■ a. Pengendalian kesuburan tanah 1. Padang rumput alam ■ a. Pengendalian kesuburan tanah Kesuburan tanah dapat dipertahankan dengan perlakuan mekanis, pemupukan serta pencegahan dan perbaikan tanah terhadap erosi. Perlakuan mekanis yang dilakukan meliputi penggaruan dan pemotongan HMT.
■ a. Pengendalian kesuburan tanah 1. Padang rumput alam ■ a. Pengendalian kesuburan tanah a.1. Perlakuan Mekanis ■ Tanah digaru dengan ringan pada interval-interval yang teratur untuk menyebarkan kotoran hewan. Kotoran hewan akan lebih mudah dihancurkan sesudah turun hujan. Pertumbuhan HMT yang terlalu subur dekat kotoran-kotoran hewan itu tidak disukai ternak. Penggaruan juga ditujukan untuk menghancurkan vegetasi yang terlalu rapat menutup tanah serta menghancurkan jalinan stolon yang kusut. ■ Pemotongan HMT merupakan suatu tindakan untuk membantu memelihara padang penggembalaan yang baik. Tujuan pemotongan adalah untuk mencegah terbentuknya bunga dan mendorong terbentuknya tunas-tunas produksi. Pertumbuhan HMT yang kasar akibat tidak disukai atau disisakan oleh ternak perlu dibuang dengan menggunakan alat pemotong. Pemotongan merupakan cara efektif untuk membasmi tanaman pengganggu (gulma) tetapi kerap tidak praktis untuk padang rumput tropika karena adanya lahan yang berbatu dan tunggul kayu.
1. Padang rumput alam a.1. Perlakuan Mekanis Di daerah-daerah kering dengan intensitas curah hujan yang tinggi, selama periode-periode yang pendek aliran permukaan dapat dikurangi secara efektif dengan membuat lubang-lubang kecil di dalam tanah dengan bor penggali tanah eccentric disk, terdiri atas cakram-cakram yang tersusun secara khusus. Lubang-lubang ini diharapkan mampu mengumpulkan aliran permukaan dan membantu tanah dalam menahan air.
1. Padang rumput alam ■ a. Pengendalian kesuburan tanah a.2. Pemupukan Jenis-jenis rumput penggembalaan yang lebih produktif memerlukan kesuburan tanah yang tinggi sehingga penggunaan pupuk-pupuk mineral dengan teratur perlu dilakukan untuk mempertahankan tingkat produksi HMT yang tinggi. Empat unsur hara utama yang diperlukan adalah nitrogen/N, fosfor/P, kalium/K dan kalsium/Ca, sedang unsur tambahan magnesium/Mg, sulfur/S, mangan/Mn, seng/Zn, kuprum/Cu, borium/Bo, molibdenum/Mo dan kobalt/Co mungkin defisien di daerah-daerah tertentu.
■ a. Pengendalian kesuburan tanah 1. Padang rumput alam ■ a. Pengendalian kesuburan tanah a.2. Pemupukan Unsur tambahan umumnya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan leguminosa. Kuprum/Cu (tembaga) diperlukan untuk reproduksi tanaman, seng/Zn untuk pertumbuhan vegetatif awal dan molibdenum/Mo untuk fiksasi nitrogen oleh bakteri Rhyzobium yang terdapat pada bintil-bintil akar leguminosa.
1. Padang rumput alam ■ a. Pengendalian kesuburan tanah a.2. Pemupukan Kebutuhan unsur-unsur utama di suatu padang penggembalaan yang telah terbentuk akan bervariasi sesuai penggunaan padang rumput. Sapi potong yang digembalakan mampu mengembalikan sebagian besar P dan K ke dalam tanah melalui urinenya, sedang sapi perah menyebabkan kehilangan unsur-unsur utama yang cukup besar.
■ a. Pengendalian kesuburan tanah 1. Padang rumput alam ■ a. Pengendalian kesuburan tanah a.2. Pemupukan Kalsium. Tanaman makanan ternak terutama leguminosa membutuhkan banyak kalsium atau kapur (Ca). Di daerah beriklim sedang, Ca umumnya digunakan untuk mencapai reaksi tanah yang optimal dibandingkan untuk mempertinggi produksinya. Jenis rumput-rumputan dan Trifolium sp. memerlukan reaksi tanah optimal pada pH 5.5 – 6.5. Ca juga menyebabkan kelekatan (flokulasi) fraksi liat dan memperbaiki struktur tanah serta mengurangi pengikatan P oleh Fe dan Al serta memperbesar aktivitas mikroba tanah yang menguntungkan bagi kesuburan tanah. Kelebihan unsur Ca dalam tanah akan menurunkan ketersedian unsur-unsur tambahan lain yang penting seperti Fe, Mn, Cu, Zn dan Bo.
1. Padang rumput alam ■ a. Pengendalian kesuburan tanah a.2. Pemupukan Kalsium. Di daerah tropika Ca lebih dianggap sebagai pupuk daripada sebagai pengatur reaksi tanah dan dosis yang tinggi mungkin akan berbahaya. Penggunaan kapur harus selalu berdasarkan kebutuhan percobaan di lapangan. Tanah-tanah tropika sering mempunyai kapasitas penyangga yang rendah sehingga penggunaan Ca dalam jumlah kecil dapat menyebabkan kenaikan pH yang tinggi.
