SEKITAR PERSOALAN MENGHADAP KIBLAT DALAM SHALAT

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Kompetisi dalam Kebaikan
Advertisements

ASBAB AN-NUZUL Pengertian Asbab An-Nuzul
HADITS KEDUAPULUH DUA.
Arah Shalat Muslim seluruh Dunia
ARGUMEN FATWA MUI TENTANG ARAH KIBLAT
Shalat Jamak dan Qashar Shalat dalam Keadaan Darurat
PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH DAN SAHABAT
SUMBER HUKUM ISLAM Pengertian Hukum dan Sumber Hukum Islam
HADITS KEDUAPULUH LIMA
Wahyu tuhan, teks dan ijtihad akal manusia; aspek ushul dan Furu’ dalam Islam Muhlisin.
By: Muhammad sultan akbar, Wahyu arwim nurcahya Ahamad luthfi.
Kelompok 6, kelas Multimedia C: Nama: RYANSHAH AKBAR RADITYA IKA NUR KHASANAH SULISTIONO
Heraclius Kaisar Romawi Timur
Hukum Islam dan kontribusi Umat islam Indonesia
KETELADANAN RASULULLAH PERIODE MADINAH
Keteladanan Rasulullah Saw. DALAM MEMBINA UMAT PADA PERIODE MAKKAH
Flying-Book-9e21 Fahmi Basya
Persaudaraan Kaum Muhajirin dan Kaum Anshar
SUMBER HUKUM ISLAM & METODE BERIJTIHAD
Shalat Jum’at.
PENGERTIAN ISLAM DAN AJARANNYA
KEPEMILIKAN (AL-MILKIYAH) Bab 16, hlm.317
HUKUM SYARA’ (1).
SUMBER HUKUM ISLAM.
KONSEP AL-HAAKIM (PEMBUAT HUKUM).
Aspek Hukum Pendaftaran Tanah Wakaf
Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW Oni Elly Saputra
Al-Qur’an Kelompok 6.
Assalamualaikum Boss,…...
PEMBERIAN OLEH PENINGGAL WARISAN PADA WAKTU IA MASIH HIDUP (HIBAH)
I’tikaf dan Lailatul Qadar
Materi I AQIDAH Oleh: Ahmad Arif Rifan, SHI., MSI.
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM
KHutbah Jumat & Prinsip dakwah
Perjuangan Nabi Muhammad saw.
سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ
SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MADINAH
IMUNISASI MR.
BOROBUDUR (1) FAHMI BASYA
Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan
PERKEMBANGAN ISLAM AWAL
DASAR-DASAR FILOSOFIS PENDIDIKAN ISLAM: HAKIKAT KEBENARAN DAN PENGETAHUAN NILAI KEBAIKAN DAN KEINDAHAN Oleh: IDRUS : SYAPUANSYAH.
Kandungan Kalimat Syahadat (Madlulusy syahadah)
AZAS-AZAS HUKUM ISLAM.
CERDAS CERMAT
STUDI ISLAM III Ferizka emirza Ina setiadewi
By: Bayu,Rio,Derryl,Mowen
MENJELASKAN KETENTUAN – KETENTUAN SHALAT JUMAT
BAHAN AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
NASAKH MANSUKH Oleh : Asep Suryanto.
MENYALATKAN JENAZAH KELOMPOK 7.
By : 1. Rizal hartono 2.Muhammad fajar
Kelompok 2 Anne Dylan Deinar Jethro Revaldo Vincent
Eksplorasi ayat-ayat al-qur’an dengan ilmu
Wakaf dan Permasalahannya
Jam/Kompas/Tanda Jejak
Dosen Pengampu : Yuni Elpida S.Pdi.M.Pdi
Aspek Hukum Pendaftaran Tanah Wakaf
Tafsir Al Baqarah 2 :148 Anggota Kelompok 1 Firyal Maulia / 12
BOROBUDUR (1) FAHMI BASYA
PENDIDIKAN ISLAM HAJI DAN UMRAH TINGKATAN 4 IBADAT.
ZIARAH 1.Pengertian Yang dimaksud ziarah adalah berkunjung ke tempat-tempat suci atau tempat bersejarah di sekitar kota Madinah, Makkah dan tempat lain.
TAAT PADA ATURAN TAAT PADA ATURAN. QS. An – Nisa’ 4 : 59 Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara.
Oleh : Feri Moch. Suandi Pembimbing : Hidayat, M.T.
BAB VII Menjaga Sikap Istiqamah.
BAB 1 : AQIDAH – DEFINASI, KEPENTINGAN DAN SUMBER RUJUKAN
HUKUM DAN TUJUAN MEMPELAJARI ILMU TAUHID
BAB 5 : PEMBUKAAN KOTA MEKAH & KEWAFATAN RASULULLAH S.A.W.
Belajar Beribadah Sesuai Tuntunan Syariat Islam
Perjuangan Nabi di Kota Mekah dalam Menegakan Agama Islam Oleh : Felita Ulfa Fauziyyah Robiatul Adhawiyah.
Transcript presentasi:

SEKITAR PERSOALAN MENGHADAP KIBLAT DALAM SHALAT Arah kiblat pernah menjadi pembicaraan hangat kaum muslimin di Indonesia.  Pasalnya fatwa MUI No 3 tahun 2010 yang menyatakan bahwa arah kiblat umat Islam Indonesia ke arah barat mulai direvisi kembali pada fatwa MUI No 5 yang merubah redaksi menjadi arah barat laut.

