PERHITUNGAN BIAYA PROSES (Process Costing)

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Sistem Biaya dan Akumulasi Biaya
Advertisements

Metode Harga pokok Proses
Akuntansi Biaya Created by: Lili Syafitri, SE., Ak.,M.Si.
Bab 5 Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses (Process Costing)
METODE HARGA POKOK PROSES
HARGA POKOK PESANAN.
Akuntansi Manajemen Nurhasanah, S.E, M.M.
METODE HARGA POKOK PESANAN – FULL COSTING
AKUNTANSI BIAYA IEG3A3 Program Studi Teknik Industri
COST ACCOUNTING PROCESS COSTING MATERI-4
METODE HARGA POKOK PROSES
SISTEM PENENTUAN BIAYA BERDASARKAN PROSES
PERUSAHAAN INDUSTRI HUSAINI - FIA UB.
BIAYA OVERHEAD PABRIK Istilah lain BOP : Beban pabrik
KALKULASI HARGA POKOK PROSES (PROCESS COSTING)
“Process Cost Methode”
BAB VI SISTEM HARGA POKOK PROSES
Harga Pokok Proses-Pengantar
KALKULASI HARGA POKOK PROSES (PROCESS COSTING)
METODE HARGA POKOK PROSES ( I )
PROCESS COST METHOD 2 PENGARUH PRODUK HILANG
METODE HARGA POKOK PESANAN (FULL COSTING)
PROCESS COSTING Pertemuan 9-12
SISTEM BIAYA STANDAR Rosy Zandra | unira.
Metoda Pengumpulan Biaya Produksi
COST ACCOUNTING PROCESS COSTING MATERI-4
MATERI-5 Cost accounting PROCESS COSTING LANJUTAN
BAB 4. PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS
Metoda Pengumpulan Biaya Produksi
PERTEMUAN 13 METODE HARGA POKOK PROSES PRODUK HILANG
BAB 17 Process Costing.
Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan
Process Order Costing Bab 6.
METODE HARGA POKOK PROSES
METODE AKUMULASI HARGA POKOK
Perhitungan Biaya untuk Produk Sampingan dan Produk Gabungan
ANGGARAN, AKTUAL DAN PEMBEBANAN
Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan
BIAYA RELEVAN DAN PENGANBILAN KEPUTUSAN JANGKA PENDEK
Perhitungan Biaya untuk Produk Sampingan dan Produk Gabungan
Process Order Costing Bab 6.
METODE HARGA POKOK PROSES
METODE HARGA POKOK PROSES (PENGERTIAN DASAR )
Oleh: Fathia, SE Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia Novera KM.
Perhitungan Biaya untuk Produk Sampingan dan Produk Gabungan
METODE HARGA POKOK PESANAN (FULL COSTING)
METODE HARGA POKOK PROSES (PROCESS COSTING)
Sistem penentuan kos pesanan
METODE HARGA POKOK PROSES - LANJUTAN
05 Akuntansi Biaya PROCESS COSTING
METODE HARGA POKOK PESANAN
SISTEM PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN PROSES (PROSES COSTING)
Harga Pokok Proses dengan metode rata-rata DAN FIFO
VIII. Penentuan Biaya Pesanan
Sistem biaya dan akumulasi biaya
VII. Sistem Biaya dan Akumulasi Biaya
IX. Penentuan Biaya Proses
BIAYA BAHAN BAKU Akuntansi Biaya Surisman,SE, M.Ak.
Metode Harga Pokok PRoses
PERTEMUAN KE 9 dan KE 10 Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan (Job Order Costing) Akuntansi Biaya I.
Pertemuan ke 11 DAN 12 Process Order Costing AKUNTANSI BIAYA I
METODE HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COST METHOD)
Pertemuan ke-5 BIAYA OVERHEAD PABRIK : DEPARTEMENTALISASI
Metode Harga Pokok Pesanan
Penganggaran dan Biaya Standar (Analisis Varians Biaya Standar)
PROCESS COST METHOD ( METODE HARGA POKOK PROSES )
4.2. PENENTUAN HARGA POKOK Bagaimana memperhitungkan biaya kepada suatu produk pokok atau pesanan atau jasa, yang dapat dilakukan dengan cara memasukkan.
PERHITUNGAN BIAYA PESANAN (Job Order Costing)
PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI BERSAMA DAN PRODUK SAMPINGAN (Joint Products and By Products) Perhitungan biaya produk bersama dan biaya produk sampingan perlu.
PENGENDALIAN : BIAYA MATERIAL (Meterials Controlling)
Transcript presentasi:

