Penentuan Biaya Bahan Baku AKUNTANSI BIAYA Penentuan Biaya Bahan Baku
Penentuan Biaya Bahan Baku Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami komponen harga pokok bahan Mahasiswa dapat memahami potongan pembelian Mahasiswa dapat memahami biaya angkut pembelian Mahasiswa dapat memahami biaya penyimpanan dan pengelolaan bahan Mahasiswa dapat memahami akuntansi biaya bahan Mahasiswa dapat menentukan harga pokok bahan yang dipakai dengan metode sistem fisik Mahasiswa dapat menentukan harga pokok bahan yang dipakai dengan metode sistem permanen
Penentuan Biaya Bahan Baku Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa dapat menghitung aliran harga pokok bahan dengan metode identifikasi khusus Mahasiswa dapat menghitung aliran harga pokok bahan dengan metode harga pokok rata-rata Mahasiswa dapat menghitung aliran harga pokok bahan dengan metode harga pokok FIFO Mahasiswa dapat menghitung aliran harga pokok bahan dengan metode harga pokok LIFO Mahasiswa dapat memahami perbandingan metode penentuan harga pokok bahan yang dikonsumsikan Mahasiswa dapat memahami prosedur pencatatan
Komponen Harga Pokok Bahan Semua pengorbanan yang diperlukan untuk mendapatkan bahan tersebut sampai pada kondisi siap untuk dipakai atau dikonsumsi.
Komponen Harga Pokok Bahan Harga pokok bahan terdiri dari: Harga neto menurut faktur pembelian (setelah dikurangi potongan pembelian) ditambah dengan biaya angkut pembelian dan biaya penyimpanan.
Potongan Pembelian Potongan pembelian dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : Potongan pembelian yang diperoleh karena membeli dalam kuantitas tertentu yang ditetapkan Potongan tunai yang merupakan potongan harga yang didapat karena membayar tepat pada waktunya.
Potongan Pembelian Pada dasarnya potongan pembelian yang diperoleh karena membeli dalam kuantitas tertentu yang ditetapkan harus dikurangkan dari harga pokok bahan yang dibeli. Dua alternatif perlakuan akuntansi dapat dipakai terhadap potongan tunai yaitu : Potongan tunai dikurangkan dari harga setiap faktur pembelian (Metode Neto). Potongan tunai dicatat dalam rekening potongan pembelian sebagai rekening kontra untuk pembelian atau persediaan bahan (Metode Bruto).
Biaya Angkut Pembelian Dalam transaksi pembelian dengan syarat penyerahan barang prangko alamat atau gudang pembeli (f.o.b destination), maka biaya angkut barang sampai gudang pembeli menjadi tanggung jawab pihak penjual. Dalam transaksi pembelian dengan syarat penyerahan barang prangko alamat atau gudang penjual (f.o.b shipping point), maka biaya angkut barang sampai di gudang pembeli menjadi tanggung jawab pihak pembeli.
Biaya Angkut Pembelian Barang yang diangkut dalam setiap kali pengiriman bisa jadi terdiri dari lebih satu faktur pembelian, dengan unit atau ukuran barang yang berbeda. Dalam situasi demikian, 2 alternatif perlakuan terhadap biaya angkut pembelian dapat dipakai : Mengalokasikan biaya angkut pembelian kepada setiap jenis bahan. Membebankan biaya angkut pembelian sebagai bagian dari biaya overhead pabrik sesungguhnya
Biaya Penyimpanan & Pengelolaan Bahan Biaya penerimaan, penyimpanan atau pergudangan dan administrasi dalam rangka pengadaannya. Mengalokasikan biaya penyimpanan kepada setiap jenis bahan berdasar tarif yang ditentukan di muka. Biaya penyimpanan dan pengelolaan bahan akan berjumlah Rp 200.000 sedang pemakaian bahan untuk periode yang sama direncanakan sebesar Rp 1 juta. Berarti biaya penyimpanan dan pengelolaan bahan dibebankan kepada bahan yang dipakai didalam setiap kegiatan produksi berdasar tarif sebesar 20% dari harga pokok.
