PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA MENEGUHKAN JOGJA ISTIMEWA Yogyakarta, 8 Nov 2013 OLEH Drs. RUBIYATNO, MM PENGAWAS SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN KOTA YOGYAKARTA
4. MENANG TANPO NGASORAKE FILSAFAT KERJA GURU 1. SUGIH TANPO BONDO 2. DIGDOYO TANPO AJI 3 . NGLURUG TANPO BOLO 4. MENANG TANPO NGASORAKE 5 . WEWEH TANPO KELANGAN
MUATAN LOKAL BAHASA JAWA UU NO.13 TH 2012 PERMENDIKBUD NO.69 TH 20013 PERMENDIKBUD NO. 81A TAHUN 2013 STUKTUR KURIKULUM
PANDAWA
Toleransi.wmv SABAR DISIPLIN
Latar Belakang Masyarakat mengalami keguncangan ekonomi sangat dahsyat, degradasi moral, degradasi kebangsaan, disintegrasi, kekerasan dan sampai saat ini belum terselesaikan dengan baik. Insiden Mesuji, Insiden Maluku Utara, Insiden Freeport, Insiden Tanjung Priuk, SMA 6 Jakarta, … Kasus Gayus Tambunan, Nazarudin, Kasus Angie, Kasus Malinda Dee, Kasus Nunun, …, Peristiwa sandal jepit, Pemotongan bambu, Pemotongan Kayu, … Etika politik, ekonomi, sosial, dan hukum sudah tidak menyentuh ranah budi pekerti. 8
Kompas, 9 Maret 2013
Tantangan: Penyebab memudarnya karakter dan jati diri bangsa: belum optimalnya upaya pembentukan karakter bangsa; kurangnya keteladanan para pemimpin; lemahnya budaya patuh pada hukum; cepatnya penyerapan budaya global yang negatif; kurang mampunya menyerap budaya lokal yang lebih sesuai dengan karakter bangsa; ketidakmerataan kondisi sosial & ekonomi masyarakat. Tantangan: Derasnya arus globalisasi yang didorong oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.
PERMASALAHAN PEMBANGUNAN BUDI PEKERTI (CHARACTER BUILDING) 2 Isu utama permasalahan mendasar di bid. SOSBUD dalam konteks Nasional: Krisis Identitas Nasional, ditandai dgn semakin terkikisnya nilai-nilai budaya lama (spt: keramah-tamahan, gotong- royong, religiusitas & ciri positif lainnya); Meningkatnya kecenderungan disintegrasi, ditandai maraknya konflik sosial. Perlu kontribusi berbagai bidang Pembangunan, termasuk pembangunan kebudayaan dan pendidikan
Membangun SDM yang Berbudi Pekerti Luhur agar dapat berdaya saing dan berjati diri menjadi hal yang utama Perlu dirancang penyelenggaraan pendidikan yang seimbang antara aspek intelektual dan aspek budi pekerti. Keseimbangan kedua aspek tersebut tidak hanya terdapat dalam kurikulum, tetapi hendaknya diwujudkan dalam perilaku sehari-hari.
