SELVIANI TRIONINGSI DANGUR PENDAHULUAN  Bola mata terdiri dari tiga lapis, yaitu 1) Lapis fibrosa (terluar) meliputi komponen kornea, limbus.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Respon imun terhadap infeksi penyakit
Advertisements

IMUNOLOGI DASAR DAN IMPLIKASI KLINIS
Matrissya Hermita Biopsikologi UG
RADANG = INFLAMASI HERU SWN.
Radang Burhannudin Ichsan.
Reaksi Alergi Hipersensitivitas Aldo Candra ( )
RESPON TUBUH TERHADAP CEDERA
Suatu respon imun yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan bahkan dapat menyebabkan kematian Alergen: antigen yg dpt memprovokasi respon hipersensitif.
Sistem Pertahanan Tubuh
Sistem Pertahanan Tubuh
Fisiologi dan mekanisme respon imun adaptif
BAB 11 Sistem Imun.
SANTI KARTIKASARI,dr SISTEM IMUNITAS.
Uveitis Posterior.
Sistem Pertahanan Tubuh
R BAYU KUSUMAH N SISTEM IMUN. Adalah kemampuan untuk membunuh patogen atau bahan asing lain dan untuk mencegah berlanjutnya kasus penyakit akibat infeksi.
SISTEM PERTAHANAN TUBUH
2. kemotaktik menarik fagosit ke lokasi infeksi
OLEH: ANNISA NINTYARIFAJ3P DIAN ANGGRIANI D.J3P RUT KRISTINA GRATIA SJ3P M VIDY FITRYADIJ3P MEGA SUCI PRATIWIJ3P DEDE SUTIAWANJ3P
Kelompok 2 Dwi Pradina Budiarti Ira Prabawati Nurotuljanah.
Asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi hiv – aids
PENGENALAN PENYAKIT GLOMERULONEPHRITIS DAN SYSTITIS
TUGAS BIOLOGI DASAR MANUSIA ELMA SURYANI PANE NIM :151362
KKPMT III 5 ICD-10 CHAPTER VII DISEASES OF THE EYE and ADNEXA
Imunologi DISUSUN OLEH: MILA ASTASIA TINGKAT: 1A.
IMUNOLOGI O L E H SESRA YUNITA NIM: D 111 KEBIDANAN.
RESPON IMUN ALAMI (NON SPESIFIK)
“(SISTEM PERTAHANAN TUBUH)”
Ninis Indriani, M. Kep., Sp.Kep.An
ASKEP KLIEN DENGAN MASTOIDITIS
PATOFISIOLOGI SEMESTER IV -14.
K51 SRI SULUHLESTARI.
Polip Polip hidung adalah pertumbuhan jaringan pada saluran pernapasan hidung atau pada sinus. Polip adalah jaringan yang lembut, tidak terasa sakit.
Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
RETINOBLASTOMA.
RESPON IMUN TERHADAP TRANSPLANTASI
Lisa Andina, S.Farm, Apt. RESPON IMUN SPESIFIK.
KONSEP DASAR IMUNOLOGI
PATOFISIOLOGY SEMESTER IV KE - 12.
HIPERSENSITIFITAS Lisa Andina, S.farm, Apt..
LEUKOSIT (Sel Darah Putih) Disusun Oleh : ANNISA RIZQI DAMYANTI
Imunologi Oleh: Irene Katrin 1A AKBID ALIFAH PADANG.
IMUNITAS.
HIPERSENSITIVITAS TYPE III
Senjata Cerdas Manusia : “ANTIBODY”
Materi Ajar Sistem Kekebalan
ASUHAN KEBIDANAN IV TENTANG MASTITIS
OLEH : MILDA RAHMANA ARISKA SESI A DOSEN PENGAMPUH;
Sistem Kekebalan Tubuh
Rangkuman Praktikum Hematologi
BAB 11 Sistem Imun.
BAB 11 SISTEM IMUN.
RINITIS Dr. Khairiyadi, Sp.A, M.Kes.
HUBUNGAN PENYAKIT PERIODONTAL DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER
DASAR IMUNOLOGI 11 JANUARI 2018.
Respon Imun Non Spesifik (Respon Imun Innate)
Sistem Kekebalan Pada Manusia.
ADAPTASI A. Pengertian Sistem Kekebalan Tubuh Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan dari pengaruh luar biologis yang dilakukan.
Tuberkulosis Okular Marzarendra Dhion Erlangga
KONSEP LUKA Esti Widiani.
DR. FARAH m. RIDWAN, SP.PD (promosi kesehatan 24 mei 2017)
FARMAKOLOGI ANALGETIK ANTIPIRETIK DAN ANTIINFLAMASI.
SINDROM NEFROTIK Oleh: Aidan.
MATEMATIKA BIOLOGI. Pendekatan Biomatematika untuk HIV dan AIDS.
KELOMPOK 3 DOSEN PEMBIMBING SISTEM IMUN NON SPESIFIK DAN PERADANGAN TUGAS IMUNOBIOLOGI SUWARNY, S.Si, M.Si.
IMUNOGLOBULIN & ANTIGEN PADA IKAN Nn. K. D. RAHALUS, S.Pd, M.Si.
Syara Marsa Pembimbing dr. Cut Putri Yohana, M.sc, Sp.KK.
“Imunologi dan Sistem Imunitas” KELOMPOK III Dedi Yanto B. A Andi NadilaA Dwi Surya NigrumA HasnaA RahmayantiA
BAB 11 SISTEM PERTAHANAN TUBUH
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR Sheizi Prista Sari.
Transcript presentasi:

SELVIANI TRIONINGSI DANGUR

PENDAHULUAN  Bola mata terdiri dari tiga lapis, yaitu 1) Lapis fibrosa (terluar) meliputi komponen kornea, limbus dan sclera. 2) Lapisan vaskuler berisikan iris, choroid dan benda silia (ciliary body). 3) Dan pada lapisan syaraf terdapat retina mengandung sensory receptor untuk pandangan.