1. Padang rumput alam ■ a. Pengendalian kesuburan tanah a.2. Pemupukan Nitrogen. Meski nitrogen (N) merupakan unsur hara penting untuk pertumbuhan HMT yang terus menerus, kecenderungan yang umum terjadi adalah lebih percaya pada kemampuan fiksasi bintil akar legum dalam mengikat unsur n bebas. Walaupun demikian, pupuk N diperlukan di daerah beiklim sedang untuk memperpanjang masa penggembalaan. Bila dilakukan pemupukan N, maka fosfat (P) dan kalium (K) harus diberikan pula. Percobaan di Bogor menunjukkan bahwa pemberian N sebanyak 300 kg per ha, P2O5 dan K2O masing-masing sebanyak 150 kg per ha pada tanah latosol akan meghasilkan produksi HMT dengan kadar bahan kering (BK) dan protein kasar (PK) yang tinggi. .
1. Padang rumput alam ■ a. Pengendalian kesuburan tanah a.2. Pemupukan Fosfat dan Kalium. Pada padang rumput campuran (rumput dan legum) yang menyediakan N asal ikatan bintil-bintil akar untuk rumput yang tumbuh bersamanya, kalium (K) dikembalikan melalui urine ternak. Pada padang rumput yang sudah terbentuk lama, penambahan K umumnya tidak diperlukan. Padang rumput di Inggris biasanya melakukan pemupukan 125 kg superfosfat per ha tiap tahun, di Selandia baru 187 kg per ha per tahun, meski telah dilakukan pemupukan berat pada awal penanaman HMT. Pemupukan K dengan dosis rendah namun dilakukan sekali atau dua kali setahun umumnya lebih efektif dibandingkan pemupukan dosis tinggi dengan interval yang lama.
■ a. Pengendalian kesuburan tanah 1. Padang rumput alam ■ a. Pengendalian kesuburan tanah a.2. Pemupukan Fosfat dan Kalium. Dosis P dan K yang digunakan untuk padang penggembalaan temporer adalah 19 kg P2O5 (94 kg superfosfat) dan 37.5 kg K2O (75 kg kalium fosfat) per hektar agar mencukupi kebutuhan HMT. Peningkatan dosis P akan mempertinggi kenaikan produksi dan kadar P hijauan. Beberapa penelitian membuktikan bahwa meningkatnya penyerapan K tanaman akan menurunkan penyerapan Ca, Mg, dan Na, bahkan ada gejala bahwa kadar K yang tinggi pada rumput adalah suatu faktor yang mempertinggi kejadian tetani rumput. Penurunan Mg dapat menyebabkan hypomagnesemia pada ternak. Disarankan agar K diberikan dalam jumlah minimum yang sesuai dengan total produksi HMT seraya mencegah penurunan cadangan K dalam tanah.
1. Padang rumput alam ■ a. Pengendalian kesuburan tanah a.2. Pemupukan Pupuk kandang padat dan cair. Pupuk kandang cair banyak digunakan pada beberapa padang penggembalaan di Eropah Barat Laut. Karena tanah miskin akan P dan kaya akan K, maka perlu diseimbangkan dengan penambahan superfosfat. Pemberian pupuk kandang cair dalam jumlah banyak pada pertumbuhan awal HMT dapat menyebabkan tetani rumput karena kelebihan K dan kekurangan Ca serta Mg. Pupuk kandang padat jarang digunakan, kecuali saat pembuatan padang penggembalaan dan di padang rumput permanen untuk produksi hay. Hasil penelitian di Selandia Baru menunjukkan bahwa pengembalian feces dan urine ke padang penggembalaan secara terpisah mampu menaikkan produksi padang rumput campuram berturut-turut 15% dan 18%, sedang pengembalian campuran kedua kotoran tersebut menaikkan produksi 32%.
a.3. Pencegahan dan Perbaikan Tanah Terhadap Erosi 1. Padang rumput alam ■ a. Pengendalian kesuburan tanah a.3. Pencegahan dan Perbaikan Tanah Terhadap Erosi ■ Penelitian lapangan yang telah dilakukan oleh Fakultas Peternakan IPB menunjukkan bahwa di banyak tempat padang rumput di Indonesia mengalami erosi. Banyak sekali faktor-faktor yang berkaitan dengan timbulnya gejala erosi. ■ Penanggulangannya dapat ditempuh melalui pemilihan dan pemanfaatan jenis-jenis rumput dan leguminosa tropika. Penggunaan ganda antara rumput-rumput yang tumbuh menjalar dicampur dengan rumput-rumput yang tumbuh vertikal diharapkan mampu melindungi tanah dengan baik. Bagaimanapun juga erosi harus ditanggulangi sehingga potensi padang rumput tidak mengalami kemunduran.
