I Nyoman Semadi Subbag. Bedah Torakskardiovaskuler Bag.Ilmu Bedah FK UNUD/RSUP Denpasar
Pendahuluan Gangguan respirasi dapat berupa kelainan obstruksi atau restriksi. Salah satu problem respirasi atau bersamaan, dapat terjadi secara akut dan khronis perioperatif Faktor resiko gangguan respirasi dapat disebabkan berbagai faktor pencetus Manifestasi gangguan respirasi pada penderita memerlukan penanganan segera Intraoperatif dapat dikontrol, tapi pasca bedah menjadi problem yang sulit diatasi dan dapat menimbulkab gagal nafas dan kematian
Gangguan fisiologis pernafasan Kelainan paru obstruktif Ada hambatan pengosongan alveoli,sumbatan jalan nafas Misal: asthma, bronkhitis khronis, emphysema paru dan penyakit paru obstruktif khronis (PPOK). Pencetusnya: perokok, allergen, inflamasi bronkhus dan infeksi paru, kerusakan epitel bronkhus, rangsangan benda asing(instrumen), cuaca/ suhu dingin dll Penyempitan bronkhus wheezing Hypersekresi mukosa bronkhus dan tumor di proximal menyebabkan atelektasis Sering dijumpai
Kelainan paru restriksi Hambatan pengembangan paru Akibat faktor intrinsik ( didalam paru, penebalan/ fibrosis alveoli ) dan ekstrinsik (diluar paru, terjadi kelaian pada pleura dan dinding dada ) Misal: efusi pleura, obesitas, kehamilan, ascites, pasca reseksi paru, penyakit neuromuskuler, deformitas tulang belakang, defect dinding toraks, gangguan sistem saraf pusat dan perifer, neuromuscular junction dan muskuloskeletal menyebabkan gangguan pengembangan paru dan terjadi penurunan volume paru Neuropathi perifer sedikit berpengaruh kec. Guillan Barre sindrom
Test fungsi paru FEV-1 : forced expiratory volume in one second FVC : forced vital capacity Nilai FEV-1/FVC predicted % : normal <75 % : obstruksi ringan <60% : obsturksi sedang <50% : obstruksi berat
Nilai klinis FEV-1/FVC Nilai FCV > 75% predicted : normal 60 – 75 % predicted : restrictif ringan 50 – 60% predicted : restrictif sedang < 50% predicted : retrictif berat Airway Obstruksi Restrictive Lung Disease Neuromuscolar weakness FEV- 1Menurun FVCNormalMenurun FEV-1/FVCMenurunNormalnormal
Preoperatif assessment Tinjau ulang hasil pada rekam medis Anamnesa dan riwayat penyakit Keluhan dyspnea Derajat 0 : tidak dyspnea berjalan normal Derajat 1 : mampu berjalan jauh, waktu tidak mengikat Derajat 2 : berhenti berjalan setelah 1-2 blok Derajat 3 : dyspnea pada aktifitas sehari hari Derajat 4 : dyspnea saat istirahat Toleransi lain untuk pembedahan
Pemeriksaan fisik Tehnik : look, listen dan feel Laboratorium Pemeriksaan darah rutin dilakukan Pemeriksaan lain bila ada indikasi Analisa gas darah (segera, petunjuk akut dan khronis) Rontgen torak Selektif pada kelainan paru, kardiovaskuler, usia diatas 60 tahun, operasi besar, foto sudah lama (> 12 bulan )
Tes fungsi paru Dengan spirometri (jenis, berat dan reversibelitas ) Diindikasikan pada penderita penyakit paru yang berdampak (ggn pernafasan )saat pembedahan Menentukan resiko pasca bedah PemeriksaanResiko SedangResiko Berat FVC< 50 % predicted< 15cc/kg FEV – 1< 2 liter< 1 liter FEV – 1 / FVC< 70 % predicted< 35% predicted
Pengelolaan preoperatif Kelainan obstruksi Tentukan reversibilitas Terapi first line: agonis beta 2 ( albuterol dengan nebulizer ) Berikan beta bloker yang tidak bronkhospasme (atenolol,esmolol ) Anticholinergic diberikan terutama bagi perokok Kortikosteroid ( mekanisme belum jelas ):hydrocortison dan methylprednisolon Terapi second line: theophylline dan atau sympathomimetik agent Berhenti merokok Penurunan berat badan Nutrisi baik dengan elektrolit normal Komunikasi dan edukasi Fisioterapi dada(cegah retensi sputum )
Berhenti merokok BerhentiManfaat 12 – 24 jamPenurunan kadar CO dan nikotin 48 – 72 jamKadar CO-Hb normal, fungsi cilia membaik 1 – 2 MingguProduksi sputum menurun 4 – 6 mingguMemperbaiki fungsi paru 8 – 12 mingguMorbiditas post-operatif menurun
Kelainan restriksi Bersifat reversible dan non reversible Hati hati pengembangan paru acut menyebabkan acute lung oedema Penurunan berat badan Gizi yang baik elektrolit normal Komunikasi dan edukasi Fisioterapi dada (pstural drainage,
Pengelolaan intraoperatif Kelainan obstruksi Pemilihan anaesthesia Anaesthesia umum Pemakaian laryngeal mask Pemberian ulang agonis beta blocker Pemberian sympathomimetik ( utama) mis Albuterol inhalasi mikro Analgetik narkotik Pelemas otot Intubasi
Kelainan penurunan volume Anasthesia dibawah th X Naikkan volume tidal, PEEP Hati hati pemberian pelemas otot pada penyakit neuromuskuler dan deformitas dada Gagal ventilasi Terjadi hypoxia dan hypercapnea Hindari obat depresan Nafas kendali (kontrol) Analgetik NSAID dan Narkotik, Hati hati ketorolak
Manifestasi klinis pasca bedah dengan problema paru Kelainan obstruksi ? Kelainan restriksi ? Komplikasi akibat kelainan diatas mohon dicari di internet/buku
Pengelolaan pasca bedah Kelainan obstruksi Bronkhodilator aerosol dilanjutkan Kombinasi obat inhalasi Penurunan volume paru karena penurunan ventilasi alveolar Edema paru karena peningkatan tek hidrostatik kapiler, penurunan tek hidrostatik jaringan dan peningkatan permiabilitas kapiler Latihan nafas dalam Insentif spirometri Analgetika adequat (narkotik, epidural, interkostal blok )
Posisi penderita ( duduk ) untuk menghidari komplikasi pneumonia Rehab. Medis Latihan batuk, vibrasi, massage, perkusi, clapping Latihan umum ( general exercise ), latihan tonus dan strength
Penutup Gangguan pernafasan perioperatif Obstruksi Restriksi Penurunan volume paru Kelainan vaskuler paru Penanganan pada preoperatif, intraoperatif dan postoperatif Persepsi nilai harus sama diantara anggota team (ahli bedah, ahli anastesi, ahli paru ) dan managemen harus disesuaikan dengan kompetensi Ahli rehabilitasi medis diperlukan sejak preoperasi sampai selesai
Selamat belajar dan sampai jumpa