Akuntansi Biaya Bahan Pada umumnya perusahaan mendesain sistem akuntansinya untuk pengawasan persediaan dan biaya bahan. Untuk tujuan pengawasan persediaan itu, fungsi akuntansi adalah menyediakan informasi yang diperlukan oleh manajemen untuk menentukan dan mempertahankan tingkat investasi yang optimal dalam persediaan bahan, bahkan terhadap produk jadi.
Akuntansi Biaya Bahan Untuk tujuan perhitungan harga pokok produk, akuntansi terhadap biaya bahan meliputi 2 kegiatan pokok yaitu pembelian dan pemakaiannya.
Pembelian Bahan Salah satu bentuk tanggung jawab bagian pembelian adalah melakukan pembelian bahan baku dan penolong sesuai standar kualitas yang telah ditetapkan dengan harga dan syarat pembayaran yang paling menguntungkan perusahaan. Untuk mengikuti pelaksanaan fungsi pembelian tersebut sedikitnya diperlukan 3 macam dokumen atau formulir yaitu permintaan pembelian, order pembelian, dan laporan penerimaan barang.
Permintaan Pembelian Suatu dokumen atau formulir yang dibuat atau diterbitkan oleh bagian gudang kepada bagian pembelian untuk memberitahukan tentang adanya sejumlah bahan yang harus dibeli adalah Permintaan Pembelian. Formulir ini memuat informasi tentang jenis dan spesifikasi bahan yang diperlukan, jumlah satuan, tanggal digunakan, dan taksiran harga per satuan atau harga per satuan pada pembelian terakhir.
Order Pembelian Suatu dokumen atau formulir yang dibuat oleh bagian pembelian untuk ditujukan kepada pemasok terpilih disebut Order Pembelian. Formulir ini berfungsi sebagai otorisasi kepada pemasok untuk mengirimkan sejumlah barang yang dipesan oleh perusahaan beserta tagihan atau fakturnya, pada tanggal dan dengan syarat-syarat yang telah disepakati bersama dengan bagian pembelian. Formulir ini memuat informasi yang bersangkut paut dengan jenis, jumlah dan harga bahan baku dan penolong yang dipesan, tanggal dan syarat-syarat penyerahan serta pembayarannya.
Laporan Penerimaan Barang Suatu dokumen atau formulir yang dibuat oleh bagian penerimaan barang untuk melakukan perhitungan fisik barang yang dikirim oleh pemasok dan memastikan barang yang diterima tidak cacat atau rusak serta sesuai dengan syarat-syarat yang dinyatakan dalam order pembelian dan pembungkusnya. Laporan Penerimaan Barang menyajikan informasi tentang nama pemasok, tanggal pesanan, tanggal penerimaan, jumlah dan spesifikasi barang yang diterima, dan berbagai penjelasan mengenai keadaan barang seperti adanya sebagian barang yang rusak atau cacat.
Pemakaian Bahan Untuk memberikan otorisasi pemakaian bahan baku dan bahan penolong ada pada manajer atau kepala bagian produksi yang diwujudkan dalam bentuk dokumen atau formulir yang disebut Permintaan Bahan.
Permintaan Bahan Dokumen ini memuat informasi tentang jenis dan kuantitas bahan yang diperlukan, bagian atau departemen yang memerlukan, jenis produk yang memerlukan dan harga pokoknya baik untuk setiap satuan bahan maupun dalam jumlah totalnya.