■ b. Pengendalian terhadap ternak 1. Padang rumput alam ■ b. Pengendalian terhadap ternak ■ Aktivitas ternak yang dibudidayakan di suatu padang rumput akan merupakan suatu mata rantai siklus yang merubah pertumbuhan awal/kembali HMT menjadi produk ternak yang nyata (riil). ■ Pada periode pertumbuhan awal atau kembali, terhadap padang penggembalaan dapat dilakukan perbaikan: renovasi (peremajaan), penyulaman (perbaikan vegetasi), perbaikan pagar dan tempat minum, pemangkasan (spotted grazing under graze), pemupukan atau pengawetan HMT.
1. Padang rumput alam ■ b. Pengendalian terhadap ternak ■ Sedang pada periode grazing dapat dilakukan pengaturan tekanan penggembalaan dan perlakuan lain terhadap ternak (cattle-treatments). Periode grazing harus lebih pendek dari periode istirahat sehingga defoliasi HMT dapat merata dan menghindari HMT yang sudah terenggut direnggut kembali. Di daerah tropika, penggembalaan rotasi 3 – 7 hari memerlukan masa istirahat 30 – 40 hari, tergantung musim saat itu. ■ Grazing bukan hanya berarti sekedar perenggutan HMT di padang penggembalaan namun banyak melibatkan interaksi dari akibat-akibat yang ditimbulkan oleh proses merumput tersebut. Seluruh interaksi ini harus dikendalikan agar padang penggembalaan tetap lestari
Pertumbuhan awal / kembali 1. Padang rumput alam ■ b. Pengendalian terhadap ternak ■ Grazing bukan hanya berarti sekedar perenggutan HMT di padang penggembalaan namun banyak melibatkan interaksi dari akibat-akibat yang diitimbulkan oleh proses merumput tersebut. Seluruh interaksi ini harus dikendalikan agar padang penggembalaan tetap lestari. Grazing Pertumbuhan awal / kembali
1. Padang rumput alam ■ b. Pengendalian terhadap ternak Bila suatu padang digembalai ternak, akan terjadi: ■ 1. HMT akan mengalami perenggutan ● Ternak akan memperoleh kebutuhan akan nutrisi untuk pertambahan bobot tubuh (BT). Terdapat hubungan pertumbuhan BT dengan tekanan penggembalaan (stocking rate). ● Pertumbuhan kembali HMT tergantung kepada interval dan intensitas defoliasi sehingga diharapkan dapat berjalan dengan baik tanpa ada hambatan (penetapan masa istirahat, komposisi botani). Bila defoliasi terlalu berat, pertumbuhan kembali akan terganggu dan komposisi jenis-jenis vegetasi yang tidak disukai ternak akan meningkat.
1. Padang rumput alam ■ b. Pengendalian terhadap ternak ■ 1. HMT akan mengalami perenggutan ● Merangsang pertumbuhan anakan HMT baru. ● Permukaan tanah padang penggembalaan akan menjadi lebih terbuka sehingga sinar matahari lebih leluasa sampai ke permukaan tanah, suhu permukaan tanah meningkat dan aerasi menjadi lebih baik. Hal ini dapat menguntungkan dan merugikan karena jenis-jenis HMT yang dikehendaki tumbuh cepat bersamaan benih gulma yang tumbuh.
■ b. Pengendalian terhadap ternak 1. Padang rumput alam ■ b. Pengendalian terhadap ternak PBT Ringan (undergraze) Optimum Berat (overgraze) PBT/satuan luas PBT/ekor Tekanan Penggembalaan (UT)
1. Padang rumput alam ■ b. Pengendalian terhadap ternak Tanah akan menjadi lebih padat karena pengaruh injakan Tanah akan mendapat tambahan feces dan urine Terjadi siklus parasit (ekso dan endoparasit seperti cacing dan caplak)
1. Padang rumput alam ■ b. Pengendalian terhadap ternak Untuk menilai produksi dan aspek pemeliharaan suatu padang penggembalaan alam, perlu diketahui perhitungan atas unit ternak (UT) yang nilainya menurut FAO (1974) adalah : Unta = 1.1 UT Kerbau, kuda = 1.0 Sapi Subtropika = 0.8 Sapi Tropika = 1.0 Babi = 0.2 Kambing, domba = 0.1
■ b. Pengendalian terhadap ternak 1. Padang rumput alam ■ b. Pengendalian terhadap ternak Ternak diasumsikan dewasa bila memperhitungkan daya tampung padang penggembalaan atau kebun hijauan makanan ternak. Misalnya daya tampung padang penggembalaan di Sulawesi Selatan 1 ha untuk 1 unit ternak tiap tahun, sedangkan di Nusa Tenggara Timur 3 ha untuk 1 UT tiap tahun. Di daerah irigasi intensif 1 ha tanah dapat untuk 1 - 3 UT bahkan 5 UT tiap tahun. Anak sapi biasanya = 0.25 UT Sapi umur 1 tahun = 0.34 UT Umur 2-2.5 tahun ♂ = 0.80 UT ; ♀ = 0.75 UT Umur 2.5-3.5 tahun = 0.90 UT > 3.5 tahun = 1.00 UT
1. Padang rumput alam ■ b. Pengendalian terhadap ternak Tekanan penggembalaan optimum (optimum stocking rate) merupakan pencerminan keseimbangan antara hijauan di padang rumput yang tersedia (on-offer) dengan jumlah unit ternak yang digembalakan kepadanya. Hal ini agar produksi HMT padang penggembalaan alam yang digembalai ternak terjaga kelestariannya dan mampu menghasilkan HMT yang terjamin kuantitas, kualitas serta kontinyuitasnya. Hijauan yang tersedia bernilai kuantitatif dan kualitatif serta jumlah ternak yang dilepas berkompetisi untuk memakan hijauan tersebut sehingga menentukan produksinya.
