Oleh: Nanda Febry Pembimbing : dr. Indri Lakhsmi Putri Sp BP-RE (KKF)

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Persentasi Sistem Indra Manusia bagian [Mata]
Advertisements

Unit 4 Sistem Indra Learning More Biology 3.
dr. Heri Wijanarko,M.Si Fakultas Farmasi USB
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN SISTEM PENGLIHATAN
STROKE.
Examination of the Extremities. PERHATIAN UMUM 1.Pasien tidak memakai pakaian atau baju panjang selama pemeriksaan 2.Beberapa bagian mungkin tidak dilakukan.
Posterior Interosseous Neuropathy: Electrodiagnostic Evaluation
Dr.Galuh Ramaningrum,Sp.A SMF Anak RS.Tugurejo
TRAUMA TUMPUL MATA Dr.SRI HANDAYANI MP,SpM BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
ALAT INDERA /SISTEM KOORDINASI/BIOLOGI XI IPA/SMAN 46
STROKE (CVD).
Uveitis Posterior.
OPTIK geometri.
Trauma Muskuloskeletal
Asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi hiv – aids
Patologi Umum.
COLABORATIVE LEARNING
DIABETES MELLITUS “The Best Prescription is Knowledge"
PENGKAJIAN OFTALMIK.
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENGINDERAAN
ORGANON VISUS PENGLIHAT.
Riwanti Estiasari, Darma Imran
DUNIA TERLIHAT INDAH JIKA KITA MELIHATNYA DENGAN MATA YANG SEHAT
KKPMT III 5 ICD-10 CHAPTER VII DISEASES OF THE EYE and ADNEXA
Sistem Indera Fungsi Indera : menanggapi rangsang dari luar tubuh (cahaya, suhu, tekanan, suara, sentuhan)
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PENGLIHATAN Ani Sutriningsih
By Sonianto Kuddi S.Pd, B.Sc
Kelainan pada sistem saraf
PENYAKIT GANGGUAN ALAT REPRODUKSI
PSSS. Kelainan Letak Bola Mata
RETINOBLASTOMA.
PRODI MIK, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
ASKEP ANAK DENGAN FEBRIS KONVULSI
5.
PENYAKIT MATA PERMASALAHAN KESEHATAN MASYARAKAT
PEMERIKSAAN PENUNJANG AREA BEDAH Tintin Sukartini, SKp, M.Kes, Dr. Kep.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN SISTEM PENGLIHATAN
Sindrom Guillain–Barré
SARAH KHAIRUNNISA ZHAFIRA RAMADHANI ALBINO.
SISTEM KOORDINASI MANUSIA
ALZHEIMER Aloysia Martha Dessy Nadia Ermelinda Soares Grace Ludji Leo
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FRAKTUR
MYASTHENIA GRAVIS.
Intraserebral Hematom
MULTIPLE SKLEROSIS.
Askep penglihatan Chandra.
TRAUMA KEPALA.
Carpal Tunnel Syndrome
OLEH : WITRI HASTUTI, S.Kep, Ns STIKES KARYA HUSADA SEMARANG 2008
Marlina Jaya Diputri G1A012009
Miyah Sofani Nisrina Budhyono
Kelainan pada sistem darah
ASKEP PADA PASIEN DENGAN GLUKOMA
HIDROSEFALUS Disampaikan Fitri Rivani Mufidaturrosydah
BAYI DENGAN TRAUMA ATAU JEJAS PERSALINAN
Nama Kelompok : Albert B M Alberthus Andre K Anthony David V G Edwin.
Kelainan Kongenital Mata
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI HIPERMETROPI ATAU RABUN DEKAT
Blindness (Gangguan Penglihatan)
Dr. Yusmardiati Apa itu TEKANAN DARAH TINGGI? Meningkatnya tekanan darah dalam jangka waktu lama dengan Tekanan darah lebih dari 120/80 mmHg. Meningkatnya.
STROKE (CVD).
Pemeriksaan fisik dan diagnostik maksilofasial
Anggota : 1. Muhammad Ikzan 2. L. M. Riswandi 3. Hasrianti 4. Reski Rahayu 5. Reski Wahyuni.
PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL
01 Minggu 5 Cerebral Palsy.
CEREVASKULER ATTACK (CVA)
Stroke Fira Azkiya ( ) Nur Rohmawati ( ) Qurrota Aini ( )
CHAIRANISA ANWAR, SST., MKM
OPTIK. Pembentukan Bayangan pada Cermin Sferis a. Cermin Cekung (Kankaf) Merupakan bagian kecil dari suatu lingkaran.
INDERA PENGELIHATAN ALAT INDERA /SISTEM KOORDINASI/BIOLOGI XI IPA/SMAN 46.
Transcript presentasi:

