Pengantar Praktikum Biologi Perikanan Materi Pendahuluan Pengantar Praktikum Biologi Perikanan
Biologi Ikan Pertumbuhan Reproduksi Kebiasaan Makanan
Aspek Pertumbuhan Distribusi ukuran Hubungan panjang bobot Faktor kondisi
Distribusi ukuran Pengelompokkan ikan menjadi kelas-kelas ukuran tertentu yang bertujuan untuk memisahkan ikan yang memiliki ukuran yang hampir sama (kelompok umur yang sama). Dapat diketahui ukuran minimal, ukuran maksimal dan kelompok ukuran dengan persentase paling tinggi.
Hubungan panjang bobot Berat dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang, dirumuskan : W = a . Lb atau Log W = log a + b . Log L Y = a + b . X Keterangan : W = bobot ikan (gram) L = panjang total (mm) a = intercept, b = slope
Grafik W = a . Lb Log W = log a + b . Log L
Regresi hubungan panjang bobot Ikan ke- L (TL) W (Bobot) Log L (X) Log W(Y) (Log L)2 (Log W)2 Log L.Log W 1 2 3 4 5 6 ..... ∑ log L ∑ log W ∑ (Log L)2 ∑ (Log W)2 ∑Log L.Log W
Regresi hubungan panjang bobot 𝐥𝐨𝐠 𝐚= 𝐥𝐨𝐠 𝐖× ( 𝐥𝐨𝐠 𝐋 ) 𝟐 − 𝐥𝐨𝐠 𝐋 × ( 𝐥𝐨𝐠 𝐋× 𝐥𝐨𝐠 𝐖) 𝐍 × ( 𝐥𝐨𝐠 𝐋 ) 𝟐 − ( 𝐥𝐨𝐠 𝐋 ) 𝟐 𝐛 = 𝐥𝐨𝐠 𝐖 −(𝐍× 𝐥𝐨𝐠 𝐚) 𝐥𝐨𝐠 𝐋 𝐑 𝟐 = ( 𝐍)( 𝐥𝐨𝐠 𝐋.𝐥𝐨𝐠 𝐖)−( 𝐥𝐨𝐠 𝐋)( 𝐥𝐨𝐠 𝐖 ) 𝟐 [(𝐍( 𝐥𝐨𝐠 𝐋 𝟐 ) − 𝐥𝐨𝐠 𝐋 𝟐 ][(𝐍( 𝐥𝐨𝐠 𝐖 𝟐 ) − 𝐥𝐨𝐠 𝐖 𝟐 ]
Interpretasi nilai regresi Hubungan panjang bobot dapat dilihat dari nilai b (Effendi 2002) : Bila b = 3, hubungan yang terbentuk adalah isometrik (pertambahan panjang seimbang dengan pertambahan berat). Bila b ≠ 3 maka hubungan yang terbentuk adalah allometrik, dimana ; Bila b > 3 maka hubungan yang terbentuk adalah allometrik positif yaitu pertambahan berat gemuk. Bila b < 3, hubungan yang terbentuk adalah allometrik negatif yaitu pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat, menunjukkan keadaan ikan yang kurus. Menurut Carlander (1968) dalam Effendie (2002) nilai eksponen yang diketahui dari 398 populasi ikan berkisar antara 1,2 - 4,0 akan tetapi pada kebanyakan nilai b berkisar antara 2,4-3,5.
Faktor Kondisi Salah satu parameter pertumbuhan ialah faktor kondisi atau indeks ponderal dan sering disebut pula sebagai faktor K. Faktor kondisi menunjukkan keadaan ikan dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival (kelangsungan hidup) dan reproduksi. Faktor kondisi yang tinggi menunjukkan ikan dalam perkembangan gonad, sedangkan faktor kondisi rendah menunjukkan ikan kurang mendapat asupan makanan. Nilai K berkisar antara 2 – 4 apabila badan ikan gemuk. Ikan yang memiliki badan kurus harga K berkisar antara 1 – 3.