Metode Penentuan Harga Pokok Bahan Yang Dipakai Penentuan harga pokok bahan yang dikonsumsikan dalam suatu periode proses produksi berkaitan erat dengan sistem administrasi (akuntansi) terhadap persediaan bahan. Rumus harga pokok bahan yang dikonsumsikan dalam suatu periode proses produksi : Harga pokok bahan = dikonsumsikan Harga Pokok Bahan dibeli + Kenaikan/ Penurunan Persediaan
Metode Penentuan Harga Pokok Bahan Yang Dipakai Berdasarkan formula tersebut dapat disimpulkan bahwa : Harga pokok bahan yang dikonsumsikan akan lebih besar dari harga pokok bahan yang dibeli jika terjadi penurunan persediaan (Harga pokok bahan dikonsumsi – harga pokok bahan dibeli plus penurunan persediaan). Dalam situasi demikian, bahan yang dikonsumsikan tidak saja yang berasal dari pembelian dalam periode yang bersangkutan, tetapi juga meliputi sebagian dari bahan yang ada dalam persediaan pada awal periode. Harga pokok bahan yang dikonsumsikan akan berjumlah sama besar dengan harga pokok bahan yang dibeli jika tidak terjadi perubahan dalam persediaan. Dalam situasi ini, dimana persediaan tidak mengalami perubahan berarti bahan yang dikonsumsikan dalam suatu periode persis sama dengan bahan yang dibeli dalam periode tersebut. Harga pokok bahan yang dikonsumsikan akan lebih rendah dibanding harga pokok bahan yang dibeli jika terjadi kenaikan dalam persediaan (Harga pokok bahan dikonsumsi = Harga pokok bahan dibeli – Kenaikan Persediaan). Dalam situasi dimana terjadi kenaikan persediaan maka tidak seluruh bahan yang dibeli dalam suatu periode akan habis dikonsumsikan dalam periode yang sama.
Metode Penentuan Harga Pokok Bahan Yang Dipakai 2 Alternatif sistem administrasi atas persediaan yang dapat dipakai, yaitu : Sistem Fisik atau Periodik Sistem Permanen atau Perpetual
Sistem Fisik atau Periodik Sesuai dengan komponen-komponen yang membentuk harga pokok bahan yang dibeli, biasanya digunakan rekening pembukuan yang terdiri dari : Pembelian Bahan Potongan Pembelian Biaya Angkut Pembelian
Sistem Fisik atau Periodik Rekening pembelian didebit dengan harga bahan menurut faktur dari pemasok. Rekening potongan pembelian dikredit untuk setiap potongan harga yang didapat atau ditawarkan oleh pemasok. Rekening biaya angkut pembelian didebit setiap kali terjadi biaya angkut pembelian.
Sistem Fisik atau Periodik Persediaan Awal Periode XXX Pembelian Biaya Angkut Pembelian Potongan Pembelian ( XXX ) Harga Pokok Bahan Tersedia Dipakai Persediaan Akhir Periode Harga pokok bahan dikonsumsikan
Sistem Permanen Sistem ini menggunakan rekening persediaan bahan untuk mencatat transaksi-transaksi pembelian dan pemakaian bahan. Rekening persediaan bahan didebit dengan harga pokok bahan setiap kali terjadi transaksi pembelian. Rekening Harga pokok bahan dikredit untuk setiap kali terjadi transaksi pemakaian.
ALIRAN HARGA POKOK BAHAN Baik sistem fisik maupun sistem permanen pada akhirnya dihadapkan pada alternatif pilihan terhadap harga pokok per satuan bahan yang harus dipakai sebagai dasar dalam menentukan besarnya harga pokok bahan yang dikonsumsikan dan persediaan akhir periode. Ada beberapa metode yang dapat dipakai sebagai dasar dalam menentukan harga pokok bahan yang dikonsumsikan atau penilaian persediaan pada akhir periode yaitu metode identifikasi khusus, metode harga pokok rata-rata, metode harga pokok masuk pertama keluar pertama (MPKP), dan metode harga pokok masuk terakhir keluar pertama (MTKP).
ALIRAN HARGA POKOK BAHAN Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan metode mana yang akan dipakai sebagai dasar dalam menentukan harga pokok bahan yang dikonsumsikan atau penilaian persediaan pada akhir periode yaitu : Metode yang banyak dipakai oleh industri dimana perusahaan beroperasi. Pola hubungan atau korelasi antara harga jual produk dengan harga pokok produknya. Frekuensi pembelian dan terjadinya fluktuasi harga bahan. Kuantitas bahan yang dibeli pada setiap kali pembelian. Jumlah relatif biaya bahan terhadap harga pokok produk selesai. Kemungkinan digunakannya metode yang berbeda untuk setiap jenis bahan. Metode-metode yang disarankan atau diperkenankan oleh peraturan perpajakan. Tendensi harga bahan dan tarif pajak penghasilan dalam jangka panjang.