Oleh: Nanda Febry Pembimbing : dr. Indri Lakhsmi Putri Sp BP-RE (KKF) DIPLOPIA Oleh: Nanda Febry Pembimbing : dr. Indri Lakhsmi Putri Sp BP-RE (KKF)

Definisi Diplopia  satu objek identik yang digambarkan pada area retina yang berbeda sehingga terjadi perubahan pada arah visualnya dan terlihat dobel. Agarwal S. David. J. Apple; Textbook of Ophthalmology, vol 1; Jaypee brothers publishers, 2002. Agarwal S. David. J. Apple; Textbook of Ophthalmology, vol 1; Jaypee brothers publishers, 2002.

Patofisiologi Syarat terjadinya englihatan normal: Retina kedua mata menerima kedua gambaransecara simultan Fusi: saat kedua retina membuat impresi visual yang sama, yakni transmisi gambar-gambar identik ke otak, 2 gambar  retina akanbercampur menjadi persepsi tunggal Susunan syaraf pusat mampu menerima rangsangan yang datang dari kedua retina dan menyatukannya menjadi bayangan tunggal Sidharta,; Ilmu penyakit mata; Sagung seto; 2002 Sidharta,; Ilmu penyakit mata; Sagung seto; 2002

Klasifikasi Diplopia Monokuler Diplopia monokuler adalah penglihatan ganda yang timbul pada mata yang sakit saat mata yang lain ditutup Diplopia Pathological Monocular Binocular Physiological Diplopia Binokuler Diplopia binokuler adalah penglihatan ganda terjadi  bila melihat dengan kedua mata dan menghilang bila salah satu mata ditutup Agarwal S. David. J. Apple; Textbook of Ophthalmology, vol 1; Jaypee brothers publishers, 2002. Basic and clinical science course, Neuro ophthalmology; American academy of ophthalmology 2014-2015 Agarwal S. David. J. Apple; Textbook of Ophthalmology, vol 1; Jaypee brothers publishers, 2002. Basic and clinical science course, Neuro ophthalmology; American academy of ophthalmology 2014-2015

Etiologi Monocular diplopia Extra ocular  lensa kontak Ocular  - Astigmatism: suatu lengkungan. abnormal pada permukaan depan kornea - Keratoconus: suatu kondisi dimana kornea secara bertahap menjadi tipis dan berbentuk kerucut - Katarak: suatu kondisi dimana lensa secara bertahap menjadi keruh. - Dislokasi lensa. - Massa atau pembengkakan pada kelopak mata. - Gangguan Retina Basic and clinical science course, Neuro ophthalmology; American academy of ophthalmology 2014-2015 www.aao.org Basic and clinical science course, Neuro ophthalmology; American academy of ophthalmology 2014-2015 www.aao.org

Etiologi Binocular diplopia Strabismus: gangguan kesejajaran mata Kerusakan saraf yang mengontrol otot-otot ekstraokuler (infeksi, stroke, trauma kepala atau tumor otak) Infark mikrovaskuler pembuluh darah yang memperdarahi persarafan otot-otot mata. (diabetes, hipertensi atau penyakit lainnya yang dapat merusak pembuluh darah) Myasthenia gravis: penyakit neuro-muscular ini menyebabkan otot-otot mudah lelah dan lemah  menyerang neuromuscular junctions. Trauma pada otot-otot mata Basic and clinical science course, Neuro ophthalmology; American academy of ophthalmology 2014-2015 www.aao.org Basic and clinical science course, Neuro ophthalmology; American academy of ophthalmology 2014-2015 www.aao.org

Diagnosis Anamnesa: Tentukan apakar gejalanya monocular atau binokuler. Apakah menutup salah satu mata meredakan gejala, atau apakah diplopia tetap ada walaupun sudah menutup mata yang berbeda? Tentukan bagaimana perubahan arah pandangan mempengaruhi diplopia. apakah diplopia tetap sama pada 9 arah pandangan. Tentukan apakah fungsi motoris normal. Apakah kelopak pada posisi yang normal? Apakah respon pupil normal, dan simetris dengan pupil yang lain? Apakah ada riwayat trauma? Basic and clinical science course, Neuro ophthalmology; American academy of ophthalmology 2014-2015 www.aao.org Basic and clinical science course, Neuro ophthalmology; American academy of ophthalmology 2014-2015 www.aao.org