PERHITUNGAN BIAYA PROSES (Process Costing) Penentuan biaya proses : suatu metode dimana bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya atau departemen. Biaya yang dibebankan ke setiap unit produk , ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan kepusat biaya atau departemen tersebut dengan jumlah unit yang diproduksi pada pusat biaya yang bersangkutan. 6.1. KARAKTERISTIK PENENTUAN BIAYA PROSES Aktivitas produksi bersifat terus-menerus. Produksi bersifat massa, dengan tujuannya mengisi persediaan yang siap dijual. Produk yang dihasilkan dalam suatu departemen atau pusat biaya relatif homogen dan berdasarkan standar. Biaya dibebankan ke setiap unit dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang diproduksi. Pengumpulan biaya dilakukan berdasarkan periode waktu tertentu 6.2. ALIRAN PRODUK Dalam penentuan biaya proses aliran suatu produk yang berkaitan dengan pembebanan biaya dapat diklasifikasikan :

Gambar. Aliran Produk Berurutan Aliran Produk secara Berurutan Suatu format aliran produksi fisik dimana setiap proses produk dilakukan dalam urutan langkah yang sama. Contoh 1. Riau Tektil adalah perusahaan tektil yang mempunyai tiga departemen produksi yaitu Departemen Pemintalan, Departemen Tenun, dan Departemen Painting. Urutan proses produksi dimulai dari departemen pemintalan dengan memasukkan bahan baku yang dikombinasikan dengan tenaga kerja dan biaya overhead, setelah selesai dipindahkan ke departemen Tenun dengan penambahan biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik kemudian dipindahkan lagi ke departemen Painting dengan penambahan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Gambar. Aliran Produk Berurutan PRODUK DALAM PROSES DEPT. PEMINTALAN BHN. BAKU T. KERJA PRODUK DALAM PROSES BOP DEPT. TENUN T. KERJA BOP PRODUK DALAM PROSES DEPT. PAINTING BAHAN T. KERJA PRODUK JADI BOP

Gambar. Aliran Produk Paralel Aliran Produk Secara Paralel. Suatu aliran produksi fisik dimana bagian-bagian tertentu dari pekerjaan dilakukan secara simultan dan kemudian digabungkan dalam suatu proses atau proses final untuk penyelesaian dan ditransfer ke produk jadi. Contoh 2. Perusahaan meubel Riau Mandiri memproduksi sejenis kursi dengan menggunakan bahan baku dari kayu dan besi cor. Perusahaan mempunyai beberapa departemen produksi yaitu : Departemen Pemotongan Kayu, pada departenen ini dimasukkan bahan kayu yang dikombinasikan dengan biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Pekerjaan yang sudah selesai pada departemen ini dipindahkan ke departemen Penghalusan. Pada Departemen Peleburan Besi dimasukkan bahan baku besi yang dikombinasikan dengan biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Pekerjaan yang sudah selesai pada departemen ini dipindahkan ke Departemen Pencetakan Besi. Pada departemen penghalusan dan pencetakan ditambahkan biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Pekerjaan yang sudah selesai pada masing-masing departemen ini dipindah ke departemen perakitan, dengan menambahkan bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Pekerjaan yang sudah selesai pada departemen ini dipindahkan ke departemen penyelesaian dengan menambahkan bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Gambar. Aliran Produk Paralel PRODUK DALAM PROSES PRODUK DALAM PROSES PRODUK DALAM PROSES PRODUK DALAM PROSES DEPT. PEMOTONGAN DEPT. PENGHALUSAN DEPT. PERAKITAN DEPT. PENYELESAIAN BHN. BAKU T. KERJA BAHAN BAHAN T. KERJA BOP T. KERJA T. KERJA BOP BOP BOP PRODUK DALAM PROSES PRODUK DALAM PROSES DEPT. PELABURAN DEPT. PERCETAKAN BAHAN TK T. KERJA BOP BOP