ARAH KAJIAN Apa dasar hukum keharusan menghadap kiblat dalam shalat ? Apakah kewajiban menghadap kiblat itu berlaku bagi seluruh sholat atau hanya sholat tertentu saja ? Dan kiblat umat Islam Indonesia sebenarnya menghadap ke arah mana ? Pertanyaan-pertanyaan tersebut yang kita perbincangkan dalam kajian ini.

MAKNA KIBLAT Kiblat berasal dari bahasa Arab yaitu al- Qiblat yang berarti arah dimana manusia menghadap. Al Qiblat berasal dari al al Muqabalah dan al Istiqbal.  Dinamakan al Qiblat karena seorang yang melakukan sholat menghadap ke arahnya. ( Abu Hafsh Sirojuddin Umar, Tafsir al Lubab fi Ulumi al Kitab)

DASAR HUKUM قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ (144)

Artinya ; “ Sungguh kami telah melihat wajahmu ( Muhammad ) sering menengadah ke langit maka akan kupalingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi, maka hadapkanlah wajahmu kearah masjidil haram dan dimana saja kau berada hadapkanlah wajahmu kearah itu dan sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab itu tahu bahwa pemindahan kiblat itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka, dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan “  (QS.al- Baqarah: 144)

MEMAHAMI ARAH KIBLAT Kaitannya dengan “ menghadap kiblat “ perlu diperhatikan dengan seksama kata شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ dalam ayat di atas. Kata شَطْرَ memiliki dua macam arti yaitu al- ‘ain yang berarti tengah dari sesuatu dan al-jihhah yang berarti arah atau maksud. Sedang kata الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ memiliki empat penafsiran yaitu ka’bah, masjidil haram, kota Makkah dan tanah haram.

Opsi penafsiran kalimat شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ  عين الكعبة عين المسجد الحرام عين مكّة عين الحرام جهّة الكعبة جهّة المسجد الحرام جهّة مكّة جهّة الحرام

TANAH HARAM KOTA MAKKAH KA’BAH MASJIDIL HARAMN

BATAS-BATAS TANAH HARAM 1. Arah barat: Jalan Jeddah–Mekah, di Asy-Syumaisi (Hudaibiyah), yang berjarak 22 km dari Ka`bah. 2. Arah selatan: Di Idha`ah Liben (Idha`ah: tanah; Liben: nama bukit), jalan Yaman–Mekah dari arah Tihamah; ( YALAMLAM ) berjarak 12 km dari Ka`bah. 3. Arah timur: Di tepi Lembah `Uranah Barat, berjarak 15 km dari Ka`bah. 4. Arah timur laut: Jalan menuju Ji`ranah, dekat dengan daerah Syara`i Al-Mujahidin, berjarak 16 km dari Ka`bah. 5. Arah utara: Batasnya adalah Tan`im; berjarak 7 km dari Ka`bah. (Shafiyurahman Al-Mubarakfuri, Sejarah Mekah, hlm. 167)

486 ( bir ali ) 22 15 107 12

RAGAM PENDAPAT Keadaan Pertama : Orang yang sholat tersebut berada di depan Ka’bah atau mampu melihat Ka’bah secara langsung. Dalam keadaan seperti ini, maka dia harus menghadap langsung ke bangunan Ka’bah. Jika dia tidak menghadap kepada bangunan Ka’bah dan melenceng walaupun sedikit, maka sholatnya tidak sah.

ukuran panjang-lebar-tinggi Ka’bah : 13,16 m X 11,53 m X 12,03 m Panjang shaf melebhi panjang atau lebar ka’bah

RAGAM PENDAPAT Pendapat Pertama : bahwa orang yang tidak bisa melihat Ka’bah secara langsung, ia tetap harus menghadap ke bangunan Ka’bah, serta  tidak boleh melenceng sekitpun.  Ini adalah pendapat sebagian ulama . Pendapat Kedua : bagi orang yang berada jauh dari Makkah, cukup baginya menghadap ke arah ka’bah dan itu cukup dengan persangkaan kuatnya.  Ini adalah pendapat Mayoritas Ulama dari kalangan  Hanafiyah, Malikiyah dan Hanabilah. 2. وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ قِبْلَةٌ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ ِذَا أَتَيْتُمْ الْغَائِطَ فَلا تَسْتَقْبِلُوا الْقِبْلَةَ وَلا تَسْتَدْبِرُوهَا بِبَوْلٍ وَلا غَائِطٍ ، وَلَكِنْ شَرِّقُوا أَوْ غَرِّبُوا عن نافع أن عمر بن الخطاب قال (ما بين المشرق والمغرب قبلة إذا تُوُجِّه قِبَلَ البيت). وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ .

SIMPULAN Dari keterangan di atas, bisa kita simpulkan bahwa arah kiblat untuk penduduk Indonesia yang letaknya di sebelah timur Ka’bah adalah barat. Yang paling tepat adalah menghadap ke arah barat laut, tetapi jika melenceng sedikit sehingga menghadap barat lurus, selama masih arah barat, maka sholatnya dikatakan sah.

Dengan demikian, umat Islam Indonesia tidak perlu ribut dan tengkar dalam masalah ini, karena semuanya sah. Masjid-masjid yang sudah terlanjur menghadap barat atau melenceng sedikit tidak perlu dipugar, atau bahkan tidak perlu dimiringkan karpetnya, khususnya jika hal  itu akan menimbulkan fitnah di masyarakat. Dan perlu diketahui juga bahwa masjid-masjid besar dipastikan sebagian jama’ahnya tidak akan menghadap bangunan ka’bah secara yakin, karena bangunan Ka’bah lebih kecil dari masjid – masjid tersebut. Walaupun begitu tidak ada satupun ulama yang mengatakan sholat mereka batal. Kenapa kita mesti ribut. Wallahu A’lam