1. Padang rumput alam ■ b. Pengendalian terhadap ternak Hubungan antara tekanan penggembalaan dengan produksi ternak merupakan rumus hubungann antara dua persamaan : Y(ha) = a X – b X2 Y(t) = a – bX 1. Tekanan penggembalaan berupa produksi Y per Ha (kg) yang dapat dicapai 2. Berapa besar produksi Y (kg) tiap ternak
1. Padang rumput alam ■ b. Pengendalian terhadap ternak Dari suatu pencatatan penimbangan ternak yang dilaksanakan pada suatu padang rumput (duplo) terdapat rata-rata dari suatu masa penggembalaan sebagai berikut : 1 UT/ha mendapat kenaikan total bobot tubuh 225 kg, 2 UT/ha = 350 kg. Y(ha) = a X – b X 225 = a – b 350 = 2a – 4 b a = 275 b = 50 Y(ha) = 275 X – 50 X2 X = 2.75 UT/ha dan gain (pertambahan bobot tubuh) tiap ternak rata-rata sebesar 137.5 kg
Sistem Penggembalaan di Padang Rumput ■ 1. Penggembalaan terus-menerus (Continuos grazing) Sistim ini dilakukan dengan cara membiarkan ternak merumput pada tempat yang tetap dalam jangka waktu yang panjang (>6 bulan lalu dijual). Hal ini lazim dilaksanakan pada padang penggembalaan asli (alam) yang memiliki bentuk wilayah lahan sangat kompleks dan pemagaran menjadi tidak ekonomis. Stocking rate biasanya sangat rendah dan fluktuasi produksi sangat bervariasi tergantung musim (hujan dan kemarau). Penularan penyakit oleh parasit sangat besar terjadi pada sistim ini karena tidak adanya pemutusan siklus hidup vegetasi, terutama ternak yang dipelihara bersama dengan anak-anaknya. Selama musim hujan, ternak memperoleh cukup makanan namun terjadi grazing yang selektif sehingga terjadi ‘spotted grazing’. Di daerah tropika pada musim kemarau ternak kekurangan pakan sehingga pertumbuhannya menurun dan sering terjadi kesulitan pemasaran ternak.
Sistem Penggembalaan di Padang Rumput ■ 2. Penggembalaan bergilir (Rotational grazing) Penggembalaan bergilir merupakan sistim pemeliharaan HMT dan ternak yang intensif dan diterapkan pada padang penggembalaan alam yang kondisinya lebih baik dan disertai pemagaran. Sistim ini umumnya dilakukan pada padang penggembalaan (PP) yang telah diperbaiki kualitasnya (kultivasi total/parsial). PP dibagi-bagi menjadi beberapa petak (6 – 8 petak/paddock) dan secara sistimatis ternak berpindah dari satu petak ke petak lainnya. Sistim ini memungkinkan defoliasi terjadi dengan lebih merata dengan stocking rate yang besar dan dalam waktu singkat. Siklus parasit dapat terputus dan perbaikan kualitas HMT PP dapat dilakukan lebih leluasa. Petak dapat pula diberikan secara bergilir untuk sapi dan terakhir dimanfaatkan untuk domba (the best grazing).
Sistem Penggembalaan di Padang Rumput ■ 3. Penggembalaan anak induk (Flush grazing) Sistim penggembalaan ini banyak diterapkan untuk domba (di Sumba). Petak diberikan secara bergilir dari umur produksi muda sampai yang tua atau anak didahulukan masuk paddock, kemudian induk.
Sistem Penggembalaan di Padang Rumput ■ 4. Penggembalaan jalur (Strip/Ration grazing) Penggembalaan jalur merupakan sistim penggembalaan bergilir yang lebih intensif (ekstrim). Biasanya dilakukan pada PP yang sangat produktif dengan input HMT unggul yang cukup besar dan sering diterapkan untuk sapi perah. Disebut sangat intensif karena perpindahan kelompok ternak (termasuk dari bagian ke bagian lain) terjadi dalam tempo yang sangat singkat (sehari). Bahkan pada musim hujan tertentu dimana pertumbuhan kembali vegetasi sangat cepat, interval penggembalaan dapat beberapa kali dalam sehari. Ternak dipaksakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya selama sehari pada padang rumput campuran (misalnya dengan alfalfa atau legum lain). Penggembalaan sistim jalur ini dilakukan dengan menggunakan pagar yang dapat berpindah-pindah (movable-fence) dengan besar paddock yang disesuaikan dengan jumlah ternak. Setelah digembalai, pastura dipupuk agar cepat tumbuh kembali.
