PRESENTASI KASUS Anthony Hadi Wibowo( ) Andrew Kencana( ) Giovani Anggasta( ) Lia Pamungkas( ) Martha Regisna Silalahi( ) Dokter Pembimbing : dr. Carlamia H. Lusikooy, Sp.KJ dr. Imelda Indriyani, Sp.KJ
IDENTITAS PASIEN Nama: Sdr. AJ Usia: 16 tahun Jenis kelamin: Laki-laki Agama: Islam Pendidikan: SMA kelas 3 Suku bangsa: Cirebon Alamat: Cilandak Barat, Jakarta Selatan Status perkawinan: Belum Kawin Pekerjaan: Pelajar
RIWAYAT PSIKIATRI Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 15 September 2015 jam WIB dan alloanamnesis dengan ibu pasien tanggal 21 September WIB.
KELUHAN UTAMA Pasien datang ke RSKO dibawa oleh ibunya karena kembali menggunakan ganja.
RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG Menurut pasien dirinya dibawa ke ruang detoksifikasi Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta pada malam hari tanggal 10 September 2015 dalam keadaan tidak sadar. Pasien mengatakan dirinya tidak sadar karena diberikan obat penenang dari ibunya melalui perawat yang merawat luka patah kakinya akibat kecelakaan pada Desember 2014 lalu.
Pasien mengatakan hal itu dilakukan oleh ibunya karena menolak dibawa ke RSKO karena ketahuan masih menggunakan ganja 1 minggu sebelum wawancara. Ibu pasien mengetahui dari linting ganja yang ditemukan di asbak rumahnya.
Setibanya di RSKO, pasien sadar dan mengamuk-ngamuk karena merasa dimasukkan secara paksa tanpa sepengetahuannya. Pasien mengamuk selama 4 hari hingga hari Minggu. Pasien tidak merasakan demam, nyeri badan, sakit kepala, mual – muntah, kram pada perut, namun pasien merasakan cemas sehingga sulit untuk tidur.
Pasien mengatakan rutin mengkonsumsi ganja sebanyak 2 kali dalam seminggu, yaitu sebanyak 2-3 linting ganja dengan cara dibakar. Pasien mengatakan biasa menggunakan ganja bersama teman-temannya sebanyak 5-6 orang yang dibeli seharga lima puluh ribu rupiah per linting dengan cara patungan menggunakan uang jajannya atau dibayar oleh teman- temannya.
Pasien merasa tenang dan bahagia setelah menggunakan ganja. Pasien juga merasa lebih mudah mengantuk dan mudah beristirahat setelah menggunakan ganja. Namun setelah bangun tidur dan beraktivitas kembali, pasien merasa seperti biasa lagi. Pasien menyangkal ketergantungan, merasa gelisah, tidak nyaman ataupun tidak bisa beraktivitas. Pasien mengatakan terakhir kali menggunakan ganja 1 minggu sebelum wawancara.
Awalnya pasien menggunakan ganja pertama kali kelas 3 Sekolah Menengah Pertama (SMP) karena penasaran dan ingin coba-coba dan melihat teman-teman sepergaulannya di sekolah, namun sekarang menjadi rutin setiap minggunya. Pasien menyangkal ketagihan ganja dan hanya menggunakan bila sedang bersama teman-teman atau saat ada masalah saja.
Sebelum menggunakan ganja, pasien merokok dan alkohol sejak kelas 2 SMP karena dipaksa oleh kakak kelasnya. Pasien mengatakan di keluarganya tidak ada larangan untuk merokok, sehingga sampai saat ini tetap rutin merokok sebanyak 2 bungkus/hari.
Pada Juni 2014 pasien mengatakan pernah dirawat di ruang detoksifikasi RSKO karena ketahuan ibunya melihat linting ganja di asbak rokok kamarnya. Pasien dibawa dengan cara “digrebek” di rumah oleh tim RSKO yang bekerjasama dengan ibu pasien untuk melakukan intervensi. Pasien mengatakan hanya dirawat selama 1 minggu dan meminta pulang paksa dengan alasan tidak nyaman dan bosan tinggal di ruang detoksifikasi.
Dua minggu setelah kepulangan pasien dari ruang detoksifikasi, pasien mengatakan menggunakan ganja lagi dengan alasan ingin merasakan ketenangan karena sering dimarahi oleh guru ataupun ibunya.
