Sesi 4: Pengukuran Layanan Kespro Visi Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat FIKES UHAMKA: “Program Studi Kesehatan Masyarakat FIKES UHAMKA pada tahun 2020 menjadi salah satu pusat pendidikan tinggi kesehatan masyarakat yang menghasilkan lulusan unggul di tingkat nasional yang memiliki kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, dan sosial. “ Sesi 4: Pengukuran Layanan Kespro
Capaian Pembelajaran MK Memahami tentang perbaikan mutu pelayanan kesehatan reproduksi. Memahami tentang akses klien terhadap informasi pelayanan kesehatan reproduksi. Pengukuran mutu pelayanan kesehatan reproduksi.
Apa beda Pemantauan dan Penilaian Mutu? Pemantauan Mutu : Upaya sistematis untuk mengumpulkan data mengenai kualitas atas dimensi pelayanan tertentu Penilaian Mutu : Upaya sistematis untuk menganalisis dan menginterpretasikan atas data yang telah terkumpul
TOPIK BAHASAN TUJUAN PENGUKURAN TINGKAT PENGUKURAN CARA PENGUMPULAN DATA VALIDITAS RELIABILITAS MERANCANG KUISIONER
TUJUAN PENGUKURAN UNTUK MENGETAHUI: ADANYA DISKRIMINASI Melihat kesenjangan pelayanan kesehatan antar individu atau antar kelompok Misal : perbedaan cakupan imunisasi antara masyarakat miskin dan bukan miskin PREDIKSI KEBUTUHAN DI MASA DEPAN Untuk mengidentifikasi permasalahan pada tahap dini Misal : screening test dan tes perkembangan anak MONITORING DAN EVALUASI Melihat besar perubahan atas individu atau kelompok atas dimensi yang diinginkan Misal : mengetahui efektifitas proyek HP IV dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
TINGKAT PENGUKURAN (1) SKALA NOMINAL 2. SKALA ORDINAL Tingkat pengukuran terendah. Terdiri dari identifikasi sistematis dan labelling kelas atas obyek atau peristiwa tertentu Misal : jenis kelamin, international classification of diseases 2. SKALA ORDINAL Terdapat perbedaan antar kelas tetapi tidak dapat menentukan seberapa jauh antar kelas Misal : Sakit : parah – sedang – ringan Kepuasan : sangat tidak puas – puas – sangat puas
TINGKAT PENGUKURAN (2) 3. SKALA INTERVAL 4. SKALA ORDINAL Tidak hanya ranking antar kelas tetapi juga jarak antar poin dalam suatu skala. Tidak mempunyai nilai 0 absolut (skala tidak dapat dikali atau dibagi) Misal : suhu tubuh 4. SKALA ORDINAL Tingkat pengukuran tertinggi dengan semua kriteria yang dimiliki skala nominal, ordinal, dan interval ditambah skala dapat dibagi atau dikali Misal : waktu tunggu
CARA PENGUMPULAN DATA PENGUKURAN OBSERVASI WAWANCARA MISAL : SUHU UDARA OBSERVASI MISAL OBSERVASI KEPATUHAN BIDAN TERHADAP SOP PEMASANGAN AKDR WAWANCARA TATAP MUKA, VIA TELEPON, VIA SURAT
VALIDITAS (1) ADALAH TINGKATAN DIMANA INSTRUMEN MAMPU MENGUKUR APA YANG INGIN DIUKUR EFEK DARI NON-RANDOM ERROR ATAU KESALAHAN SISTEMATIK
VALIDITAS (2) Validitas Muka (face validity) Validitas muka menunjukkan sejauh mana suatu instrumen tampak pada permukaan mampu mengukur kualitas variabel yang diinginkan Validitas muka mempersoalkan kemampuan item pertanyaan suatu alat ukur untuk dipahami atau ditafsirkan dengan benar oleh subyek penelitian Contoh, pertanyaan “Berapa menit yang Anda perlukan untuk pergi dari rumah ke Puskesmas Lebakwangi?” Pertanyaan tersebut akan dapat dipahami oleh responden yang mengerti tentang konsep waktu dengan baik.
VALIDITAS (3) 2. Validitas Isi (content validity) Validitas isi menunjukkan sejauh mana suatu instrumen mampu mencakup semua substansi penting dari ‘domain” variabel yang hendak diukur. Validitas isi meliputi dua komponen, yaitu relevansi isi (content relevance) dan cakupan isi (content coverage). Substansi variabel dapat saja berubah sepanjang waktu. Jika alat ukur tidak diperbaharui (update) untuk menyesuaikan perubahan itu, maka alat ukur akan kehilangan validitas isi seiring dengan berjalannya waktu.