Sistem Penggembalaan di Padang Rumput ■ Rumus Voisin : ( y – 1 ) s = R dimana : s = lama digembalakan pada 1 petak y = jumlah petak (paddock) R = lama pastura diistirahatkan (untuk pertumbuhan kembali) Besarnya nilai s tergantung kepada sistim penggembalaan dan sifat vegetasi, sedangkan R tergantung pada iklim setempat.
2. Padang Rumput Buatan ■ Padang rumput buatan sebenarnya memiliki dua pengertian. Ia bisa berasal dari padang rumput alam untuk gembalaan ternak, namun padang rumput itu dibuat lebih intensif dengan introduksi beberapa spesies HMT unggul untuk meningkatkan kuantitas, kualitas dan kapasitas tampungnya. ■ Pada pengertian lain ia dapat berupa padang rumput permanen dengan jenis HMT unggul (pastura). Umumnya merupakan sistim pastura permanen dan rotasi jangka panjang (>10tahun). Pengelolaan padang rumput buatan ini dijelaskan lebih rinci pada Bab prinsip-prinsip budidaya hijauan makanan ternak (HMT) berikut.
■ Prinsip-prinsip Budidaya HMT 2. Padang Rumput Buatan ■ Prinsip-prinsip Budidaya HMT 1. Pemilihan jenis HMT Pakan yang diberikan kepada ternak harus dapat menyediakan beberapa zat makanan yang diperlukan, yaitu energi atau sumber tenaga, protein, vitamin dan mineral. Zat makanan utama yang dibutuhkannya adalah energi dan protein, zat-zat lainnya dapat diharapkan sudah terkandung di dalam bahan makanan utamanya atau ditambahkan dari luar. Oleh karena itu bahan makanan pokok makanan ternak ini dapat digolongkan sebagai sumber energi dan sumber protein. Tergolong sebagai sumber energi adalah rumput-rumputan karena kandungan energinya relatif tinggi walaupun juga mengandung protein sedangkan sumber protein adalah bangsa kacang-kacangan baik yang merambat, menjalar maupun yang berbentuk pohon dan perdu.
2. Padang Rumput Buatan Mutu bahan makanan ternak ditentukan oleh mudah tidaknya bahan tersebut dicernakan oleh pencernaan, kandungan zat gizi dan rasanya. Untuk jenis rumput, kacang-kacangan atau dedaunan makin muda umurnya makin tinggi daya cerna dan makin tinggi pula kandungan zat gizinya serta makin rendah kandungan zat kasarnya. Sebaliknya semakin tua rumput-rumputan atau kacang-kacangan maka semakin tinggi kandungan serat kasarnya dan rendah kandungan zat gizinya. Namun memberikan rumput yang terlalu muda ataupun terlalu tua tidaklah menguntungkan, karena jika terlalu muda pertumbuhan tanaman tersebut
2. Padang Rumput Buatan Mutu bahan makanan ternak ditentukan oleh mudah tidaknya bahan tersebut dicernakan oleh pencernaan, kandungan zat gizi dan rasanya. Untuk jenis rumput, kacang-kacangan atau dedaunan makin muda umurnya makin tinggi daya cerna dan makin tinggi pula kandungan zat gizinya serta makin rendah kandungan zat kasarnya. Sebaliknya semakin tua rumput-rumputan atau kacang-kacangan maka semakin tinggi kandungan serat kasarnya dan rendah kandungan zat gizinya. Namun memberikan rumput yang terlalu muda ataupun terlalu tua tidaklah menguntungkan, karena jika terlalu muda pertumbuhan tanaman tersebut belum optimal, juga jika dipotong atau digembalai ternak, maka pertumbuhan tanaman tersebut seterusnya akan terganggu.
mutunya sebagai makanan hijauan menurun. 2. Padang Rumput Buatan Saat yang baik atau optimal adalah ketika tanaman tersebut menjelang berbunga. Warnanya masih hijau, sedangkan kalau warna hijau mulai menghilang atau kecoklat-coklatan maka tanaman tersebut mulai menjadi tua dan mutunya sebagai makanan hijauan menurun. HMT pada pastura dapat dipilih yang paling sesuai baik spesies maupun varietasnya. Untuk daerah-daerah baru dibutuhkan uji adaptasi lebih dahulu sebelum satu atau beberapa spesies banyak ditanam. Uji adaptasi dapat mengetahui beberapa kombinasi keterangan seperti daya tumbuh, fase tumbuh vegetatif dan generatif, ragam dan dosis pupuk dan lain-lain. Keterangan-keterangan mengenai budidaya HMT di suatu daerah dapat pula menjadi suatu tolok ukur pemilihan suatu jenis HMT.
2. Padang Rumput Buatan Beberapa spesies rumput dapat dipilih sesuai kebutuhan. Pertimbangan pemilihan jenis HMT itu antara lain adalah : Iklim daerah dan keadaan lahan, baik kualitas fisik maupun kimia. Tidak semua jenis HMT dapat tumbuh dengan baik pada segala macam tanah dan iklim. Ada spesies yang dapat tumbuh pada tahan berpasir atau liat, ada pula yang tidak dapat tumbuh pada curah hujan yang tinggi. Pemilihan spesies dapat berpatokan pada Tabel 1.