Pasien mengatakan sudah pernah mencoba untuk melepaskan diri dari ganja dan menolak ajakan teman-temannya untuk menggunakan ganja kembali. Namun ketika dibujuk oleh teman – temannya, pasien merasa tidak enak dan kembali menggunakan ganja.
Saat wawancara dilakukan, pasien mengatakan menyesal sekali dengan perbuatannya yang mengecewakan ibunya sehingga pasien ingin berubah demi ibu dan cita-citanya. Namun dirinya menolak untuk menjalani rehabilitasi dengan alasan akan merasa bosan dan tidak mau disuruh bekerja karena kaki kirinya yang pernah patah.
Sedangkan menurut cerita ibu pasien yang didapatkan saat wawancara, pasien pertama kali ketahuan menggunakan ganja sejak kelas 3 SMP yang diketahui dari razia handphone di sekolah sehingga pasien di drop out (DO) dan pindah ke Cirebon untuk menyelesaikan pendidikan SMP.
Lalu pasien melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Jakarta. Pasien bertemu dengan teman – teman lamanya di SMP dan kembali menggunakan ganja sehingga mengganggu proses belajar dan pasien tinggal kelas.
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien menggunakan ganja setiap hari sehingga sering menjual barang – barang pribadi, walaupun telah mendapatkan uang jajan sebesar tiga ratus ribu rupiah setiap minggunya. Karena perilaku pasien yang sering memaksa dan membuat ibu pasien merasa terganggu, maka pasien dibawa oleh ibunya ke RSKO dengan cara intervensi pada Juni 2014.
Pasien hanya dirawat selama 1 minggu di ruang detoksifikasi RSKO dengan alasan pulang paksa oleh pihak keluarga pasien karena dianggap tidak manusiawi dengan perjanjian tidak akan menggunakan ganja lagi.
Dua minggu yang lalu, ibu pasien menemukan ganja di bawah tempat tidur pasien sehingga ibu pasien berkonsultasi dengan dokter psikiatri di RSKO untuk bekerja sama membawa pasien ke RSKO dengan obat penenang.
RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA Gangguan psikiatrik Pasien mengatakan tidak pernah mengalami keluhan - keluhan seperti berhalusinasi, berbicara sendiri, mendengar suara-suara bisikan yang tidak terlihat wujudnya, berdiam diri sendirian, menangis terus-terusan, mudah cemas, selalu menyalahkan diri sendiri, tidak punya semangat hidup, dan tidak memiliki rencana bunuh diri. Pasien juga menyangkal pernah didiagnosa mempunyai penyakit yang berhubungan dengan kelainan jiwa.
Riwayat gangguan medik Pasien mengalami kecelakaan motor pada bulan Desember 2014, yang menyebabkan kaki kirinya patah dan sudah dilakukan operasi. Saat wawancara dilakukan pasien mengatakan masih rutin dilakukan perawatan luka di RSKO oleh perawat ruang detoksifikasi. Saat kejadian pasien mengatakan sadar dan menyangkal mengalami trauma kepala. Pasien juga menyangkal pernah mengalami trauma kepala sebelumnya atau penyakit lainnya.
Riwayat penggunaan zat psikoaktif Pasien pertama kali menggunakan rokok pada waktu kelas 2 SMP karena dipaksa oleh kakak kelasnya. Pasien mengatakan rutin merokok 2 bungkus/hari. Pasien juga mengatakan merasa sulit berpikir bila tidak merokok.
Pasien juga mengkonsumsi alkohol karena diajak teman-temannya pertama kali saat kelas 2 SMP. Pasien rutin minum alkohol setiap 2x/minggu sebanyak 1-2 kaleng bir setiap kali minum. Pasien mengatakan merasa bahagia setiap kali minum-minuman beralkohol. Pasien tidak merasakan keluhan apapun ketika tidak mengkonsumsi alkohol.
Pasien pertama kali menggunakan ganja yang didapatkan dari teman - temannya saat duduk di bangku kelas 3 SMP. Alasan pertama kali menggunakan adalah rasa penasaran dan ingin coba-coba. Pasien menjadi rutin menggunakan ganja 2x/minggu sebanyak 2-3 linting setiap kali pemakaian dengan cara dibakar.
Pasien mengatakan saat menggunakan ganja merasa tenang, bahagia, mengantuk dan mudah untuk istirahat. Setelah penggunaan, pasien menyangkal adanya rasa gelisah, tidak nyaman, dan tidak mampu beraktivitas. Pasien juga menyangkal ketagihan menggunakan ganja. Pasien menggunakan ganja hanya pada saat berkumpul dengan teman-teman atau bila ada masalah.
RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA
RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI Riwayat perkembangan fisik Pasien lahir di Cirebon dalam keadaan sehat dan tidak ada kelainan bawaan. Pasien tumbuh dan berkembang sesuai dengan anak seusianya. Berat badan sebelum menggunakan ganja 50 kg, setelah menggunakan ganja menjadi 40 kg. Selama perawatan di detoksifikasi pasien mengatakan berat badannya naik lagi menjadi 47 kg.
Riwayat perkembangan kepribadian ▫Masa kanak-kanak (0-11 tahun) Pasien menghabiskan masa kanak-kanaknya di Jakarta bersama kedua orangtuanya. Pasien mendapat kasih sayang yang cukup dari kedua orangtuanya. Pada saat pasien duduk di bangku kelas 3 Sekolah Dasar (SD) kedua orangtuanya bercerai dan pasien memilih untuk tinggal bersama ibunya.
Sebelumnya ibu pasien tidak bekerja (ibu rumah tangga), namun sejak bercerai ibunya bekerja sebagai wiraswasta yaitu membuka usaha salon, sehingga waktu kebersamaan dengan ibunya berkurang dan pasien sehari- harinya diasuh oleh pembantunya. Pasien mengatakan bertemu ayahnya sekali dalam seminggu.
▫Masa remaja (12-18 tahun) Pada saat SMP, pasien mengatakan pandai bergaul dan memiliki banyak teman. Pasien mengatakan dirinya adalah orang yang tidak bisa menolak ajakan teman dan selalu mengutamakan kepentingan teman-temannya dibandingkan dirinya. Pasien juga pernah berkelahi dan tawuran yang dilakukan atas ajakan teman-temannya.
▫Masa dewasa ( > 18 tahun) Pasien belum mencapai masa dewasa.
Riwayat pendidikan SD: Pasien pernah mendapatkan peringkat, tidak pernah tinggal kelas. Tamat. SMP: Pasien tidak pernah mendapatkan peringkat, tidak pernah tinggal kelas, namun pernah di DO dari sekolah karena ketahuan membawa ganja, sehingga pindah sekolah SMP di Cirebon. Tamat.
SMA : Pasien tidak pernah mendapatkan peringkat, pernah tinggal kelas satu kali saat kelas 1 SMA di SMA 46. Pasien juga pernah pindah sekolah ke SMA 82 karena tinggal kelas selama 1 semester, kemudian kembali ke SMA 46 mengulang dari kelas 1 SMA sampai kelas 3 SMA. Pada saat kelas 3 SMA pasien di DO kembali karena membawa ganja ke sekolah dan pindah ke SMA Thamrin.
Riwayat pekerjaan ▫Pasien belum bekerja Kehidupan beragama ▫Sebelum menggunakan ganja rajin menunaikan ibadah sholat ▫Sejak menggunakan ganja tidak pernah sholat karena malas ▫Saat wawancara mulai ada keinginan kembali untuk sholat, meskipun belum sepenuhnya 5 waktu
Riwayat kehidupan sosial dan perkawinan ▫Mudah bergaul dan cenderung mengutamakan teman- temannya dibanding dirinya sendiri atau keluarganya ▫Sulit menolak ajakan teman-temannya dalam bentuk apapun termasuk menggunakan ganja ▫Pasien belum menikah ▫Tidak sedang memiliki hubungan khusus (pacaran) dengan perempuan ▫Pasien juga menyangkal pernah melakukan hubungan seksual dengan pacar sebelumnya atau perempuan lain
RIWAYAT KELUARGA Pasien merupakan anak tunggal. Ayahnya masih hidup dan menurut pasien ayahnya tinggal di Cirebon dan ibunya di Jakarta serumah dengannya. Orangtuanya bercerai tahun 2006 pada saat pasien berusia 8 tahun dan sedang duduk di kelas 3 SD. Saat ini ayahnya sudah menikah lagi namun belum mempunyai anak lagi dan ibunya sedang menjalani hubungan khusus (pacar) dengan seorang lelaki berkebangsaan Jerman.
RIWAYAT KELUARGA Pasien memilih tinggal bersama ibunya dan diasuh oleh pembantunya karena kesibukan ibunya mencari nafkah. Menurut ibunya, pasien sering dipukuli oleh ayahnya. Pasien mengatakan ia rutin bertemu ayahnya setiap bulan di Cirebon. Namun menurut pengakuan ibunya, ayah pasien tinggal di daerah Tomang, kota Jakarta, sedangkan yang berada di Cirebon adalah pamannya dan pasien tidak mau bertemu ayahnya.
