and Tail Wings Remiges - Wing feathers; primaries, secondaries, tertiaries -- Powered Flight Alulas - Thumb - increase lift during slow flight Retrices - Tail -- steering and stabilizing
Sifat mengeram Merupakan insting unggas, utk regenerasi Domestikasi mengurangi sifat mengeram HPA, Hormon prolaktin meningkat, menghambat FSH dan LH Bersifat genetis dan ditentukan banyak gen Meningkat bila gelap dan panas Kandang cage < litter Shock therapy menurunkan sif. Mengeram Kandang intensitas cahaya tinggi, turun Tidak diinginkan karena menurunkan intesitas dan persistensi produksi
Aktifitas peneluran Gilbert, 1971, membagi 3 Periode I (1-2 minggu pertama) Periode II (3-40 minggu) Periode III (> 40 minggu)
b Periode I (1-2 minggu pertama) Peneluran belum teratur Dapat terjadi 2 egg, 2 yolk Kerabang tipis (wind egg), tidak sempurna Anomali telur 40% Penyebab: Hormon berlebihan, belum teratur Pembentukan follikel berlebihan Kerja sama ovarium oviduk belum sempurna
Periode II (3-40 minggu) Periode yang menentukan keberhasilan Peneluran sudah teratur Seri peneluran panjang Berat telur meningkat
Periode III (> 40 minggu) Terjadi penurunan produksi Ovulasi menurun Terjadi proses molting Daya tangkap infundibulum turun Sering terjadi prolapsus uteri
Table 2:Production schedule in temperate climate (100 birds) Age of flock (in weeks) % of flock laying No. of birds laying No. of eggs produced per week 21 5 20 22 10 40 23 18 72 24 34 136 25 52 208 26 65 260 27 74 296 28 84 336 29 88 352 30 92 368 31 94 376 32 - 39 40 - 47 83 332 48 - 59 77 308 60 - 64 73 292 65 - 70 70 280
umur produksi % konsumsi pakan, g/ekor Berat telur? FCR 15 77.10 21 37.80 91.30 3.86 27 94.70 120.50 2.03 31 91.20 121.00 2.12 36 93.00 2.07 40 92.60 119.20 2.05 44 119.00 2.08 47 87.60 119.70 2.18 52 92.20 120.00 2.10 62 95.20 66 85.70 120.70 2.85 68 121.20 2.27 71 68.70 102.30 2.38 74 120.80 2.25 79 79.70 120.40 2.41 82 66.60 119.80 2.99 83 76.50 2.51 91 76.80 2.70 112 63.90 3.02
Peneluran tanpa pause selama 365 hari sebagai sifat persistensi maksimum (100%) jarang terjadi Jenis unggas Persistensi Jumlah telur pertahun Broiler WPR, NH Cornish 8 – 10 bulan 140 – 160 btr 80 – 100 btr 220 butir 150 butir WL 12 bulan 250 – 300 btr > 300 butir Kalkun beltsville Breastbroad 5 bulan 90 – 120 btr 40 - 60 btr 180 butir 100 butir Itik Khaki Campbell Peking 8 bulan 200 butir 120-150 butir Angsa 4 bulan 40 – 50 butir Entog 80 butir
Jenis unggas Persistensi Jumlah telur pertahun Broiler WPR, NH Cornish 8 – 10 bulan 140 – 160 btr 80 – 100 btr 220 butir 150 butir WL 12 bulan 250 – 300 btr > 300 butir Kalkun beltsville Breastbroad 5 bulan 90 – 120 btr 40 - 60 btr 180 butir 100 butir Itik Khaki Campbell Peking 8 bulan 200 butir 120-150 butir Angsa 4 bulan 40 – 50 butir Entog 80 butir
Pengaruh faktor endogen terhadap pertumbuhan dan perkembangan Dimulai sejak terjadinya fertilisasi dan stagnasi sesudah oviposition Dimulai lagi pada kondisi lingkungan yang dibutuhkan yaitu saat penetasan
Pertumbuhan dan perkembangan Pertumbuhan dinyatakan sebagai perubahan organisma secara kuantitatif atas perbanyakan sel, pembesaran sel dan penambahan bahan intra seluler (plasma, vakuola, dll)
Perbedaan besar tubuh pada bangsa-bangsa ayam tidak selalu disebabkan perbedaan jumlah sel Perbedaan jumlah sel lebih banyak berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan Penambahan rongga sel ditentukan oleh perbandingan massa otot dengan kandungan DNA
Pertambahan DNA dan RNA berlangsung secara proporsional dengan pertambahan massa otot dan massa otot tergantung pada jumlah sel yang ada Ruang sel mengalami pembesaran sesuai dengan perbandingan antara massa otot dan kandungan DNA
Sampai umur 12 minggu terjadi perbanyakan sel yang cukup besar Sesudah 12 minggu yang berperan adalah pembesaran sel
Pertumbuhan absolut Tabs = (G2-G1)/t2-t1 Pertumbuhan relatif Trel = (G2-G1)/G1 G1 :Berat badan awal pada umur t1 G2: Berat badan awal pada umur t2
Berdasarkan perkembangan dan pertumbuhannya organ tubuh dibagi 3 Kecepatan pertumbuhan setiap organ pada pertumbuhan postembrional berbanding terbalik terhadap perkembangan embrionalnya Berdasarkan perkembangan dan pertumbuhannya organ tubuh dibagi 3 Perkembangan cepat: kepala, jantung, hati, darah, alat pencernaan dan gizzard Perkembangan sedang: shank, paru-paru, sayap, bulu dan ginjal Perkembangan lambat: alat reproduksi, limpa, lien, jaringan otot, dan lemak tubuh
PERFORMACE PRODUCTION Table 4. The mean feed intake and feed conversion on all of treatments on day Feed intake (g/bird/week) feed conversion ratio (bird/week) C IBL CBL 7 14 21 28 165.00a 428.33d 698.67g 809.33h 389.67b 688.67f 858.17i 395.00c 681.33e 860.00i 1.07b 1.40d 1.73g 1.61f 1.01a 1.24c 1.49e 1.02a 1.23c 1.42d 1.41d total 2101.33 2101.50 25/08/2016 sri harimurti: 17th aaap - animal science congress, fukuoka japan
Table 5. Relative and absolute growth rate on all of treatments on day Relative growth rate, % Absolute growth rate (g/bird/week) C IBL CBL 7 14 21 28 451i 163h 82d 56a 478k 160g 90e 59b 474j 94f 61c 152.92a 305.15d 404.49g 502.43j 162.43c 313.57e 461.47h 575.54k 161.1b 318.91f 481.21i 610.42l 25/08/2016 sri harimurti: 17th aaap - animal science congress, fukuoka japan
Table 6. Weekly broiler mortality (%) on day Mortality, % C IBL CBL 7 14 21 28 0.50 0.53 0.30 0.52 0.37 0.33 0.43 25/08/2016 sri harimurti: 17th aaap - animal science congress, fukuoka japan