Identifikasi Khusus Metode yang paling mudah tetapi memerlukan banyak waktu dan barangkali juga biaya. Perusahaan harus menyelenggarakan catatan yang lengkap terhadap harga pokok dan kuantitas bahan baik untuk setiap kali terjadi pembelian maupun pemakaian bahan. Metode ini menghasilkan harga pokok bahan yang dikonsumsi dan nilai persediaan bahan pada akhir periode yang sama antara sistem fisik dam sistem permanen. Harga pokok bahan yang dikonsumsikan tidak lain merupakan jumlah komulatif dari hasil perkalian antara kuantitas bahan yang dipakai dengan harga pokok per satuan, sedang persediaan bahan pada akhir periode dihitung berdasar kuantitas bahan yang ada dalam persediaan sesuai dengan harga pokok per satuan yang terjadi pada saat pembelian.
Identifikasi Khusus Contoh Sistem Fisik : Persediaan awal bulan = 1.000 unit @ Rp 500 Pembelian : Tgl 5 April = 1.200 unit @ Rp 600 Tgl 15 April = 1.000 unit @ Rp 700 Tgl 25 April = 800 unit @ Rp 650 Jumlah = 4.000 unit Pemakaian : Tgl 3 April = 800 unit Tgl 10 April = 600 unit Tgl 17 April = 700 unit Tgl 27 April = 900 unit + Jumlah = 3.000 unit
Identifikasi Khusus Kelompok harga pokok per unit bahan Pemakaian Bahan Hasil Perhitungan Fisik Persediaan Awal 1/4 Rp 500 Tgl 3/4 800 unit 200 unit Pembelian 5/4 Rp 600 Tgl 10/4 600 unit 300 unit Tgl 17/4 Pembelian 15/4 Rp 700 400 unit Tgl 27/4 Pembelian 25/4 Rp 650 JUMLAH 3.000 unit 1.000 unit
Identifikasi Khusus Sistem Fisik, Nilai Persediaan Akhir Bulan : Tanggal Pembelian Kuantitas Pembelian (Unit) Kuantitas Dipakai (Unit) Kuantitas Dalam Persediaan (Unit) Harga Pokok Per Unit (Rp) Persediaan Akhir (Rp) 1/4 1,000 800 200 500 100,000 5/4 1,200 900 300 600 180,000 15/4 700 210,000 25/4 650 130,000 4,000 3,000 620,000
Identifikasi Khusus Harga Pokok Bahan yang dikonsumsikan : Tanggal Pembelian Kuantitas Pembelian (Unit) Harga Pokok Per Unit (Rp) Jumlah 1/4 1,000 500 500,000 5/4 1,200 600 720,000 15/4 700 700,000 25/4 800 650 520,000 Harga Pokok Bahan Tersedia Dipakai 2,440,000 Persediaan Akhir Bulan 620,000 Harga Pokok Bahan Dikonsumsi Bulan April 1,820,000
Harga Pokok Bahan baku yang dikonsumsikan seluruhnya berjumlah Identifikasi Khusus Sistem Permanen Tgl Pembelian Pemakaian Saldo Kuantitas Harga/ unit Jumlah 1/4 1,000 500 500,000 3/4 800 400,000 200 100,000 5/4 1,200 600 720,000 10/4 360,000 15/4 700 700,000 17/4 300 180,000 400 280,000 420,000 25/4 650 520,000 27/4 210,000 390,000 130,000 Harga Pokok Bahan baku yang dikonsumsikan seluruhnya berjumlah 1,820,000 620,000
Metode Harga Pokok Rata-rata Untuk digunakan pada perusahaan yang memiliki persediaan bahan yang relatif sedikit jenisnya atau bahkan terdiri dari barang-barang sejenis seperti gula pasir pada pabrik minuman. Perusahaan dapat memilih salah satu dari 2 alternatif prosedur yang dapat dipakai apabila menggunakan sistem fisik yaitu rata-rata harga pokok (simple average) dan rata-rata tertimbang (weighted average)