Gambar. Aliran Produk Slektif Aliran Produk Secara Selektif Format. Aliran produksi fisik dimana produk berpindah ke departemen-departemen yang berbeda dalam satu pabrik, tergantung pada produk final yang akan diproduksi. Contoh 3. Perusahaan Dumai Raya, adalah perusahan textile yang mengolah kapas menjadi kain, kain yang dihasilkan sebagian langsung dibuat pakaian jadi sebagian lagi dibuat corak dan langsung dijual. Perusahaan mempunyai beberapa departemen produksi yaitu : Departemen Tenun, Departemen Painting, Departemen Penjahitan dan Departemen Pengepakan. Proses pengolahan : bahan baku berupa kapas diolah dengan menambah elemen biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Produk selesai pada departemen ini sebagian ditransfer ke departemen painting untuk diberi corak, sebagian lagi ditransfer ke departemen penjahitan untuk dibuat baju. Pada kedua departemen ini kain diolah lagi dengan menambah biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Produk selesai pada masing-masing departemen ditransper ke departemen pengepakan dengan menambah banan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Gambar. Aliran Produk Slektif PRODUK DALAM PROSES DEPT. TENUN BAHAN DEPT. PENGEPAKAN TK BOP BAHAN BOP DEPT. PAINTING PRODUK JADI DEPT. PENJAHITAN

6.3. ARUS BIAYA DAN AKUMULASI BIAYA Arus biaya produksi dalam perhitungan biaya proses secara umum sama dengan perhitungan biaya pesanan. Begitu bahan baku dibeli, biaya bahan baku ini mengalir ke dalam akun persediaan bahan baku. Biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang dibebankan akan mengalir ke dalam akun produk dalam proses. Ketika produk selesai, biaya produk yang telah selesai mengalir dari akun produk dalam proses ke produk jadi. Setelah produk terjual, biaya produk jadi dipindahkan ke akun harga pokok penjualan. Untuk penjurnalan secara umum sama dengan yang terdapat pada perhitungan biaya pesanan. Akumulasi biaya proses, mengembangkan prosedur untuk : Pengumpulan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik untuk masing-masing departemen. Perhitungan biaya per-unit untuk masing-masing departemen Memindahkan biaya dari departemen sebelumnya ke departemen berikutnya atau ke gudang produk jadi Membebankan biaya ke produk dalam proses yang terdapat pada setiap departemen

6.4. EKUIVALEN UNIT DALAM PENENTUAN BIAYA PROSES Pada penentuan biaya proses, umumnya tidak samua produk yang dimasukkan dalam proses selesai akhir periode bersangkutan, seringkali adanya persediaan awal dan akhir dari produk dalam proses dengan tingkat penyelesaian yang beragam. Untuk pembebanan biaya apabila terdapat produk dalam proses dengan tingkat penyelesaian tertentu, perlu dilakukan penyetaraan produk dalam proses tersebut menjadi produk jadi yang disebut dengan unit ekuivalen produksi atau ekuivalen produksi. Jadi unit ekuivalen produksi menunjukkan unit produk jadi dan unit produksi dalam proses yang disetarakan dengan produk jadi. Ada dua metode aliran biaya untuk mengkalkulasi biaya produksi produk dalam proses, dengan perhitungan unit ekuivalen produksi berbeda : Aliran Biaya Rata-rata Tertimbang Dengan merata-ratakan biaya penyelesaian persediaan awal produk dalam proses periode sebelumnya dengan menambahkan biaya periode berjalan untuk mendapatkan biaya per-unit. Unit persediaan awal menerima biaya per-unit yang besarnya sama dengan unit yang baru dimulai dan diselesaikan selama periode bersangkutan, sehingga semua unit yang ditransfer akan memiliki biaya per-unit yang sama. Kebaikan dari metode ini adalah sederhana, dengan memperlakukan unit pada persediaan awal produk dalam proses sebagai produk periode berjalan, semua unit equivalen akan termasuk dalam kategori yang sama pada saat perhitungan biaya per-unit. Sedangkan kelemahan utama metode ini mengurangi keakuratan perhitungan biaya per unit untuk output periode berjalan dan untuk unit pada persediaan awal produk dalam proses. Jika biaya per-unit dalam suatu proses relatif stabil dari periode berikutnya, metode rata-rata tertimbang ini cukup akurat. Rumus : Unit Ekuivalen Produksi Produk Selesai + (PDP Akhir X Tingkat Penyelesaian)