KONSEP PEMBANGUNAN MANUSIA RPJP Insan Berharkat Bermartabat Bermoral Memiliki jati diri Pemb Manusia Sehat Berpendidikan Kompetitif Tangguh Berkepribadian Penduduk Tumbuh Seimbang Sumber Daya Pembangunan Konsep pembangunan manusia yang ditawarkan merupakan perpaduan dari konsep: Economic growth, yang menempatkan SDM sebagai modal kapital Human Resource Development, yang menempatkan SDM sebagai instrumen untuk produksi barang dan jasa Human Welfare, yang menempatkan SDM sebagai tujuan akhir pembangunan Basic Need, yang mengacu pada pembangunan untuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia Pembangunan manusia mencakup seluruh siklus hidup manusia dari sejak dalam kandungan hingga akhir hayat 13
ARAHAN RPJPN 2005-2025 MAJU MANDIRI ADIL MAKMUR MISI 2005-2025 1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, beradab 2. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing 3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum 4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu 5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan 6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari 7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional 8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional Tujuan negara (UUD 45) VISI 2005-2025 Melindungi tumpah darah Memajukan kesejahteraan umum Mencerdaskan kehidupan bangsa Ikut melaksanakan ketertiban dunia MAJU MANDIRI ADIL MAKMUR
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH VISI NASIONAL VISI DAERAH INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR Daerah Istimewa Yogyakarta pada Tahun 2025 sebagai Pusat Pendidikan, Budaya dan Daerah Tujuan Wisata Terkemuka di Asia Tenggara dalam lingkungan Masyarakat yang Maju, Mandiri dan Sejahtera. MISI Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika,berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila; Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing; Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum; Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu; Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan; Mewujudkan Indonesia asri dan lestari; Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional; Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional. Mewujudkan pendidikan berkualitas, berdaya saing, dan akuntabel yang didukung oleh sumber daya pendidikan yang handal. Mewujudkan budaya adiluhung yang didukung dengan konsep, pengetahuan budaya, pelestarian dan pengembangan hasil budaya, serta nilai-nilai budaya secara berkesinambungan. Mewujudkan kepariwisataan yang kreatif dan inovatif. Mewujudkan sosiokultural dan sosioekonomi yang inovatif, berbasis pada kearifan budaya lokal, ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan rakyat.
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
MISI 1: Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, beradab SASARAN POKOK ARAH PEMBANGUNAN Karakter Bangsa: Tangguh Kompetitif Akhlak Mulia Bermoral Mantapnya budaya bangsa: Peradaban Harkat Martabat Jati diri Kepribadian Pembangunan Agama: Agama sbg landasan moral & etika Membina akhlak mulia, etos kerja, menghargai prestasi Meningkatkan kerukunan hidup, saling percaya dan harmonisasi Pembangunan & Pemantapan Jati Diri Bangsa: Karakter bangsa & sistem sosial berakar, unik, modern, unggul Pembangunan olahraga: peningkatan budaya dan prestasi olahraga Pengembangan budaya inovatif berorientasi Iptek: Penghargaan masyarakat terhadap Iptek Pengembangan tradisi iptek Pengungkapan kreativitas melalui kesenian 18
Kualitas SDM Kesehatan MISI 2: Mewujudkan bangsa yang berdaya saing SASARAN POKOK ARAH PEMBANGUNAN Kesehatan Meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat Pembangunan berwawasan kesehatan Pemb. Perempuan & anak: Peningkatan kualitas hidup perempuan, kesejahteraan, perlindungan anak, penurunan kekerasan, eksploitasi, & diskriminasi Penguatan kelembagaan dan jaringan PUG Pemuda: Pembangunan karakter bangsa & partispasi pemuda Budaya & prestasi olahraga Kualitas SDM 19
ARAHAN BUDI PEKERTI DALAM RPJMD Dalam RPJMD pun membangun budi pekerti di daerah terkandung dalam visi : “Pemerintah Daerah yang katalistik dan masyarakat mandiri yang berbasis keunggulan daerah serta sumberdaya manusia yang berkualitas unggul dan beretika”. Untuk mewujudkan visi tersebut salah satunya melalui Misi 1 yaitu Mengembangkan kualitas Sumberdaya manusia yang sehat, cerdas, profesional, humanis dan beretika dalam mendukung terwujudnya budaya yang adiluhung.
HUBUNGAN VISI DIY DAN BUDI PEKERTI DIY SEBAGAI PUSAT PENDIDIKAN BERBASIS BUDAYA TERKEMUKA DI ASIA TENGGARA TAHUN 2025 SDM YANG KREATIF, INOVATIF, BERBUDI PEKERTI LUHUR WADAH YANG BERNUANSA BUDAYA DAN HUMANIS AKTIVITAS YANG BERNUANSA BUDAYA, HUMANIS, PENUH KELUHURAN BUDI Pengarusutamaan Budi Pekerti yang bersumber pada tata nilai Yogyakarta Implementasi nilai-nilai budaya unggulan di lingkungan pemerintah, swasta, masyarakat, pendidikan, keluarga
Budi pekerti merupakan suatu perilaku positif yang dilakukan melalui kebiasaan, induk dari segala etika, tatakrama, tata susila, perilaku baik dalam pergaulan, pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. Ini berarti seseorang diajarkan sesuatu yang baik mulai dari masa kecil sampai dewasa melalui latihan-latihan, misalnya cara berpakaian, cara berbicara, cara menyapa dan menghormati orang lain, cara bersikap menghadapi tamu, cara makan dan minum, cara masuk dan keluar rumah dan sebagainya.