2. Perbaikan lahan dan menahan erosi pada 2. Padang Rumput Buatan 2. Perbaikan lahan dan menahan erosi pada lahan yang miring. Untuk perbaikan lahan hendaknya dipilih spesies yang mampu menghasilkan banyak humus (bahan organik) sebab humus akan memperbaiki keadaan tanah yaitu meningkatkan kegemburan dan daya ikat/simpan air. Spesies legum harus mampu mengikat Nitrogen udara sebanyak-banyaknya. Untuk menahan erosi lahan diperlukan spesies khusus dengan perakaran luas, kuat dan dalam, kecepatan menutup tanah, lebat dan dalam, perkembang-biakan horisontal cepat. Beberapa sifat tumbuh rumput HMT sebagai pertimbangan pemilihan tertera pada Tabel 2.
Tabel 1. Beberapa spesies rumput padang penggembalaan/pastura tropika Lingkungan Nama Umum Spesies Keterangan (1) (2) (3) (4) Tropika Basah Gajah Pennisetum purpureum Raja/King-grass Pennisetum purpupoides Para Brachiaria mutica Di rawa-rawa Signal B. brizantha/B.ruzisiensis BD Brachiaria decumbens Pangola/DD Digitaria decumbens Stolon banyak Ischaemum aristatum Guinea Panicum maximum Jaragua Hyparrhenia rufa Bentuk kasar Molasses Melinis minutiflora Star grass Cynodon ulemvuensis Lahan kering Dicanthium caricosum Digitaria pentzii Baik untuk hay Setaria Setaria splendida
Daerah tergenang sementara Tabel 1. Sambungan Lingkungan Nama Umum Spesies Keterangan (1) (2) (3) (4) Daerah tergenang sementara Aleman Echinochloa polystachya Leersia hexandra Panicum repens Daerah kering Buffel Cenchrus ciliaris Rhodes Chloris gayana Andropogon gayanus Makari-kari Panicum coloratum Tahan kering Columbus Sorghum almum S a b i Urochloa mosambicensis Eragrotis currula Daerah pegunungan Setaria Nandi Setaria sphacelata Phalaris tuberosa Kikuyu Pennisetum clandestinum Dallis Paspalum dilatatum Bahia Paspalum notatum
Tabel 2. Kecepatan penutupan tanah rumput makanan ternak tropika No. Jenis HMT Penutupan Tanah Horisontal (%) Kerapatan tajuk relatif (%) Tinggi tanaman maksimal (m) Cara penutupan tanah (%) Cara tumbuh Cara penye baran 1. R.Mexico(Euchlaena mexicana) 1.0 1 1.2 2 2.0 3 6.0 4 6.5 5 - 30 50 80 3.25 rumpun vertikal vegetatif 2. R.gajah (Pennisetum purpureum) 0.2 0.3 0.5 1.6 3.6 35 60 2.75 3. Rumput benggala (Panicum maximum) 0.1 3.5 56 70 1.93 4. Rumput setaria (Setaria sphacelata) 9.0 9.5 12.0 30.0 40.0 65 78 1.50 stolon horisontal 5. Rumput paspalum (Paspalum notatum) 0.9 1.5 74.0 100.0 6. Rpt. BR (Brachiaria ruziziensis) 1.4 20.0 55.0 89.0 7. Rpt. BD (Brachiaria decumbens)
Keterangan : Jarak tanam rumput no.1 sampai no.3 = 60 x 60 cm Penutupan tanah horisontal = luas permukaan yang tertutup oleh rumput (No. 1 ad.4) maupun oleh stolon (No.5 ; 6 dan 7) Kerapatan tajuk relatif = jumlah daun per satuan luas dengan standar rumput B. decumbens. Pada umur 1 bulan Pada umur 6 bulan Pada umur 1 tahun Pada umur 2 tahun Pada umur 3 tahun Semua jenis mengalami pemotongan antara 40 – 60 hari sekali
3. Jenis rumput potongan (cut and carry) 2. Padang Rumput Buatan 3. Jenis rumput potongan (cut and carry) atau rumput gembalaan. Jenis rumput potongan umumnya tumbuh vertikal sedangkan rumput gembalaan tumbuh secara hamparan (horisontal) dengan sistim perakaran yang dalam dan kuat (tahan injakan). Bila ternak digembalakan pada padang rumput potongan yang tumbuh vertikal tinggi akan menyebabkan rebahnya tanaman itu terinjak oleh ternak. Sebaliknya, pemotongan tidak efisien dilakukan pada rumput yang membentuk hamparan (horisontal) karena luasnya padang rumput memerlukan biaya dan daya jelajah tinggi.
2. Padang Rumput Buatan 4. Jumlah dan kualitas disesuaikan kebutuhan jenis ternak yang dipelihara. Hendaknya spesies tanaman HMT yang disukai (palatable), nilai gizi tinggi (nutritious), produksi tinggi dan sesuai dengan ternak yang diusahakan. Rumput gajah disukai kambing, namun bila kambing digembalakan, rumput ini tidak sesuai karena tumbuhnya vertikal dan terlampau tinggi.