Unit Ekuivalen Produksi Aliran Biaya FIFO Memisahkan biaya per-unit yang terdapat pada persediaan awal dari biaya per-unit yang dimasukkan dan diselesaikan pada suatu periode tertentu. Biaya produk yang ditransfer terdiri dari biaya produk dalam proses awal dari periode sebelumnya, dan biaya produk dari produk yang dimulai dan diselesaikan selama periode berjalan.. Rumus : Unit Ekuivalen Produksi Produk Selesai + (PDP Akhir X Tingkat Penyelesaian) – (PDP Awal X Tingkat Penyelesaian ) Contoh 4. Persediaan awal PDP = 1.000 unit (Tingkat penyelesaian : 100% Bahan baku, dan 80% biaya konversi) Produk masuk proses = 38.200 unit Produk selesai ditransfer = 38.000 unit Persediaan akhir PDP = 1.200 unit (Tingkat penyelesaian : 80% Bahan baku, dan 75% biaya konversi)

Penyelesaian : Unit ekuivalen produksi Menggunakan aliran biaya rata-rata Bahan Biaya Konversi Baku (Tenaga Kerja + Overhead) Produk Selesai 38.000 unit 38.000 unit PDP akhir 1.200 X 80% 960 unit 1.200 X 75% - 900 unit Unit ekuivalen produksi 38.960 unit 38.900 unit Atau : Produk Selesai + (PDP Akhir X Tingkat Penyelesaian) Bahan Baku 38.000 unit + (1.200 unit X 80%) = 38.960 unit Biaya Konversi (Tenaga Kerja dan BOP) 38.000 unit + (1.200 unit X 75%) = 38.900 unit

Unit ekuivalen produksi Menggunakan aliran biaya FIFO Bahan Biaya Konversi Baku (Tenaga Kerja + Overhead) Produk Selesai 38.000 unit 38.000 unit PDP akhir 1.200 X 80% 960 unit 1.200 X 75% - 900 unit PDP Awal 1.000 X 100% (1.000 unit) 1.000 X 80% (800 unit) Unit ekuivalen produksi 37.960 unit 38.100 unit Atau : Produk Selesai + (PDP Akhir X Tingkat Penyelesaian) – (PDP Awal X Tingkat Penyelesaian ) Bahan Baku 38.000 unit + (1.200 unit X 80%) – (1.000 unit X 100%) = 37.960 unit Biaya Konversi (Tenaga Kerja dan BOP) 38.000 unit + (1.200 unit X 75%) – (1.000 unit X 80%) = 38.100 unit

6.5. PERHITUNGAN BIAYA PER-DEPARTEMEN Akuntansi, Biaya Bahan Dalam penentuan biaya proses, bukti permintaan bahan baku oleh bagian merupakan dasar pembebanan biaya bahan baku ke departemen. Bukti permintaan bahan baku ini akan digunakan sebagai pengendalian biaya bahan baku. Contoh 5. PT. Bengkulu adalah perusahaan mainan anak-anak dengan merek “BB”, perusahaan mempunyai dua departemen produksi yaitu departemen pemotongan dan departemen perakitan. Untuk kedua departemen tersebut perusahaan mempunyai akun produk dalam proses secara terpisah. Permintaan bahan baku yang digunakan departemen pemotongan sebesar Rp 7.800.000,- departemen perakitan sebesar Rp 5.650.000,- Ayat Jurnal Produk Dalam Proses – Departemen Pemotongan Rp 7.800.000 Produk Dalam Proses – Departemen Perakitan Rp 5.650.000 Persediaan Bahan Baku Rp 13.450.000