Faktor Kondisi 𝐊= 𝐖 𝐚 .𝐋 𝐛 Rumus : Keterangan : K = kaktor kondisi 𝐊= 𝐖 𝐚 .𝐋 𝐛 Keterangan : K = kaktor kondisi W = bobot ikan (gram) L = panjang total (mm) a = intercept, b = slope
Aspek Reproduksi Ciri seksual sekunder Rasio kelamin Tingkat kematangan gonad Indeks kematangan gonad Hepatosomatik Indeks Fekunditas Diameter telur Tingkat kematangan telur
Ciri seksual sekunder Sifat seksual sekunder merupakan tanda-tanda luar pada ikan yang digunakan untuk membedakan antara ikan jantan dan ikan betina. Sifat seksual sekunder terdiri dari ciri seksual dikromatisme dan ciri seksual dimorfisme. Ciri seksual dikromatisme yaitu pengamatan pada warna antara ikan jantan dan ikan betina. Ciri seksual dimorfisme yaitu sifat morfologi yang digunakan untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina.
Ciri seksual sekunder
Rasio Kelamin Ciri seksual primer ditandai dengan adanya testis pada ikan jantan dan ovarium pada ikan betina. Perbandingan rasio kelamin dinyatakan dalam bentuk persentase dan juga perbandingan yang digunakan untuk memahami sifat-sifat alamiah reproduksi.
Tingkat Kematangan Gonad Merupakan tahapan pada saat perkembangan gonad sebelum memijah. Tingkat kematangan gonad menurut Kesteven (Bagenal dan Braum, 1968) : Dara Dara berkembang Perkembangan 1 Perkembangan 2 Bunting Mijah Mijah/salin Salin Pulih salin Tingkat kematangan gonad menurut Effendie (1979) : TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V
Indeks Kematangan Gonad Suatu nilai dalam persen sebagai hasil perbandingan bobot gonad dengan bobot tubuh ikan dikalikan 100%. Rumusnya : 𝐈𝐊𝐆= 𝐁𝐨𝐛𝐨𝐭 𝐠𝐨𝐧𝐚𝐝 𝐁𝐨𝐛𝐨𝐭 𝐭𝐮𝐛𝐮𝐡 ×𝟏𝟎𝟎%
Hepatosomatik Indeks HSI merupakan perbandingan bobot hati dengan bobot tubuh ikan dikalikan 100%. Rumus : 𝐇𝐒𝐈= 𝐁𝐨𝐛𝐨𝐭 𝐡𝐚𝐭𝐢 𝐁𝐨𝐛𝐨𝐭 𝐭𝐮𝐛𝐮𝐡 ×𝟏𝟎𝟎%
Fekunditas Merupakan jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada waktu ikan memijah. Cara menghitung telur : cara menjumlah langsung, cara volumetrik , cara gravimetrik dan cara gabungan.
Cara Gravimetrik 𝐅= 𝑮 𝒈 ×𝐧 Berat gonad keseluruhan ditimbang -> G Membagi kedua gonad dalam 3 bagian (anterior A, tengah T, dan posterior, P) Menimbang berat sebagian gonad (6 bagian) -> g Menghitung jumlah telur pada sebagian gonad yang telah ditimbang tersebut -> n Menghitung fekunditas dengan memasukannya pada rumus : Keterangan : F = jumlah seluruh telur (butir) N = jumlah telur pada sebagian gonad (butir) G = bobot seluruh gonad (gram) g = bobot sebagian gonad (gram) 𝐅= 𝑮 𝒈 ×𝐧
Diameter Telur Diameter telur digunakan sebagai pertimbangan penentuan tingkat kematangan gonad. Diameter telur dihitung menggunakan rumus (Rodriquez et al. 1995) : 𝐃𝐬= 𝐃×𝐝 Keterangan : Ds = diameter telur sebenarnya (mm); D = diameter telur terbesar (mm); d = diameter telur terkecil (mm)
Tingkat Kematangan Telur Tingkat kematangan telur digunakan sebagai pertimbangan penentuan tingkat kematangan gonad. Pengamatan inti telur dilakukan dengan meneteskan larutan sierra pada telur-telur 𝐓𝐊𝐓 𝐟𝐚𝐬𝐞 𝐯𝐢𝐭𝐞𝐥𝐨𝐠𝐞𝐧𝐢𝐤= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑡𝑖 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖 ×𝟏𝟎𝟎% 𝐓𝐊𝐓 𝐟𝐚𝐬𝐞 𝐚𝐰𝐚𝐥 𝐦𝐚𝐭𝐚𝐧𝐠= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑡𝑖 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖 ×𝟏𝟎𝟎% 𝐓𝐊𝐓 𝐟𝐚𝐬𝐞 𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫 𝐦𝐚𝐭𝐚𝐧𝐠= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑡𝑖 𝑚𝑒𝑙𝑒𝑏𝑢𝑟 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖 ×𝟏𝟎𝟎%
