Classical Conditioning (Pengkondisian Klasik) Teori Classical Conditioning diperkenalkan oleh Ivan Pavlov, ahli fisiolog dari Rusia. Teori ini tumbuh berdasarkan eksperimen untuk mengajari anjing mengeluarkan air liur sebagai respons terhadap bel yang berdering.
Teori Classical Conditioning dikenal juga sebagai teori belajar “learning by association” Classical conditioning merupakan kemampuan merespon stimulus baru berdasarkan pengalaman yang diperoleh secara berulang-ulang.
Dalam classical conditioning disebutkan bahwa apabila suatu stimulus yang mengakibatkan munculnya respon emosional diulang berkali-kali bersamaan dengan stimulus lain yang tidak memberikan respon emosional, maka pada akhirnya stimulus yang kedua juga akan memberikan respon emosional yang sama dengan stimulus pertama.
Operant Conditioning (Pengkondisian Operan) Operant Conditioning disebut juga “learning by consequences”. Operant conditioning adalah sebuah bentuk dari pembelajaran asosiatif di mana konsekuensi dari sebuah perilaku mengubah kemungkinan berulangnya perilaku (King, 2010 :356).
Operant Conditioning merupakan teori yang dikembangkan oleh Skinner. Skinner mengembangkan teori operant conditioning dengan menggunakan tikus sebagai percobaan. Menurut Skinner, suatu respon sesungguhnya juga menghasikan sejumlah konsekuensi yang nantinya akan mempengaruhi tingkah laku manusia.
Dalam operant conditioning, individu belajar mengenai hubungan antara sebuah perilaku dan konsekuensinya. Sebagai hasil dari hubungan asosiasi ini, setiap individu belajar untuk meningkatkan perilaku yang diikuti dengan pemberian ganjaran dan mengurangi perilaku yang diikuti dengan hukuman.
Classical Conditioning Vs Operant Conditioning Classical conditioning : asosiasi dua stimulus Operant Conditioning : Asosiasi stimulus (rangsangan) dan respon.
Penguatan Penguatan adalah proses belajar untuk meningkatkan kemungkinan dari sebuah perilaku dengan memberikan atau menghilangkan rangsangan.
Prinsip penguatan dibagi menjadi dua : 1.Penguatan positif 2.Penguatan negatif
Menurut Skinner : 1.Penguatan positif Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif berupa: hadiah (permen, kado, makanan, dll) perilaku (senyum, bertepuk tangan, mengacungkan jempol, dll) penghargaan (nilai A, Juara 1, dll)
2. Penguatan negatif Penguatan negatif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif berupa: menunda/tidak memberi penghargaan memberikan tugas tambahan menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll)
Penguatan positif Vs Penguatan negatif Perbedaannya terletak pada penghilangan dan penambahan stimulus yang sama-sama bertujuan untuk meningkatkan suatu perilaku yang baik. Penguatan Positif + Stimulus => Perilaku baik Penguatan Negatif – Stimulus => Perilaku baik
Hukuman Hukuman berasal dari kata punishment yang berarti law atau hukuman atau siksaan. Menurut istilah terdapat perbedaan berbagai pengetian yang disampaikan oleh para ahli antara lain : Punishment adalah usaha edukatif untuk memperbaiki dan mengerahkan siswa kearah yang benar, bukan praktek hukuman dan siksaan yang memasung kreatifitas (Malik Fadjar).
Menurut Roestyah, punishment adalah suatu perbuatan yang tidak menyenangkan dari orang yang lebih tinggi kedudukannya untuk pelanggaran dan kejahatan, bermaksud memperbaiki kesalahan. Punishment adalah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (guru, orang tua, dll) setelah terjadi pelanggaran, kejahatan atau kesalahan (M. Ngalim Purwanto).
Dalam teori Skinner hukuman dibagi menjadi dua yaitu : 1.Hukuman positif (positive punishment) 2.Hukuman negative (negative punishment)
1.Hukuman positif (positive punishment) Hukuman positif (positive punishment) adalah berkurangnya perilaku ketika diikuti dengan rangsangan yang tidak menyenangkan. Contoh : Seorang anak SD yang ketahuan menyontek oleh gurunya diberi hukuman dengan menyuruh untuk berdiri di depan kelas dengan mengangkat kaki satu dan tangannya memegang telinga secara menyilang.
2. Hukuman negatif (negative punishment) Hukuman negative (negative punishment) adalah berkurangnya perilaku ketika rangsangan positif dihilangkan atau diambil. Contoh : seorang anak yang tidak mau belajar maka uang sakunya akan dikurangi.
Penguatan negatif Vs Hukuman Penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku Hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku
Tahap Perkembangan Teori Behaviorisme (Tingkah Laku) Menurut teori tingkah laku, belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Tokoh-tokohnya teori behaviorisme antara lain : 1.Edward L. Thordike ( ) Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan.
2. Robert M. Gagne Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi- kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. 3. B.F. Skinner ( ) B.F. Skinner meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan (drill) dan latihan (exercise).
4. Ivan Petrovich Pavlov Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi kerena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi. Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. 5. David Ausubel Belajar menurut Ausubel adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Perubahan terjadi dalam kemampuan seseorang untuk bertingkah laku dan berbuat dalam situasi tertentu. 6. Baruda Baruda mengemukakan bahwa siswa belajar itu melalui meniru. Pengertian meniru di sini bukan berarti menyontek, tetapi meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang lain, terutama guru.