Oleh : Yofa Anggriani Utama,S.Kep,Ners,M.Kep Tuberculosis Paru Oleh : Yofa Anggriani Utama,S.Kep,Ners,M.Kep
Pengertian Tuberculosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.(Depkes, RI, 2007)
Tuberkulosis adalah ; penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru – paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis.
Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru dan organ di luar paruseperti kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang sering disebut dengan ekstrapulmonal TBC
Etiologi Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robet Koch pada tahun 1882. Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan mati dalam suhu 600C dalam 15-20 menit
Ciri – ciri kuman mycobacterium tuberculosis Menurut Miller bahwa :”Kuman ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga di kenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Basil–basil tuberkel di dalam jaringan tampak sebagai mikroorganisme berbentuk batang, dengan panjang bervariasi antara 1 – 4 mikron dan diameter 0,3– 0,6 mikron. Bentuknya sering agak melengkung dan kelihatan seperti manik –manik atau bersegmen
Cara Penularan TB Paru Sumber penularan TB paru adalah penderita TB paru BTA positif. Penularan terjadi pada waktu penderita TB paru batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman bakteri ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).
Lanjut Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam, orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam pernapasan. Setelah kuman TB paru masuk kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya
Manifestasi Klinis Demam Malaise Anoreksia Penurunan berat badan Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama berminggu-minggu sampai berbulan – bulan) Peningkatan frekuensi pernapasan
Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi Lanjut g. Ekspansi buruk pada tempat yang sakit Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi Ekspansi buruk pada tempat yang sakit
Komplikasi Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) 2) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. 3) Bronkiectasis dan fribosis pada Paru. 4) Pneumotorak spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan Paru. 5)Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya. 6) Insufisiensi Kardio Pulmoner
Tipe Penderita Tuberkulosis Kasus Baru: penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian). Kambuh (Relaps) : penderita tuberkulosis paru yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis paru dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
Lanjut c) Pindahan (Tranfer In) : penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain, kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. d) Pengobatan setelah lalai (Default / Drop-out ): penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang kembali berobat. umumnya penderita tersebut kembali dengan pemeriksaan dahak BTA positif.
Lanjut e) Gagal (1) penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke 5 (satu bulan setelah pengobatan) atau lebih. (2) penderita dengan hasil BTA negatif rontgen positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke 2 pengobatan. f) Lain-lain semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini termasuk pasien dengan kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif selesai pengobatan ulangan.
Pemeriksaan Penunjang Kultur sputum : positif untuk mycobacterium tuberculosis pada taahap aktif . Ziehl – Neelsen : usapan cairan darah positif untuk basil asam Tes Kulit (PPD,Mantoux) reaksi positif (area indurasi 10mm atau lebih besar terjadi 4872 jam setelah setelah injeksi intradermal).
5. Foto Thorak : infiltrasi lesi awal pada area paru atas . Lanjut 4. Elisa : menyatakan HIV 5. Foto Thorak : infiltrasi lesi awal pada area paru atas . 6. Histologi / kultur jaringan ; positif untuk mycobactereium tuberkulosis.
9. GDA: Normal tergantunh pd lokasi. Lanjut 7. Biopsi pada jaringan paru : positif untuk granuloma TB, menunjukkan adanya nekrosis. 8. Elektrolit : hionatremia pada TB Paru kronis. 9. GDA: Normal tergantunh pd lokasi. 10. Pemeriksaan fungsi paru : penurunan kapasistas rasio udara paru dan kapasistas paru total
Pencegahan TB Paru 1. Minum obat TB secara lengkap dan teratur sampai sembuh 2. Pasien TB harus menutup mulutnya pada waktu bersin dan batuk karena pada saat bersin dan batuk ribuan hingga jutaan kuman TB keluar melalui percikan dahak. Kuman TB yang keluar bersama percikan dahak yang dikeluarkan pasien TB saat : Bicara : 0-200 kuman b. Batuk : 0-3500 kuman c. Bersin : 4500-1.000.000 kuman
4. Menjalankan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), antara lain : Lanjut 3. Tidak membuang dahak di sembarang tempat, tetapi dibuang pada tempat khusus dan tertutup. Misalnya dengan menggunakan wadah/kaleng tertutup yang sudah diberi karbol/antiseptik atau pasir. Kemudian timbunlah kedalam tanah. 4. Menjalankan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), antara lain : a. Menjemur peralatan tidur. b. Membuka jendela dan pintu setiap pagi agar udara dan sinar matahari masuk. c. Aliran udara (ventilasi) yang baik dalam ruangan dapat mengurangi jumlah kuman di udara. Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman
e. Tidak merokok dan minum-minuman keras. Lanjut d. Makan makanan bergizi. e. Tidak merokok dan minum-minuman keras. f. Lakukan aktivitas fisik/olahraga secara teratur. g. Mencuci peralatan makan dan minuman dengan air bersih mengalir dan memakai sabun. h. Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan memakai sabun
Pengobatan OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah yang cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Untuk menjamin kepatuhan penderita minum obat, dilakukan pengawasan langsung oleh seorang Pengawas Minum Obat (PMO).
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan. Tahap Intensif yaitu penderita mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Jika pengobatan intensif diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurung waktu dua minggu. Sebagian besar penderita TB BTA(+) menjadi BTA(-) (konversi) dalam 2 bulan.
Tahap Lanjutan yaitu penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalamjangka waktu yang lebih lama. Pada tahap ini pentung untuk membunuh kuman sehingga mencegah terjadinya kekambuhan
Kombinasi obat-obat pilihan adalah : isoniazid (hidrazid asam isonikkotinat = INH) dengan etambutol (EMB) atau rifamsipin (RIF). Dosis lazim INH untuk orang dewasa biasanya 5-10 mg/kg atau sekitar 300 mg/hari, EMB, 25 mg/kg selama 60 hari, kemudian 15 mg/kg, RIF 600 mg sekali sehari
Pengkajian Riwayat kesehatan Keluhan yang sering muncul antara lain:Demam, sesak napas, nyeri dada, malais, perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini muncul karena infeksi menular.
Pemeriksaan Fisik: Pada tahapan dini sulit diketahui, ronchi basah kasar, hipersonor/timpani
Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru Diagnosa Keperawatan Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi pada jalan napas. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun
Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust Intervensi DX 1 Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Identifikasi perlunya pemasangan alat jalan napas buatan Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Intervensi DX 2 Kaji tipe pernapasan pasien Evaluasi tingkat kesadaran, adanya sianosis, dan perubahan warna kulit Tingkatkan istirahat dan batasi aktivitas Monitor respirasi dan status oksigenasi Keluarkan sekret dengan batuk atau suction Aukskultasi suara napas
Intervensi DX 3 Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien. Monitor adanya mual dan muntah Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori Monitor adanya penurunan berat badan Berikan makanan sedikit tapi sering selagi masih hangat