Tidak didapatkan adanya riwayat gangguan jiwa dalam keluarganya dari autoanamnesis. Namun didapatkan riwayat penggunaan rokok oleh ayahnya dan dirinya.
SITUASI KEHIDUPAN SOSIAL SEKARANG Pasien merasa menyesal telah menggunakan ganja. Selama menjalani detoksifikasi pasien bisa bersosialisasi dengan baik dengan penghuni dan petugas di ruang detoksifikasi.
STATUS MENTAL
DESKRIPSI UMUM Penampilan ▫Pasien laki-laki berusia 16 tahun, tubuh terlihat kurus, kulit sawo matang, rambut panjang, berwarna hitam dan wajah tampak sesuai dengan usianya. Pada saat diwawancara pasien menggunakan baju hitam dan celana pendek serta menggunakan topi. Kesadaran ▫Kesadaran sensorium/neurologik: Compos mentis ▫Kesadaran psikiatrik: Tidak tampak terganggu
Perilaku dan aktivitas motorik ▫Sebelum wawancara: pasien tertidur di bangsal ▫Selama wawancara: pasien duduk dengan sikap tubuh tenang, kontak mata baik, ramah, dan sikap bersahabat, serta lancar menjawab pertanyaan ▫Sesudah wawancara: pasien kembali ke bangsalnya dengan tenang
Sikap terhadap pemeriksa ▫Pasien kooperatif Pembicaraan ▫Cara berbicara: bicara spontan, sopan dan lancar, intonasi baik, volume suara cukup tidak dramatis, dan menjawab semua semua pertanyaan yang diberikan ▫Gangguan berbicara: tidak ada
ALAM PERASAAN (EMOSI) Suasana perasaan (mood) : eutimia Afek ekspresi afektif ▫Arus : normal ▫Stabilisasi : stabil ▫Kedalaman : dalam ▫Skala diferensiasi : luas ▫Keserasian : serasi ▫Pengendalian impuls : kuat ▫Ekspresi : wajar ▫Dramatisasi : tidak ada ▫Empati : dapat diraba rasakan
GANGGUAN PERSEPSI Halusinasi: Tidak ada Ilusi: Tidak ada Depersonalisasi : Tidak ada Derealisasi: Tidak ada
SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL) Taraf pendidikan : SMA Pengetahuan umum : Cukup baik Kecerdasan : Rata-rata Konsentrasi : Baik
Orientasi ▫Waktu Baik (pasien dapat menyebutkan hari/tanggal, dan dapat membedakan siang dan malam) ▫Tempat Baik (pasien tahu sekarang sedang berada di ruang detoksifikasi) ▫Orang Baik (pasien dapat membedakan dokter, pegawai panti, laki-laki, perempuan) ▫Situasi Baik (pasien tahu dokter muda sedang wawancara untuk mencari tahu kondisi penyakitnya)
DAYA INGAT Tingkat ▫Jangka panjang Baik (pasien masih ingat kejadian dulu waktu SD) ▫Jangka pendek Baik (pasien dapat menyebutkan menu makan tadi malam) ▫Segera Baik (pasien tahu nama pemeriksa) Gangguan : tidak ada
PIKIRAN ABSTRAKTIF VISUOSPATIAL Tidak terganggu (pasien dapat menjawab peribahasa “berakit-rakit kita ke hulu berenang-renang ketepian”) Baik (pasien menjelaskan tentang arah jalan ke rumahnya) BAKAT KREATIF KEMAMPUAN MENOLONG DIRI SENDIRI Pasien dapat bermain futsalBaik (pasien dapat makan dan mandi sendiri)
PROSES PIKIR ARUS PIKIRISI PIKIR Produktifitas Baik, suara jelas, flight of ideas (-) Kontinuitas Baik, inkoherensi (-) Hendaya bahasa Tidak ada Preokupasi : Tidak ada Waham : Tidak ada Obsesi: Tidak ada Fobia : Tidak ada Gagasan rujukan : Tidak ada Gagasan pengaruh : Tidak ada Ide bunuh diri : Tidak ada
PENGENDALIAN IMPULS Baik, selama wawancara pasien bersikap tenang dan tidak menunjukkan gejala yang agresif. Pasien dapat berkomunikasi dengan baik dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan baik.