Akuntansi, Biaya Tenaga Kerja Dalam penentuan biaya proses pembebanan biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga tidak langsung tidak dilakukan pemisahan, karena di dalam penentuan biaya proses biaya tenaga kerja cukup ditelusuri ke departemen bukan ke produk yang dihasilkan. Untuk pencatatannya cukup digunakan kartu jam kerja harian atau kartu prensensi tenaga kerja. Contoh 6. PT. Sumanik Electrik adalah perusahaan perakitan radio dengan merk “Taruco”, perusahaan mempunyai dua departemen produksi yaitu departemen perakitan dan departemen penyelesaian. Untuk kedua departemen tersebut perusahaan mempunyai akun produk dalam proses secara terpisah. Selama bulan Agustus jam kerja langsung yang diserap departemen perakitan sebanyak 1.840 jam dengan tarif Rp 2.000,- per jam, departemen penyelesaian 1.650 jam, dengan tarif Rp 1.500,- per jam. Ayat Jurnal Produk Dalam Proses – Departemen Perakitan Rp 3.680.000 Produk Dalam Proses – Departemen Penyelesaian Rp 2.475.000 Beban Gaji Rp 6.155.000

Akuntansi, Biaya Overhead Pabrik Dalam penentuan biaya proses seperti yang terdapat pada penentuan biaya pesanan, biaya overhead pabrik sesungguhnya diakumulasikan dalam akun buku besar pengendali sesuai dengan elemen biaya yang terdapat pada buku besar pembantu. Saat biaya overhead pabrik terjadi, dicatat dalam buku besar overhead pabrik dan diposting ke buku besar pembantu setiap departemen. Contoh 7. PT. Agum Com adalah perusahaan perakitan komputer dengan merek “SELCOM”, perusahaan mempunyai dua departemen produksi yaitu departemen perakitan dan departemen penyelesaian. Untuk kedua departemen tersebut perusahaan mempunyai akun produk dalam proses secara terpisah. Selama bulan Agustus telah dicatat dalam buku besar : Listrik, air, telp Rp 9.390.000,- Akumulasi penyusutan mesin Rp 6.400.000,- Bahan Tak langsung Rp 4.260.000,- dan tenaga kerja tak langsung Rp 10.240.000,- Ayat Jurnal Pengendali Overhead pabrik Rp 30.290.000 Listrik, telp, air Rp 9.390.000 Akumulasi penyusutan Mesin Rp 6.400.000 Bahan tak langsung Rp 4.260.000 Tenaga Kerja Tidak Langsung Rp 10.240.000 Apabila biaya overhead pabrik terakumulasi secara merata selama periode tertentu, atau bersifat mendekati normal setiap bulannya, maka banyak perusahaan membebankan overhead pabriknya berdasarkan overhead pabrik sesungguhnya. Namun kalau sifat produksi berfluktuasi dari bulan ke bulan yang menimbulkan distorsi biaya, maka digunakan pembebanan overhead berdasarkan tarif yang ditetapkan sebelumnya atau ditetapkan dimuka untuk masing-masing departemen.