5. Intensif tidaknya sistim pengelolaan 2. Padang Rumput Buatan 5. Intensif tidaknya sistim pengelolaan padang rumput. Pertimbangan penggunaan peralatan mekanik seperti traktor atau manual memerlukan pemilihan spesies yang tepat sehingga mengefisienkan kerja mesin atau tenaga yang diperlukan dalam pengelolaannya. 6. Pada pertanaman campuran harus mampu hidup bersama (compatable). Ia harus memiliki respons dan palatabilitas yang sama terhadap pengelolaan yang sama.
Penentuan luas lahan dan perkiraan produksi ■ Perhitungan Produksi Tanaman rumput termasuk tanaman tahunan (parenial) sehingga pengukuran produksinya adalah komulatif dalam besaran berat per satuan luas dan waktu (setahun). Rumus perhitungan produksi rumput adalah sebagai berikut : Σ HH Σ HK Produksi setahun per satuan luas = --------- x Prod. H + --------- x Prod. K ∆ PH ∆ PK dimana : Σ HH = jumlah hari musim hujan Σ HK = jumlah hari musim kemarau ∆ PH = jarak hari antar pemotongan musim hujan ∆ PK = jarak hari antar pemotongan musim kemarau Prod. H = produksi musim hujan Prod. K = produksi musim kemarau
Penentuan luas lahan dan perkiraan produksi ■ Bila suatu hijauan mampu menghasilkan 100 ton/ha/tahun di daerah bermusim hujan selama 4 bulan dan kemarau selama 8 bulan. Produksi musim hujan = p sedang kemarau setengahnya (1/5 p). Bila interval pemotongan musim hujan dan kemarau masing-masing 4 dan 6 bulan, maka : 30 p + 20 p = 100.000 kg → p = 20.000 kg, yaitu nilai produksi komulatif sekali potong selama musim hujan dan = 10.000 kg pada musim kemarau. Dalam sehari, masing-masing musim akan memproduksi 500 kg dan 167 kg hijauan. Bila seekor sapi membutuhkan sekitar 40 kg hijauan sehari maka kondisi di atas dapat dipelihara rata-rata : (500+167)/40 : 2 = 8.3 ekor per ha. Penerapan uraian di atas membutuhkan minimum pengertian tentang iklim dan kesuburan tanah setempat serta jenis hijauan yang ditanam.
■ Pengolahan lahan dan Pemupukan Pengolahan lahan untuk tanaman hijauan unggul tidak berbeda dengan tanaman pertanian hortikultura. Perlakuan mekanis yang dilakukan umumnya adalah penggaruan ringan pada interval yang teratur.
■ Pengolahan lahan dan Pemupukan Beberapa aspek pengelolaan pastura adalah sebagai berikut : 1. Kadar protein kasar (PK) pada interval pemotongan pendek akan lebih tinggi daripada interval yang lebih panjang 2. Penambahan N relatif meningkatkan kadar PK pada interval pemotongan pendek. Pada interval 40 dan 60 hari, penambahan N tidak diikuti kenaikan kadar PK secara konsisten 3. Kenaikan produksi BK sejalan dengan peningkatan tambahan N. 4. Dosis 300 kg N/ha nampaknya merupakan dosis optimum untuk lokasi setempat, baik untuk produksi PK maupun BK. Dosis yang lebih, diduga kurang efektif karena kemungkinan faktor-faktor lain dalam keadaan minimum. 5. Inkonsistensi kenaikan PK pada interval 40 da 60 hari diduga karena rumput sudah tidak pada kondisi tumbuh sehingga pemanfaatan N kurang sempurna. Tetapi pemanfaatan N masih lebih baik pada interval 40 hari.
■ Pengolahan lahan dan Pemupukan Unsur hara sangat penting bagi pertumbuhan dan produksi hijauan. HMT memerlukan air dan beberapa unsur hara. Tanaman HMT dapat menyerap semua yang terdapat pada lingkungan tumbuhnya. Tetapi unsur yang esensial, yaitu unsur yang harus diserapnya agar tumbuh hanya 18 jenis, yaitu karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), fosfor (P), sulfur (S), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn), tembaga (Cu), molibdenum (Mo), boron (B), chlor (Cl), kobalt (Co) dan silikat (Si). Setiap unsur tersebut memegang peranan tertentu dalam pertumbuhan tanaman dan jika terdapat dalam jumlah yang tidak cukup mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan hasil berkurang. Unsur N, P, K, Ca, Mg dan S diperlukan dalam jumlah banyak sehingga disebut unsur makro. Sedangkan unsur-unsur Fe, Mn, Zn, Cu, B, Cl, Co dan Si disebut unsur hara mikro.
■ Pengolahan lahan dan Pemupukan Tanah tersusun dari empat komponen, yaitu mineral (±45%), udara (±25%), air (±25%) dan bahan organik (±5%). Susunan ini mencerminkan sifat fisik tanah yang baik sekali (ideal). Sifat fisik tanah merupakan salah satu faktor kesuburan. Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk menyediakan unsur-unsur hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang bagi pertumbuhan suatu tanaman tertentu, setelah faktor tumbuh yang lain seperti cahaya, air, temperatur, kemasaman tanah dan keadaan fisik tanah (tekstur, peredaran udara, drainase dan sebagainya) berada dalam keadaan memungkinkan (favorable).