DAYA NILAI Daya nilai sosial Baik (pasien tahu jika orang harus berbuat kebaikan dan menolong orang lain) Uji daya nilai Baik (pasien mengerti bagaimana harus berbuat baik kepada sesama) Daya nilai realitas Baik (pasien tidak mempunyai halusinasi auditorik dan visual ataupun waham)
TILIKAN Derajat 5, karena pada saat diwawancara pasien mengetahui bahwa pasien sedang mengalami ketergantungan akibat penyalahgunaan zat yang dilakukannya namun pasien menolak untuk direhabilitasi. Namun 1 minggu yang lalu pasien memiliki tilikan derajat 3, karena merasa dirinya dipaksa oleh ibunya untuk menjalani perawatan.
RELIABILITAS Tidak dapat dipercaya
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS INTERNUS Keadaan umum: Baik Kesadaran : Compos Mentis Tensi: 110/70mmHg Nadi: 76 kali/menit Pernafasan dan suhu : 16 kali/menit, afebris Sistem kardiovaskular: Dalam batas normal Sistem respiratorius: Dalam batas normal Sistem gastrointestinal: Dalam batas normal Extremitas: Post ORIF fraktur cruris sinistra
STATUS NEUROLOGIS Saraf kranial (I-XII): Dalam batas normal Gejala rangsang meningeal: Tidak ada Mata: Dalam batas normal Pupil: Isokor, 3 mm/3 mm, refleks cahaya +/+ Oftalmoskopi: Tidak dilakukan Motorik: 5555/ /5544 Sensibilitas: +/+ +/+
Sistem saraf vegetatif: Dalam batas normal Fungsi luhur: Dalam batas normal Gangguan khusus: Tidak ada Refleks fisiologis - Bicep: ++/++ - Tricep: ++/++ - APR: ++/++ - KPR: ++/++ - Refleks patologis: -/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG HEMATOLOGI HITUNG JENIS LEUKOSIT LED: 16 mm/jam Hb: 14,3 g/dl Leukosit: sel/ul Hematokrit: 40 % Trombosit: 334 ribu sel/ul Eritrosit: 4.66 sel/ul Basofil: 0 % Eosinofil: 1 % N batang: 2 % N segmen: 85 % Limfosit: 10 % Monosit: 2 % KIMIA DARAH Fungsi hati – SGOT: 18 u/l – SGPT: 15 u/l DRUG TEST Cannabis: Negatif
IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Pasien laki-laki berusia 16 tahun datang ke RSKO dibawa oleh ibunya karena kembali menggunakan ganja. Pasien menggunakan ganja sejak kelas 3 SMP diawali dengan rasa ingin tahu dan coba-coba dari teman sepergaulannya. Pasien menggunakan ganja 2x/minggu, sebanyak 2-3 linting dengan cara dibakar yang dibeli dengan cara patungan bersama teman- temannya.
Pada bulan Juni 2014 pasien sempat dirawat di ruang detoksifikasi RSKO selama 1 minggu. Namun 2 minggu setelah keluar pasien kembali menggunakan ganja dengan alasan rasa keinginan yang besar atau stress karena dimarahi oleh ibu dan gurunya.
Saat menggunakan pasien merasa tenang, bahagia, mengantuk dan mudah untuk beristirahat. Setelah menggunakannya pasien tidak mempunyai keluhan dan menyangkal kalau dirinya ketagihan ganja.
Pasien mengatakan pernah berusaha beberapa kali untuk menolak namun gagal karena pasien merupakan orang yang sulit menolak ajakan teman-temannya. Pasien lebih mementingkan kepentingan teman-temannya daripada dirinya sendiri atau keluarganya. Pasien merupakan anak tunggal dengan situasi keluarga yang tidak harmonis.
Pasien juga memiliki masalah di lingkungan sekolah. Menurut ibu pasien, pasien kemungkinan menggunakan ganja setiap hari karena selalu pulang larut malam setiap hari.
Pada bulan Juni 2014 pasien sempat dirawat di ruang detoksifikasi RSKO selama 1 minggu. Namun 2 minggu setelah keluar pasien kembali menggunakan ganja dengan alasan rasa keinginan yang besar atau stress karena dimarahi oleh ibu dan gurunya.
Saat menggunakan pasien merasa tenang, bahagia, mengantuk dan mudah untuk beristirahat. Setelah menggunakannya pasien tidak mempunyai keluhan dan menyangkal kalau dirinya ketagihan ganja.