VALIDITAS (3) Validitas Kriteria (criterion validity) Validitas criteria menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur berkorelasi dengan alat ukur yang dianggap sebagai standar emas (gold standard). Kesehatan biasanya dibandingkan dengan orang yang sehat Validitas kriteria didapat bila pengukuran tersebut lebih praktis, lebih ekonomis dan lebih cepat memberikan hasil. Ada dua dimensi validitas criteria yaitu: Validitas Sewaktu (concurrent validity dan Validitas Prediktif (predictive validity)
VALIDITAS (4) 4. Validitas Konstruk (construct validity) Validitas konstruk merujuk kepada sejauh mana metode pengukuran berkorelasi dengan teori yang berlaku. Semakin kuat korelasi dengan teori yang berlaku maka semakin tinggi validitas konstruknya Validitas ini umumnya dicari jika tidak ada standar emas. Peneliti berusaha mengumpulkan berbagai bukti empiris untuk mendukung bahwa pengukuran mempunyai makna. Hal ini bisa dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran yang didapat pada beberapa kelompok responden yang berbeda.
VALIDITAS (5) EMPAT ALASAN RERPONDEN SUKAR MENJAWAB: RESPONDEN TIDAK TAHU INFORMASI ITU RESPONDEN TIDAK INGAT INFORMASI ITU RESPONDEN TIDAK PAHAM PERTANYAAN RESPONDEN TIDAK MAU MENJAWAB PERTANYAAN
RELIABILITAS Reliabilitas (reproducibility, repeatability, consistency, stability) adalah tingkatan dimana suatu instrumen memberikan hasil yang sama jika digunakan berkali- kali pada populasi atau fenomena yang tidak berubah (unchanged) pada situasi yang berbeda. Situasi yang berbeda maksudnya adalah kesempatan (waktu) yang berbeda tetapi pengamat sama, pengamat yang berbeda, atau tes-tes yang serupa atau pararel..
JENIS-JENIS RELIABILITAS (1) Test-retes reliability Diukur dengan menerapkan pengukuran pada populasi yang sama namun diukur pada saat yang berbeda tapi dengan kondisi yang sama. Reliabilitas seperti ini memiliki beberapa kesulitan dikarenakan: terjadi perubahan pada populasi diantara dua pengukuran subyek mengalami proses pembelajaran atau mengingat respon yang diberikan saat pengukuran pertama.
JENIS-JENIS RELIABILITAS (2) 2. Inter-rater reliability Tingkat konsistensi antara beberapa pengamat atau pengguna instrumen tertentu. Idealnya, pengukuran ini dilakukan oleh pengamat yang berbeda pada responden yang sama dengan selang waktu yang pendek. Namun, umumnya persyaratan ini sulit terpenuhi. Pada kenyataannya, pengukuran yang dilakukan oleh sejumlah kecil pengamat yang terlatih dengan baik akan memberikan hasil reliabilitas yang lebih baik daripada banyak pengamat tapi tidak terlatih.
MERANCANG KUISIONER MENULIS PERTANYAAN URUTAN PERTANYAAN TATA LETAK PERTANYAAN PERTANYAAN TERTUTUP DAN TERBUKA
MENULIS PERTANYAAN MEMASTIKAN PERTANYAAN DIPAHAMI OLEH RESPONDEN BEBERAPA PERTIMBANGAN: TIDAK MENULISKAN SINGKATAN ATAU KATA-KATA TIDAK LENGKAP GUNAKAN KATA-KATA SEDERHANA, SESUAI KARAKTERISTIK RESPONDEN HINDARKAN KATA-KATA YANG BERARTI GANDA HINDARI PERTANYAAN BIAS ATAU MELEADING KALIMAT PERTANYAAN PENDEK (MAKS. 20 KATA PER PERTANYAAN)
URUTAN PERTANYAAN PERTANYAAN AWAL SEBAIKNYA MENYENANGKAN, MENARIK DAN MUDAH MULAI DARI UMUM KE SPESIFIK PERTANYAAN TRANSISI
TATA LETAK PERTANYAAN DITULIS DENGAN HURUF YANG MUDAH DILIHAT DAN JELAS TIDAK BANYAK HALAMAN TANDA YANG JELAS UNTUK PERTANYAAN “JUMPING” PERTANYAAN BERSIFAT “SELF EXPLANATORY”
PERTANYAAN TERBUKA & TERTUTUP PERTANYAAN TERTUTUP MUDAH DIJAWAB, DIKODING, MUDAH DIANALISA RESPONDEN SULIT EKSPRESIKAN PERASAAN PERTANYAAN TERBUKA RESPONDEN BEBAS MENJAWAB KLASIFIKASI JAWABAN JADI POTENSI BIAS SUBYEKTIF RESPONSE RATE BIASANYA RENDAH
Latihan Buat instrumen untuk mengukur keramahan petugas: Variabel dan cara pengukuran Buat instrumen untuk mengukur waktu tunggu pelayanan apotik