Contoh 8. PT. ICO Com adalah perusahaan perakitan radio merek “ICOM”, perusahaan mempunyai dua departemen produksi yaitu departemen perakitan dan departemen penyelesaian. Untuk kedua departemen tersebut perusahaan mempunyai akun produk dalam proses secara terpisah. Perusahaan membebankan biaya overhead pabrik berdasarkan jam mesin, dengan tarif ditentukan dimuka untuk departemen perakitan Rp 3.500 per-jam mesin, dan departemen penyelesaian Rp 3.900 per-jam mesin. Selama bulan September jam mesin yang digunakan pada departemen perakitan 4.050 jam mesin, departemen penyelesaian 3.700 jam mesin, BOP Aktual Rp 30.290.000,- Ayat Jurnal Produk Dalam Proses – Departemen Perakitan Rp 14.175.000 Produk Dalam Proses – Departemen Penyelesaian Rp 14.430.000 Biaya Overhead Pabrik dibebankan* Rp 28.605.000 * Biaya Overhead Pabrik dibebankan Jam Mesin Aktual X Tarif Biaya Overhead Pabrik 4.050 X Rp 3.500 Rp 14.175.000 3.700 X Rp 3.900 Rp 14.430.000 Selisih biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan biaya overhead pabrik dibebankan sebesar Rp 1.685.000,- (Rp 30.290.000 – Rp 28.605.000) atau overhead pabrik yang dibebankan terlalu rendah (under applied), apabila selisih overhead pabrik terlalu tinggi atau terlalu rendah diakhir tahun relatif kecil dibandingkan biaya produksi lainnya, maka dapat dibebankan langsung ke harga pokok penjualan, tetapi jika jumlahnya cukup besar, maka dialokasikan ke harga pokok penjualan dan persediaan akhir.

6.6. LAPORAN BIAYA PRODUKSI Dalam penentuan biaya proses, semua biaya yang dibebankan ke setiap departemen produksi dapat diikhtisarkan dalam laporan biaya produksi untuk masing-masing departemen. Laporan biaya produksi setiap departemen memiliki format yang beragam, dengan informasi menunjukkan : Skedul Kuantitas, memuat informasi produk dalam proses awal, produk masuk proses pada periode bersangkutan, produk selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya atau gudang, produk dalam proses akhir, produk hilang, produk rusak dan produk cacat. Biaya Dibebankan, memuat informasi biaya produk dalam proses awal, biaya yang dibebankan dari departemen sebelumnya, biaya dibebankan periode bersangkutan, unit equivalen dan biaya per-unit masing-masing elemen biaya. Pertanggungjawaban Biaya, memuat informasi biaya yang ditransfer ke departemen berikutnya atau gudang, biaya produk yang hilang akhir proses, biaya produk rusak, biaya produk cacat. Biaya yang telah diserap produk dalam proses. Contoh 9. PT. Palembang adalah perusahaan pengolahan nanas yang dikemas dalam kaleng untuk dipasarkan di dalam negeri, pengolahan dilakukan melalui satu tahap pengolahan yaitu melalui departemen pengolahan. Pada awal September perusahaan baru mulai beroperasi, dengan mengolah nanas sebanyak 8.000 kg, pada akhir September produk selesai yang ditransfer ke gudang sebanyak 7.600 kg, sedangkan yang 400 kg masih dalam proses dengan tingkat penyerapan biaya bahan baku 100%, biaya tenaga kerja 75%, dan biaya overhead pabrik 80%. Biaya yang dikeluarkan untuk mengolah nanas tersebut adalah : Biaya Bahan Baku sebesar Rp 6.000.000,- biaya tenaga kerja Rp 5.750.000,- dan biaya overhead pabrik sebesar Rp 3.168.000,- Diminta : Susunlah Laporan Biaya Produksi PT. Palembang untuk bulan September 2007 !

6.7. PENAMBAHAN BAHAN PADA DEPARTEMEN LANJUTAN Penambahan biaya bahan pada departemen lanjutan dapat mempengaruhi : Kenaikan unit yang dihasilkan Kenaikan biaya per-unit, tetapi unit yang dihasilkan tidak mengalami perubahan Kenaikan biaya per-unit dan unit yang dihasilkan Contoh 10. PT. Sulit Air adalah perusahaan minuman dalam kemasan botol, mempunyai dua departemen produksi, yaitu departemen pencampuran dan departemen pengolahan. Data produksi dan biaya untuk bulan September 2007 sebagai berikut : Data Produk Departemen Campuran Produk Masuk Proses 75.000 liter Produk Selesai Ditransfer ke departemen pengolahan 74.500 liter Produk Dalam Proses Akhir 500 liter (Tingkat penyelesaian 100% bahan, 80% biaya konversi) Departemen Pengolahan Produk Diterima dari Departemen Pencampuran 74.500 liter Penambahan unit produk 1.000 liter Produk Selesai ditransfer ke gudang 75.200 liter Produk Dalam Proses Akhir 300 liter (Tingkat Penyelesaian 100% bahan, 75% biaya konversi)