■ Pengolahan lahan dan Pemupukan Kesuburan tanah merupakan faktor lingkungan dan disamping faktor genetik menentukan pertumbuhan tanaman. Tiap ton hijauan (rumput) rata-rata menyerap dari dalam tanah 9 kg N, 4.5 kg P2O5 dan 13.5 K2O dan kacang-kacangan (leguminosa) 36 kg N, 9 kg P2O5 dan 18 K2O. Berdasarkan data itu makan pada produksi 100 ton rumput akan menyerap 900 kg N, 450 kg P2O5 dan 1350 K2O atau ekivalen dengan pupuk sebesar 2 ton urea, 937 kg TSP dan 2600 kg kalsium sulfat (ZK). Produksi rumput raja (king grass) misalnya, bisa mencapai lebih 1000 ton/ha/tahun, sehingga memerlukan 10 kali kebutuhan hara itu. Angka ini secara teoritis sangat besar dan menanamkan pengertian bahwa apa yang terserap dari dalam tanah harus dikembalikan ke dalam tanah sehingga tidak terjadi pengurasan unsur hara tanah.
■ Pengolahan lahan dan Pemupukan Sumber hara bagi tanaman adalah tanah dan pupuk. Dikenal dua golongan pupuk yaitu pupuk alam dan pupuk buatan yang mempunyai sifat-sifat berbeda. Pupuk alam (organik) dihasilkan dari sisa tumbuh-tumbuhan dan binatang misalnya pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau. Pupuk alam mempunyai kandungan unsur hara yang rendah dan terutama dimanfaatkan untuk memperbaiki keadaan fisik tanah. Susunan rata-rata pupuk kandang berkisar antara 0.5% N, 0.25% P2O5 dan 0.5 K2O. Produksi setahun dan kandungan hara pupuk kandang dicantumkan pada Tabel 2. Termasuk pupuk organik adalah pupuk hijau leguminosa, emngandung 1.5-3.0 %N, 0.6% P2O5 dan sekitar 4% K2O per kg bahan kering (BK).
No. Jenis Produksi (ton) Air (%) Susunan Hara (%) N P2O5 K2O Tabel 3. Produksi setahun (1000 kg berat badan) dan susunan hara berbagai jenis pupuk kandang No. Jenis Produksi (ton) Air (%) Susunan Hara (%) N P2O5 K2O 1 Kuda 9 78 0.70 0.25 0.55 2 Sapi 14 86 0.60 1.15 0.45 3 Domba 6 69 0.95 0.35 1.00 4 Babi 15 87 0.50 5 Ayam 55 0.80 0.40
Rustica yellow (N+P+K) Tabel 4. Kandungan unsur hara serta sifat berbagai pupuk tunggal dan majemuk No. Jenis Pupuk Nama Pupuk Susunan Hara (%) Pelarut Pengaruh pada Tanah N P2O5 K2O 1. Nitrogen (N) Urea 45 - Air agak masam Amonium sulfat (ZA) 21 masam Amonium chlorida 24 Sendawa Chili 16 basa 2. Fosfat (P) Agrofos fosfat Cirebon 25 Asam keras agak basa Superfosfat tunggal (ES) 19 netral Superfosfat rangkap (DS) 28 Superfosfat trifel (TSP) 48 Fused-magnesium fosfat (FMP) Asam lemah 3. Kalium (K) Kalium sulfat (ZK) 52 Kalium chlorida Patenkali (KCl) 4. Amofes (N+P) 16 – 20 – 0 20 Agak masam 5. Rustica yellow (N+P+K) 15 – 15 – 15 15
■ Pengolahan lahan dan Pemupukan Dari Tabel 4. juga dapat dilihat reaksi pupuk terhadap tanah dan dibedakan antara pupuk masam yang dapat menurunkan pH tanah, pupuk netral yang tidak mengubah pH tanah dan pupuk basa yang dapat menaikkan pH tanah. Untuk mendapatkan hasil pemupukan yang optimum, selain harus diketahui kandungan unsur hara tanah, kebutuhan pupuk juga harus memperhatikan pH tanah, tekstur tanah dan sifat tanaman. Penyerapan unsur hara tanah umumnya optimum pada pH 6.5 sehingga biasanya koreksi perbaikan pH ditujukan ke arah mencapai pH netral tersebut. Pemberian kapur untuk menaikkan pH dilakukan 4 - 5 tahun sekali.
■ Pengolahan lahan dan Pemupukan Tekstur tanah mempengaruhi kemampuan tanah untuk mengurangi pencucian unsur hara. Tanah bertekstur sedang dan kasar harus lebih sering dipupuk dengan jumlah yang relatif sedikit. Sifat tanaman, selain dari jumlah unsur yang diangkut, perlu pula diperhatikan sistim peakarannya. Pupuk harus diberikan pada daerah perakaran yang aktif. Beberapa cara pemberian pupuk adalah disebar (broadcast), dalam jalur (band placement), dalam baris (in the row application), dan dibenam (top dressed atau side dressed). Cara penempatan dan pemberian pupuk ditentukan oleh beberapa hal, antara lain : efisiensi penggunaan pupuk oleh tanaman, menghindari kerusakan tanaman dan mudahnya bagi petani peternak.