Bahasa Manusia dan Pemerolehannya
Bahasa Pemerolehan Pembelajaran Tidak sengaja Dari lingkungan Pembelajaran Sengaja Proses belajar- mengajar Formal
Pemerolehan Bahasa Nurture (behaviorisme) Stimulus yang diikuti respon Ditentukan oleh lingkungan Piring kosong (tabula rasa) yang diisi Stimulus yang diikuti respon Proses pengulangan yang menimbulkan kebiasaan (tubian/drill) Nature (Nativisme) Piranti pemerolehan bahasa (Language Acquisition Device) Universal dan bekerja secara sama dengan bahasa apapun
Simpulan Kompromistis Sebagai Akhir dari Kontroversi Nurture dan Nature Nature diperlukan karena tanpa bekal kodrati, anak tidak akan dapat berbahasa. Nurture juga diperlukan karena tanpa adanya masukan dari sekeliling, piranti kodrati tersebut tidak akan bekerja.
Tahapan Pemerolehan Bahasa Ibu Penahapan tidak selalu paralel dengan usia Perkembangan tiap individu berbada tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya
1. Tahap Mendekut (cooing) Anak mengeluarkan bunyi yang tidak dapat di identifikasi sebagai fonem, cara artikulasinya tidak jelas, dan tidak bermakna. Antara 2 – 5 bulan
2. Tahap Meraban (babbling) Bunyi menyerupai fonem walaupun masih tercampur dengan bunyi tahap mendekut dan tidak bermakna. Bunyi yang berupa fonem atau menyerupai fonem [a] [w] [b] yang dikeluarkan berulang-ulang menjadi suara [wa wa wa] [ba ba ba]. 6 bulan ke atas
3. Tahap Satu Kata Ujaran yang berupa sebuah kata yang bermakna (didasarkan pada pemerolehan bahasa Inggris) Bahasa inggris banyak mempunyai kata-kata yang bermakna yang terdiri dari satu suku kata (eat, drink, sleep) Dengan argumentasi tersebut, tahapan ini lebih tepat disebut sebagai tahap satu suku.
Contoh dari anak indonesia: Ma Mama Mam Maem Mik Mimik 12 – 18 bulan
4. Tahap Dua Kata Ujaran yang terdiri dari dua kata Disebut sebagai tata bahasa ‘pivot grammar’ atau ‘terporos’ Ujaran dimulai dengan satu kata yang lebih dikenal, kemudian menambahkan satu kata lain.
Mama Maem Mimik Mama, minta maem. Mama sedang maem. Mama minta mimik. Mama sedang mimik.