Metode Harga Pokok Rata-rata (Sistem Fisik) Tanggal Pembelian Harga Pokok Per Unit (Rp) 1/4 500 5/4 600 15/4 700 25/4 650 Jumlah 2,450 Harga pokok rata-rata 612.50 Harga pokok bahan tersedia dipakai 2,440,000 Persediaan akhir bulan 612,500 Harga pokok bahan dikonsumsikan bulan April 1,827,500
Metode Harga Pokok Rata-rata (Sistem Fisik) Penggunaan harga pokok rata-rata sebagai dasar alokasi terhadap harga pokok bahan yang tersedia dipakai akan mengakibatkan total harga pokok bahan berbeda dari jumlah yang sebenarnya: Harga pokok bahan dikonsumsikan 1,837,500 Persediaan akhir bulan 612,500 Harga pokok bahan tersedia dipakai alokasi 2,450,000 Harga pokok tersedia dipakai seharusnya 2,440,000 Selisih 10,000
Rata-rata Tertimbang (Sistem Fisik) Tanggal Pembelian Kuantitas Pembelian (Unit) Harga Pokok Per Unit (Rp) Jumlah 1/4 1,000 500 500,000 5/4 1,200 600 720,000 15/4 700 700,000 25/4 800 650 520,000 4,000 610 2,440,000 Incremental Basis : Harga pokok bahan tersedia dipakai 2,440,000 Persediaan akhir bulan 610,000 Harga pokok bahan dikonsumsikan 1,830,000 Prosedur Alokasi : Harga pokok bahan dikonsumsi 1,830,000 Persediaan akhir bulan 610,000 Harga pokok bahan tersedia dipakai 2,440,000
Metode Harga Pokok Rata-rata (Sistem Permanen) Metode Rata-rata Bergerak (Sistem Permanen) Tgl Pembelian Harga Pokok Bahan Tersedia Dipakai Pemakaian Harga Pokok Bahan Dikonsumsi Sisa Kuantitas Harga/ unit Jumlah 1/4 500,000 1,000 500 3/4 800 400,000 200 100,000 5/4 1,200 600 720,000 1,400 550 770,000 10/4 330,000 440,000 15/4 700 700,000 1,800 1,080,000 17/4 420,000 1,100 660,000 25/4 650 520,000 1,900 612.5 1,163,750 27/4 900 613 551,250 612,500 Total 2,440,000 1,701,250
Metode Harga Pokok Rata-rata (Sistem Permanen) Harga pokok bahan dikonsumsikan 1,701,250 Persediaan akhir bulan 612,500 Harga pokok bahan tersedia dipakai 2,313,750
Metode Harga Pokok Rata-rata (Sistem Permanen) Metode Rata-rata Bergerak Tertimbang (Sistem Permanen) Tgl Pembelian Harga Pokok Bahan Tersedia Dipakai Pemakaian Harga Pokok Bahan Dikonsumsi Sisa Kuantitas Harga/ unit Jumlah 1/4 500,000 1,000 500 3/4 800 400,000 200 100,000 5/4 1,200 600 720,000 1,400 585.71 820,000 10/4 351,429 468,571 15/4 700 700,000 1,800 649.21 1,168,571 17/4 454,444 1,100 714,127 25/4 650 520,000 1,900 649.54 1,234,127 27/4 900 584,586 649,541 Total 2,440,000 1,790,459
Metode Harga Pokok Rata-rata (Sistem Permanen) Harga pokok bahan dikonsumsikan 1,790,459 Persediaan akhir bulan 649,541 Harga pokok bahan tersedia dipakai 2,440,000
Metode Harga Pokok FIFO (Sistem Fisik) Harga Pokok Bahan Dikonsumsikan (sebanyak 3.000 unit) : Tanggal Pembelian Kuantitas Pembelian (Unit) Harga Pokok Per Unit (Rp) Jumlah 1/4 1,000 500 500,000 5/4 1,200 600 720,000 15/4 800 700 560,000 Total 3,000 1,780,000 Persediaan Akhir Bulan (sebanyak 1.000 unit) : 25/4 650 520,000 200 140,000 660,000 Harga Pokok Bahan Tersedia Dipakai 2,440,000
