Hanifah Rahmani N Michael Christian Kelainan Refraksi Hanifah Rahmani N Michael Christian
VISION 20/20 Depkes RI. Survey Kesehatan Indera 1993-1996
Medium Refraksi
Daya Akomodasi
Pemeriksaan Tajam Penglihatan Objektif Retinoskopi Subjektif Snellen Chart
Jarak 6 m (20ft) Mata kanan lebih dulu / mata yang sakit Koreksi pinhole kelainan refraksi Koreksi sferis plus Koreksi sferis negatif
Low Acuity Hitung jari dari jarak 1 m = 1/60 Hitung jari dari jarak 2 m = 2/60, s/d 6/60. Gerakan tangan dari jarak 1 m = 1/300 Cahaya senter = LP = 1/~ Tidak dapat melihat cahaya = NLP
Kelainan refraksi
Emetropia suatu keadaan refraksi dimana sinar cahaya sejajar yang datang dari jarak tak hingga difokuskan pada retina saat mata tanpa akomodasi
Ametropia keadaan refraksi dimana sinar cahaya sejajar yang datang dari jarak tak hing-ga difokuskan di depan atau belakang lapisan sen-sitif retina. Dapat dibagi menjadi: Hipermetropia Miopia Astigmatisme Kelainan akomodasi: Presbiopia
Ametropia Ametropia refraktif Ametropia aksial
Miopia Disebut juga nearsighted Punctum remotum(PR) Menurut derajat beratnya: Miopia ringan 1-3 D Miopia sedang 3-6 D Miopia berat > 6 D Menurut mekanismenya: Aksial Kurvatura Posisional Indeks Akomodasi berlebih
Miopia Gejala klinis Shortsighted Gejala astenopik mata terkadang menonjol celah mata yang tertutup setengah anterior chamber yang sedikit lebih dalam dari normal
Miopia Miopia kongenital Miopia sederhana(school myopia) Muncul sejak lahir, terdiagnosa pada usia 2-3 th Seringkali unilateral dan berkaitan dengan kelainan- kelainan lain Miopia sederhana(school myopia) Miopia “fisiologis” Dipengaruhi faktor genetik Peran diet dan excessive near work belum jelas
Miopia Miopia patologis/degeneratif/progresif Komplikasi menyebabkan miopia berat pada usia dewasa muda perubahan degeneratif pada mata Floater Optic disc melebar Komplikasi Retinal detachment Perdarahan vitreous Perdarahan koroid
Tatalaksana Tatalaksana optik(kaca mata, lensa kontak) Derajat miopia dan lensa yang dibutuhkan harus diketahui dengan pemeriksaan visus tanpa koreksi dan dengan koreksi menggunakan metode trial and error Koreksi sferis yang diberikan harus nyaman bagi pasien Pada miopia yang berat, undercorrection lebih baik untuk menghindari gangguan near vision dan pengecilan bayangan
Tatalaksana Tatalaksana bedah (LASIK) Diet tinggi vitamin dan protein Low vision aid Konseling genetik
Hipermetropia Gambaran klinis: Asimptomatik Gejala astenopik Farsighted AOC dangkal Optic disc kecil
Hipermetropia
Hipermetropia Hipermetropia total Komplikasi: Hipermetropia laten + hipermetropia manifes Komplikasi: Blefaritis, kalazia rekuren Accomodative convergent squint Ambliopia Predisposisi narrow angle glaucoma primer
Tatalaksana Tatalaksana optik Hipermetropia total harus diketahui dengan melakukan refraksi di bawah sikloplegia komplit. Koreksi sferis yang diberikan harus nyaman bagi pasien Tingkatkan koreksi sferis secara gradual dalam interval 6 bulan sampai pasien menerima hipermetropia manifes. Pada keberadaan accomodative convergent squint, koreksi penuh harus diberikan Jika terdapat ambliopia, koreksi penuh dengan terapi oklusi harus dilakukan.
Presbiopia Hilangnya daya akomodasi yang terjadi bersamaan dengan proses penuaan pada semua orang Mulai dirasakan pada usia sekitar 45 tahun Memburuk pada cahaya temaram dan saat penderita lelah Gejala- gejala akan menetap hingga usia 55 tahun kemudian stabil dan menetap.
Presbiopia Penyebab dari presbiopia adalah penurunan elastisitas kapsul lensa sklerosis lensa kelemahan pada otot- otot siliaris Gejala yang dapat terlihat pada presbiopia adalah sulit melihat pada jarak dekat dan gejala astenopik.
Tatalaksana Prinsip dasar koreksi presbiopik adalah: Selalu temukan kelainan refraktif jarak jauh kemudian perbaiki Temukan koreksi presbiopik yang dibutuhkan pada masing- masing mata PP harus ditentukan dengan mempertimbangkan profesi pasien lensa yang diberikan adalah kekuatan terlemah dengan koreksi terbaik Selain tatalaksana optik, terdapat juga tatalaksana bedah.
Astigmatisme Kelainan refraksi dimana terdapat variasi refraksi pada berbagai meridia. Konsekuensi: sinar cahaya yang masuk ke mata tidak dapat dikonvergesikan pada satu titik fokus akan tetapi membentuk sebuah garis fokal
Astigmatisme reguler
Astigmatisme reguler Astigmatisme korneal Astigmatisme lentikular Astigmatisme retinal
Tipe refraksi astigmatisme reguler Sederhana miopik Sederhana hipermetropik Compound miopik Compound hipermetropik Campuran Tipe refraksi astigmatisme reguler
Astigmatisme ireguler Astigmatisme jenis ini memiliki karakteristik perubahan ireguler kekuatan refraktif pada meridia berbeda Secara etiologis dibedakan menjadi astigmatisme ireguler kurvatural Astigmatisme ireguler indeks
Gejala dan tanda astigmatisme defek penglihatan objek menjadi buram, objek terlihat memanjang, gejala astenopik Pada retinoskopi dapat ditemukan kekuatan yang berbeda pada dua meridia Pada funduskopi dapat terlihat optic disc yang oval atau miring Pada astigmatisme ireguler dapat dijumpai defek penglihatan, distorsi benda, dan poliopia.
Tatalaksana Tatalaksana optik Tatalaksana bedah Lensa silindris Lensa kontak rigid Lensa kontak torik Tatalaksana bedah Keratektomi fototeurapeutik
Kesimpulan Refraksi merupakan proses yang harus terjadi pada mata agar manusia dapat melihat Dapat terjadi kelainan refraksi karena kelainan panjang bola mata atau medium refraksi seperti hipermetropia, miopia, dan astigmatisme Terdapat pula kelainan akomodasi yaitu presbiopia
Daftar Pustaka Arthur CG, John EH. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia : Elsevier. 2006. P 617-8 Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 6th ed. Belmont: Thomson Brooks/Cole. 2007. P 192-206 Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan and Asbury’s General Ophthalmology [ebook]. 17th ed. Philadelphia: The McGraw-Hill Companies, Inc; 2007. Khurana AK. Comphrehensive Ophthalmology: disease of the vitreous [ebook]. 4th ed. New Delhi: New Age International; 2007.
Terima Kasih