Pada tanggal 10 September 2015 pasien kembali dibawa ibunya ke RSKO dengan cara diberikan obat penenang melalui perawat yang merawat luka patah kakinya akibat kecelakaan bulan Desember Pasien sempat sadar dan mengamuk karena merasa dibawa dengan cara paksa tanpa sepengetahuannya. Pasien mengamuk selama 4 hari hingga hari Minggu.
Pasien tidak merasakan demam, nyeri badan, sakit kepala, mual – muntah, kram pada perut, namun pasien merasakan cemas sehingga sulit untuk tidur. Saat wawancara dilakukan pasien mengatakan menyesal dengan perbuatannya dan ingin berusaha melepaskan diri dari ganja dengan cara akan menolak ajakan teman-temannya bila sudah keluar dari RSKO namun pasien menolak untuk menjalani rehabilitasi.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan tilikan derajat 5 dan reliabilitas tidak dapat dipercaya, sedangkan pada pemeriksaan fisik didapatkan post ORIF fraktur cruris sinistra.
FORMULA DIAGNOSTIK Tidak terdapat Gangguan Mental Organik, karena: ▫Tidak terdapat adanya gangguan kesadaran neurologik ▫Tidak ada gangguan fungsi intelektual ▫Berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah mengalami trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak. Oleh karena itu, gangguan mental organik (GMO) dapat disingkirkan. AKSIS I
Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat (cannabioid) kini abstinen tetapi dalam lingkungan terlindungi ditegakkan karena: ▫Terdapat riwayat pemakaian canabis (+) sejak kelas 3 SMP. ▫Ditemukan lintingan ganja di bawah tempat tidur pasien oleh ibu pasien. ▫Saat ini dirawat di ruang detoksifikasi RSKO. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat (cannabioid) dengan keadaan putus zat tanpa komplikasi ditegakkan karena: ▫Adanya gejala putus zat seperti agitasi, ansietas, dan insomnia setelah berhenti menggunakan ganja.
AKSIS IIAKSIS III Tidak terdapat retardasi mental, sedangkan gangguan kepribadian belum dapat dinilai. Post ORIF fraktur cruris sinistra, karena pasien pernah mengalami kecelakaan motor pada bulan Desember 2014 dan sudah dilakukan operasi pemasangan pen.
Masalah keluarga Waktu kecil pasien sering dipukul oleh ayahnya, kedua orang tua bercerai dan telah memiliki pasangan, tidak mempunyai saudara kandung sebagai teman cerita. Masalah pendidikan Pernah di DO saat kelas 3 SMP, pernah tinggal kelas saat kelas 1 SMA, pernah di DO saat kelas 3 SMA. Masalah pekerjaan Pasien belum bekerja. Masalah sosial Pasien mudah terpengaruh, pasien lebih mengutamakan teman-temannya daripada dirinya dan keluarganya. AKSIS IV
GAF scale setahun yang lalu dan sekarang sama, yaitu (gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll). AKSIS V
EVALUASI MULTIAKSIAL Aksis I WD : F (Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabinoida kini abstinen tetapi dalam lingkungan terlindungi) F Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat (cannabioid) dengan keadaan putus zat tanpa komplikasi. Aksis II Tidak didapatkan RM, sedangkan gangguan kepribadian belum dapat dinilai
Aksis III Post ORIF fraktur cruris sinistra Aksis IV Masalah dengan keluarga, pendidikan dan lingkungan sosial Aksis V Global Assessment Functional (GAF) Scale 71-80
PROGNOSIS FAKTOR YANG MERINGANKAN FAKTOR YANG MEMBERATKAN Motivasi diri dan dukungan dari ibu pasien Keluarga tidak harmonis Lingkungan dan pertemanan yang tidak berubah Tidak bisa menolak ajakan teman dan lebih mementingkan pertemanan daripada diri sendiri dan keluarga
Ad Vitam: Ad bonam Ad Functionam: Dubia ad bonam Ad Sanationam: Dubia ad malam
DAFTAR PROBLEM Organobiologik: Ada Psikologis: Ada Sosial/Keluarga: Ada
TERAPI PSIKOFARMAKAPSIKOTERAPI Diazepam 3 x 5 mgTerapi perilaku kognitif Relapse Prevention Training (RPT) Psikoterapi suportif Psikoterapi re-edukatif Sosioterapi Edukasi keluarga