Metode Harga Pokok FIFO (Sistem Permanen) Tgl Pembelian Pemakaian Saldo Kuantitas Harga/ unit Jumlah 1/4 1,000 500 500,000 3/4 800 400,000 200 100,000 5/4 1,200 600 720,000 10/4 400 240,000 480,000 15/4 700 700,000 17/4 420,000 100 60,000 25/4 650 520,000 27/4 140,000 560,000 1,940,000 1,780,000 660,000
Metode Harga Pokok FIFO (Sistem Permanen) Ringkasan untuk pemakaian bahan : 1,000 x 500 = 500,000 1,200 x 600 = 720,000 800 x 700 = 560,000 Harga Pokok Bahan dikonsumsi 1,780,000
Metode Harga Pokok LIFO (Sistem Fisik) Harga Pokok Bahan Dikonsumsikan (sebanyak 3.000 unit) : Tanggal Pembelian Kuantitas Pembelian (Unit) Harga Pokok Per Unit (Rp) Jumlah 25/4 800 650 520,000 15/4 1,000 700 700,000 5/4 1,200 600 720,000 Total 3,000 1,940,000 Persediaan Akhir Bulan (sebanyak 1.000 unit) : 1/4 500 500,000 Harga Pokok Bahan Tersedia Dipakai 2,440,000
Metode Harga Pokok LIFO (Sistem Permanen) Tgl Pembelian Pemakaian Saldo Kuantitas Harga/ unit Jumlah 1/4 1,000 500 500,000 3/4 800 400,000 200 100,000 5/4 1,200 600 720,000 10/4 360,000 15/4 700 700,000 17/4 490,000 300 210,000 25/4 650 520,000 27/4 100 70,000 140,000 1,940,000 1,840,000 600,000
Metode Harga Pokok LIFO (Sistem Permanen) Ringkasan untuk pemakaian bahan : 800 x 500 = 400,000 600 x 600 = 360,000 x 650 = 520,000 x 700 = 560,000 Harga Pokok Bahan dikonsumsi 1,840,000
Perbandingan Metode Penentuan Harga Pokok Bahan yang dikonsumsikan Identifikasi Khusus Harga Pokok Rata-Rata Satuan Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang Harga Pokok FIFO Harga Pokok LIFO Harga Pokok Dikonsumsikan : 1. Sistem Fisik 1,820,000 1,827,000 1,830,000 1,780,000 1,940,000 2. Sistem Permanen 1,701,250 1,790,459 1,840,000 Persediaan Akhir Bulan : 620,000 612,500 610,000 660,000 500,000 649,541 600,000
Prosedur Pencatatan Transaksi Pembelian Bahan Laporan Penerimaan Barang dan Faktur Pembelian dicatat ke dalam kartu gudang, jurnal pembelian, dan kartu buku besar. Setelah mencatat di jurnal pembelian dan kartu buku besar kemudian mencatat di kartu persediaan dan kartu utang. Surat Permintaan Bahan dan Order Pembelian dicatat ke dalam kartu gudang, jurnal pembelian, dan kartu buku besar juga mencatat di kartu persediaan dan kartu utang
Prosedur Pencatatan Transaksi Pembelian Bahan Contoh : Persediaan awal bahan terdiri dari 1.000 unit @ Rp 500. Pembelian bahan : - Tgl 5 April 1.200 unit dengan harga @ Rp 600 - Tgl 15 April 1.000 unit dengan harga @ Rp 700 - Tgl 25 April 800 unit dengan harga @ Rp 650 3. Pemakaian bahan : - Tgl 3 April 800 unit - Tgl 10 April 600 unit - Tgl 17 April 700 unit - Tgl 27 April 900 unit