Diagnosis Pemeriksaan fisik: Inspeksi posisi kepala, mata, kelopak mata, orbita, dan wajah apakah simetris atau tidak. Palpasi orbita  adanya fraktur dan kelainan lain Basic and clinical science course, Neuro ophthalmology; American academy of ophthalmology 2014-2015 www.aao.org Basic and clinical science course, Neuro ophthalmology; American academy of ophthalmology 2014-2015 www.aao.org

Motility tests Cover tests Basic and clinical science course, Neuro ophthalmology; American academy of ophthalmology 2014-2015 www.aao.org

Diagnosis Pemeriksaan Penunjang: RO Skull CT Scan Basic and clinical science course, Neuro ophthalmology; American academy of ophthalmology 2014-2015 www.aao.org Basic and clinical science course, Neuro ophthalmology; American academy of ophthalmology 2014-2015 www.aao.org

Penanganan Non operative Operative management

Non operative correction Eye patch Medikamentosa  myasthenia gravis (Mestinon, kortikosteroid) Astigmatisma  rigid gas permeable lenses Katarak  myotic eye drops, pilocarpine Basic and clinical science course, Neuro ophthalmology; American academy of ophthalmology 2014-2015 Sidharta,; Ilmu penyakit mata; Sagung seto; 2002 Basic and clinical science course, Neuro ophthalmology; American academy of ophthalmology 2014-2015 www.aao.org

Operative correction The decision to perform open treatment or to observe is based on thorough clinical and radiographic (CT) evaluation. Deformity  deficite in the bone  malposition  Both D.J. David, Simpson. A; Craniomaxilofacial trauma; Churchill Livingstone, 1995 www.aofoundation.org D.J. David, Simpson. A; Craniomaxilofacial trauma; Churchill Livingstone, 1995 www.aofoundation.org

Operative correction Bone deficite                                                                                                           Operative correction Bone deficite The majority of cases require reconstruction of the orbital floor to support the globe position and restore the shape of the orbit as the bony walls are comminuted and/or bone fragments are missing. Reconstructing of the missing bone rather than reducing bone fragments can be achieved with different materials. D.J. David, Simpson. A; Craniomaxilofacial trauma; Churchill Livingstone, 1995 www.aofoundation.org Titanium mesh Bone graft D.J. David, Simpson. A; Craniomaxilofacial trauma; Churchill Livingstone, 1995 www.aofoundation.org

Operative correction Malposition orbitozygomatic Osteotomy pada: sutura frontozygoma Rima orbita inferior Buttress lateral Arcus zygoma D.J. David, Simpson. A; Craniomaxilofacial trauma; Churchill Livingstone, 1995 www.aofoundation.org D.J. David, Simpson. A; Craniomaxilofacial trauma; Churchill Livingstone, 1995 www.aofoundation.org

Translokasi orbita D.J. David, Simpson. A; Craniomaxilofacial trauma; Churchill Livingstone, 1995 www.aofoundation.org D.J. David, Simpson. A; Craniomaxilofacial trauma; Churchill Livingstone, 1995 www.aofoundation.org

Komplikasi Hematoma Infeksi  implanted materials (Plate, screws) Kompresi pada nervus opticus D.J. David, Simpson. A; Craniomaxilofacial trauma; Churchill Livingstone, 1995 www.aofoundation.org D.J. David, Simpson. A; Craniomaxilofacial trauma; Churchill Livingstone, 1995 www.aofoundation.org

Daftar Pustaka Agarwal S. David. J. Apple; Textbook of Ophthalmology, vol 1; Jaypee brothers publishers, 2002. Neil R miller, Walsh. F.B; Hoyt W.F; Clinical Neuro ophthalmology; Lippincott Williams and wilkins, 2005. D.J. David, Simpson. A; Craniomaxilofacial trauma; Churchill Livingstone, 1995 Basic and clinical science course, Neuro ophthalmology; American academy of ophthalmology 2014-2015 www.aao.org www.aofoundation.org Sidharta,; Ilmu penyakit mata; Sagung seto; 2002