Aspek Kebiasaan Makanan Indeks Bagian Terbesar (Index Preponderance) Indeks Ivlev (Index of Electivity) Tingkat Trofik Luas Relung Pakan Tumpang Tindih
Indeks Bagian Terbesar (Index Preponderance) Komposisi pakan dikategorikan kedalam 10 jenis yaitu: Fitoplankton, Zooplankton, Tumbuhan (bagian daun, batang, biji-bijan), Insekta, Cacing (annelida dan non-annelida), Moluska (bivalvia, gastropoda) Udang, Ikan (seluruh bagian termasuk sisik dan sirip), Fraksi Hewan (tidak teridentifikasi), Detritus. Indeks bagian terbesar adalah gabungan metode frekuensi kejadian dan volumetrik dengan rumus : Ii = 𝐕𝐢 𝐱 𝐎𝐢 𝐢=𝟏 𝐧 𝐕𝐢 𝐱 𝐎𝐢 𝐱 𝟏𝟎𝟎 Keterangan : Ii = Indeks Bagian Terbesar (Index of Preponderance) Vi = Persentase volume satu macam makanan Oi = Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan ∑(Vi x Oi) = Jumlah Vi x Oi dari semua jenis makanan
Indeks Ivlev (Index of Electivity) Indeks Ivlev merupakan perbandingan antara organisme pakan ikan yang terdapat dalam lambung dengan organisme pakan ikan yang terdapat dalam perairan. Nilai indeks ini berkisar antara -1 sampai +1 : Apabila 0<E<1 berarti pakan digemari, dan jika nilai -1<E<0 berarti pakan tersebut tidak digemari oleh ikan. Jika nilai E=0 berarti tidak ada seleksi oleh ikan terhadap pakannya 𝑬= 𝐫𝐢−𝐩𝐢 𝐫𝐢+𝐩𝐢 Keterangan : E = Indeks Ivlev (Index of Electivity) Ri = Jumlah relatif macam-macam organisme yang dimanfaatkan Pi = Jumlah relatif macam-macam organisme dalam perairan
Tingkat Trofik Tingkat trofik adalah urutan-urutan tingkat pemanfaatan makanan atau material dan energi seperti yang tergambarkan oleh rantai makanan. Kategori Tingkat Trofik : Apabila Tp = 2 maka ikan bersifat herbivora Apabila Tp = 2,5 maka ikan bersifat omnivora Apabila Tp = 3 maka ikan bersifat karnivora 𝑻𝒑=𝟏+ 𝑻𝒕𝒑 ×𝑰𝒊 𝟏𝟎𝟎 Keterangan : Tp = Tingkat trofik Ttp = Tingkat trofik pakan Ii = Indeks bagian terbesar pakan
Luas Relung Pakan Luas relung pakan menggambarkan proporsi jumlah jenis sumber daya makanan yang dimanfaatkan oleh suatu jenis ikan. Luas relung pakan dihitung menggunakan rumus standarisasi luas relung Levins. Nilai luas relung (Ba) diklasifikasikan sebagai berikut: Generalis (Ba>0,60) Moderat (0,40≥Ba≤0,60) Spesialis (Ba<0,40) 𝐁𝐀= 𝐁 𝐢 −𝟏 𝐧−𝟏 Keterangan: BA = Standardisasi luas relung Levins Bi = Luas relung Levins n = Jumlah seluruh sumber daya yang dimanfaatkan
Tumpang Tindih Pemanfaatan Pakan Tumpang tindih relung (niche overlap) terjadi jika terdapat dua atau lebih organisme yang memanfaatkan sumberdaya pakan yang sama. Perhitungan tumpang tindih pemanfaatan pakan menggunakan Schoener Index : Kriteria : nilai C<0,33 menunjukkan tumpang tindih rendah, 0,33≥C≤0,67 menunjukkan tumpang tindih sedang C>0,67 menunjukkan tumpang tindih tinggi 𝐂𝐱=𝟏− 𝟏 𝟐 (𝐏𝐱𝐢−𝐏𝐲𝐢) Keterangan : Cx = Schoener Index Pyi, Pxi = Proporsi jenis organisme makanan ke-i yang digunakan oleh 2 kelompok ikan ke-y dan kelompok ikan ke-x
TERIMA KASIH