Data Biaya Departemen Departemen Pencampuran Pengolahan Biaya Bahan Rp 9.000.000 Rp 6.040.000 Biaya Tenaga Kerja Rp 5.617.500 Rp 4.525.500 Biaya Overhead Pabrik Rp 7.490.000 Rp 3.017.000 Total Rp 22.107.500 Rp 13.582.500 Diminta : Susunlah Laporan Biaya Produksi PT Sulit Air untuk bulan September 2007 Penyelesaian : Unit Ekuivalen Departemen Pencampuran Produk Selesai + (PDP akhir X Tingkat Penyelesaian) Bahan : 74.500 liter + (500 liter X 100%) = 75.000 liter Biaya Konversi : 74.500 liter + (500 liter X 80%) = 74.900 liter Departemen Pengolahan Bahan : 75.200 liter + (300 liter X 100%) = 75.500 liter Biaya Konversi : 75.200 liter + (300 liter X 75%) = 75.425 liter

6.8. PRODUK HILANG Dalam aktivitas proses produksi, kadangkala terjadi produk hilang, yang disebabkan sifat produk yang mudah menguap, menyusut atau disebabkan proses pengolahan. Untuk menelusiri apakah hilang tersebut terjadi pada awal proses atau akhir, bagi perusahaan sulit mengidentifikasi secara tegas. Untuk mempermudah proses pencatatan pada umumnya perusahaan mengasumsikan apakah hilangnya awal proses atau akhir proses, yaitu : Hilang awal proses, asumsi : Belum menyerap biaya pada departemen bersangkutan, oleh karena itu tidak dibebani biaya produksi. Tidak diperhitungkan dalam unit ekuivalen produksi, karena hilangnya terjadi awal proses dan belum diproses pada departemen bersangkutan. Apabila terjadi produk hilang awall proses pada departemen lanjutan, maka akan terjadi penyesiauan harga pokok per-unit tehadap harga pokok yang diterima dari departemen sebelumnya. Contoh : PT. Ciawi Kimia adalah perusahaan kimia, memproduksi satu jenis produk yang digunakan usaha perkebunan mangga. Perusahaan mempunyai dua departemen produksi yaitu departemen Pencampuran dan departemen Penyelesaian. Data berikut adalah data produksi dan biaya PT. Ciawi Kimia bulan September 2007.

Data Produk Departemen Pencampuran : Produk Masuk Proses = 48.000 liter Produk Ditransfer ke departemen penyelesaian = 47.800 liter Produk Dalam Proses Akhir = 180 liter (Tingkat penyelesaian : 100% biaya bahan, 60% biaya konversi) Produk Hilang Awal Proses = 20 liter Departemen Penyelesaian : Produk Diterima dari departemen pencampuran = 47.800 liter Produk selesai ditransfer ke gudang = 47.500 liter Produk dalam proses akhir = 250 liter (Tingkat penyelesaian : 100% biaya bahan, 80% biaya konversi) Produk Hilang Awal Proses = 50 liter Data Biaya Elemen Biaya Departemen Departemen Pencampuran Penyelesaian Biaya Bahan Rp 14.394.000 Biaya Tenaga Kerja Rp 9.581.600 Rp 4.770.000 Biaya Overhead Pabrik Rp 4.790.800 Rp 2.385.000 Total Rp 28.766.400 Rp 7.155.000

Produk Selesai + (PDP akhir X Tingkat Penyelesaian) Diminta : Menghitung unit ekuivalen produksi masing-masing departemen Menghitung Laporan Biaya Produksi untuk kedua departemen Membuat jurnal Penyelesaian : Unit Ekuivalen Departemen Pencampuran Produk Selesai + (PDP akhir X Tingkat Penyelesaian) Bahan : 47.800 liter + (180 liter X 100%) = 47.980 liter Biaya Konversi : 47.800 liter + (180 liter X 60%) = 47.908 liter Departemen Penyelesaian Biaya Konversi : 47.500 liter + (250 liter X 80%) = 47.700 liter