Ikhtisar Jurnal Transaksi Pembelian dan Pemakaian Bahan Deskripsi Transaksi Sistem Permanen (Perpetual) Sistem Fisik (Periodik) Pembelian Bahan Persediaan Bahan 1.940.000 Pembelian Bahan 1.940.000 Utang Dagang 1.940.000 Utang Dagang 1.940.000 Pemakaian Bahan Diumpamakan seluruhnya merupakan pemakaian bahan baku PDP Bahan Baku 1.780.000 Persediaan Bahan 1.780.000 Biaya Bahan Baku 1.780.000 Persediaan Bahan Akhir 660.000 Pembelian Bahan 1.940.000 Persediaan Bahan Awal 500.000 Diumpamakan10% dari bahan merupakan bahan penolong. PDP Bahan Baku 1.602.000 BOP Sesungguhnya 178.000 Biaya Bahan Baku 1.602.000 BOP Sesungguhnya 178.000 Persediaan Bahan Akhir 660.000 Pembelian 1.940.000
Prosedur Pencatatan Transaksi Pembelian Bahan Pencatatan terhadap harga pokok bahan yang dikonsumsikan dilakukan pada akhir periode tahun buku, dengan mengalokasikan harga pokok bahan yang tersedia untuk dipakai (Persediaan Awal + Pembelian Neto) kepada harga pokok bahan yang dikonsumsikan dan Persediaan Bahan Akhir Periode. Dalam hal terjadi kenaikan nilai persediaan dapat diringkas sebagai berikut: Biaya Bahan Baku 1.602.000 BOP Sesungguhnya 178.000 Persediaan Bahan 160.000 Pembelian Bahan 1.940.000
Prosedur Pencatatan Transaksi Pembelian Bahan Contoh : Untuk pembelian bahan dalam bulan April tersebut, dibayar biaya angkut seluruhnya sebesar Rp 49.500. Perusahaan membebankan biaya angkut pembelian bahan sebagai bagian dari BOP. Oleh karena itu, biaya angkut pembelian bahan telah ikut diperhitungkan dalam membuat anggaran BOP pada setiap awal tahun bukunya.
Prosedur Pencatatan Transaksi Pembelian Bahan Perusahaan mencatat transaksi pembelian berdasar harga neto, setelah dikurangi dengan potongan tunai yang ditawarkan oleh pemasok (sebesar 2% dari harga faktur) dan harga faktur untuk sejumlah bahan yang dikembalikan kepada pemasok karena rusak atau cacat. Adapun rincian dari harga bahan yang dibeli adalah sebagai berikut : Total Harga Faktur Rp 2.000.000 Retur Pembelian Rp 20.410 Jumlah Rp 1.979.590 Potongan tunai 2% Rp 39.590 Jumlah Netto Rp 1.940.000
Prosedur Pencatatan Transaksi Pembelian Bahan Deskripsi Transaksi Sistem Permanen (Perpetual) Sistem Fisik (Periodik) Biaya Angkut Pembelian BOP Sesungguhnya 49.500 Kas 49.500 Retur Pembelian Utang Dagang 20.410 Persediaan Bahan 20.410 Retur Pembelian 20.410 Pembayaran kepada Pemasok : a. Dalam masa potongan Utang Dagang 1.940.000 Kas 1.940.000 b. Di luar masa potongan Rugi potongan tidak digunakan 39.590 Kas 1.979.590
Prosedur Pencatatan Transaksi Pembelian Bahan Deskripsi Transaksi Sistem Permanen (Perpetual) Sistem Fisik (Periodik) Pembelian Persediaan Bahan 2.000.000 Utang Dagang 2.000.000 Retur Pembelian Utang Dagang 20.410 Persediaan Bahan 20.410 Retur Pembelian 20.410 Pembayaran kepada Pemasok : a. Dalam masa potongan Utang Dagang 1.979.590 Potongan Pembelian 39.590 Kas 1.940.000 b. Di luar masa potongan Kas 1.979.590
TERIMA KASIH