Gambar : Anatomi mata

PENDAHULUAN  Pada lapisan vaskuler atau lapisan tengah mata atau uvea sering kali mengalami suatu perdangan atau inflamasi.  Peradangan atau inflamasi pada area ini disebut uveitis.  Uveitis diklasifikasikan dalam 3 bentuk, yaitu anterior uveitis (iridocyclitis), posterior uveitis (choroiditis) dan panuveitis

DEFINISI  Anterior uveitis merupakan inflamasi pada area iris dan badan silia.  Posterior uveitis merupakan inflamasi yang terbatas pada area choroid.  Sedangkan panuveitis merupakan inflamasi yang mencakup seluruh traktus uveal

ETIOLOGI  Etiologi pennyakit dibagi menjadi 2 yaitu : 1) Penyebab eksogenous antara lain adanya trauma ocular dan ulcerasi kornea. 2) Penyebab endogenous berasal dari dalam mata atau berkaitan dengan penyakit sistemik antara lain agen infeksius, penyakit metabolik/sistemik, kondisi mediasi imun spesifik (misalnya, uveodermatological syndrome), neoplasia, penyakit vaskular dan toksin.

ETIOLOGI  Agen infeksius penyebab uveitis antara lain berasal dari bakteri (Brucella canis, Borrelia burgdorferi), fungi (Blastomyces dermatitidis, Cryptococcus neoformans, Histoplasma capsulatum), parasit (Dirofilaria immitis, Diptera spp., ocular larva migrans (Toxocara and Baylisascaris spp.), protozoa (Leishmania donovani, Toxoplasma gondii), ricketsia (Ehrlichia canis or Ehrlichia platys, Rickettsia rickettsii), viral (adenovirus, herpesvirus, distemper).  Sumber toksin antara lain penggunaan obat tertentu, misalnya penggunaan sulfonamide pada anjing Doberman Pinschers.

PATOFISIOLOGI  Mata normal memiliki sistem pertahanan untuk menghindari inflamasi.  Melibatkan interaksi dinamis anatomis: blood- ocular barriers (BOB), limfosit seluler (B dan T), dan faktor-faktor yang dapat larut (neuropeptida imunosupresif dalam aqueous humour) yang sama-sama bertindak untuk menekan inflamasi

PATOFISIOLOGI  Mekanisme infeksi dan mediasi imun tubuh dapat memicu kerusakan sistem pertahanan ini dan menghasilkan penyakit inflamasi pada mata seperti uveitis.  Mekanisme ini melibatkan sel yang kompleks dan mediator inflamasi, dengan aktivasi sel resident di mata dan perekrutan sel inflamasi.  Mediator kimia dari kaskade asam arakidonat (termasuk prostaglandin dan leukotrien) terbentuk dan berkontribusi pada peningkatan permeabilitas vaskular dan respon patofisiologis.

PATOFISIOLOGI  Akumulasi mediator inflamasi bersamaan (seperti platelet-activating factor, interleukin- 1, and tumour necrosis factor) di saluran uveal menyebabkan perpanjangan respon inflamasi intraokular dan kerusakan sel.  Radikal bebas atau debris yang dihasilkan oleh sel darah putih dan sel resident (fibroblast, makrofag, sel mesenkimal) turut berperan terhadap kerusakan.

PATOFISIOLOGI  Mekanisme patofisiologis di mana infeksi sistemik dapat menyebabkan uveitis adalah penghancuran langsung jaringan uveal oleh agen infeksius atau adanya kejadian yang dimediasi oleh kekebalan (immune-mediated events) yang dikaitkan dengan agen infeksius, termasuk keempat respons hipersensitivitas (I, II, III, dan IV) ( Fischer & Evans, 2002).

GEJALA KLINIS Pada nterior uveitis adalah :  Blepharospasm  Photophobia  Adanya discharge  Conjunctival hyperaemia  Miosis/anisocoria  Hiperemia dan pembengkakan pada iris  Perubahan pada warna atau ukuran iris  Hypopyon  Hyphaema  Penurunan tekanan intraocular (intraocular pressure /IOP)

GEJALA KLINIS Pada posterior uveitis adalah :  Hemoragi pada vitreous  Adanya eksudat pada Chorio-retinal  Terdapat granuloma  Hemoragi pada retina  Robeknya retina  Optic neuritis

Hypopyon pada anjing dengan anterior uveitis

DIAGNOSIS  Pengumpulan riwayat  Pemeriksaan fisik  Pemeriksaan laboratorium  USG

DIAGNOSA BANDING  glaucoma.  ulcerative keratitis dan  konjungtivitis.

PENGOBATAN 1. Kortikosteroid  Prednisolon asetat 1% dan alkohol dexamethasone 0,1% adalah obat yang paling ampuh untuk penggunaan topikal,  Administrasi sistemik sering diperlukan dalam kasus peradangan parah, namun akan terjadi kontraindikasi jika terdapat penyakit sistemik mycotic atau bakteri ada.

PENGOBATAN 2. Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs) dapat diterapkan secara topikal sendiri atau secara sinergis dengan kortikosteroid, dua sampai empat kali sehari atau dapat diberikan secara sistemik 3. Agen anti-mikroba yang relevan sesuai dengan etiologi uveitis.