ANALISIS SWOT STRENGHT (KEKUATAN) Keragaman nilai-nilai kearifan lokal yang ada di DIY sebagai potensi diri dalam pengembangan budi pekerti (character building) Mampu berakulturasinya nilai-nilai budi pekerti budaya Yogyakarta dengan nilai-nilai dari luar Yogyakarta sebagai kota pendidikan dan budaya dan adanya Kraton sebagai pusat pelestarian budaya Jawa Masih tingginya semangat kerukunan, kegotongroyongan, toleransi, harmonisasi, keselarasan dalam dunia pendidikan dan masyarakat Masih banyak lembaga yang berkomitmen pada pengembangan budaya lokal (kearifan lokal) sebagai inti budi pekerti.
ANALISIS SWOT WEAKNESS (KELEMAHAN) Nilai-nilai kearifan lokal lebih menekankan aspek immaterial, sehingga kurang menyentuh nilai-nilain yang bersifat material/ekonomis. Terlalu banyak menampilkan simbol-simbol Dunia pendidikan lebih menekankan aspek kognitif, belum menyentuh aspek perilaku/budi pekerti Belum dalamnya pengenalan nilai-nilai budaya lokal Belum sinerginya tripilar pendidikan dalam melakukan pendidikan budi pekerti Belum terimplementasinya regulasi tentang pendidikan budi pekerti yang berbasis budaya / kearifan lokal Lemahnya ketahanan masyarakat atau daya saring terhadap nilai-nilai negatif
ANALISIS SWOT OPPORTUNITIES (PELUANG) Komitmen Kraton dan Pemprov untuk sepakat melakukan peningkatan kinerja dan budaya kerja yang berbasiskan kearifan lokal (SAPTA …….> SATRIYA Berkembangpesatnya multi media untuk pengembangan budi pekerti yang bersumberkan pada kearifan lokal Kepercayaan masyarakat luar terhadap budi pekerti nya masyarakat Yogyakarta masih dapat dirasakan Gerakan dunia international untuk membangkitkan local wisdom di setiap negara
ANALISIS SWOT THREATS (TANTANGAN) Globalisasi yang membawa revolusi teknologi, telekomunikasi, transportasi, kepariwisataan akan membawa nilai-nilai beranekarupa Berkembangpesatnya bahasa asing di semua lingkungan pendidikan yang bersaing dengan perkembangan Bahasa Ibu. Perubahan paradigma kemasyarakatan yang sedikit demi sedikit tergoda oleh budaya materialisme
Sumber Pendidikan Budi Pekerti di DIY berdasar pada Tata nilai Budaya Jawa yang tertuang dalam Perda DIY No 4 Th 2011. Tata Nilai Budaya Yogyakarta yang termuat di dalamnya : a. tata nilai religio-spriritual; b. tata nilai moral; c. tata nilai kemasyarakatan; d. tata nilai adat dan tradisi; e. tata nilai pendidikan dan pengetahuan; f. tata nilai teknologi; g. tata nilai penataan ruang dan arsitektur; h. tata nilai mata pencaharian; i. tata nilai kesenian; j. tata nilai bahasa; k. tata nilai benda cagar budaya dan kawasan cagar budaya; l. tata nilai kepemimpinan dan pemerintahan; m. tata nilai kejuangan dan kebangsaan; dan n. tata nilai semangat keyogyakartaan.
Dasar-dasar budi pekerti luhur yang bersumber dari kearifan lokal Bersikap sabar, nrimo artinya menerima dengan ikhlas dan sadar jalan kehidupan kita dan tidak perlu iri kepada sukses orang lain Ingin hidup sukses harus berusaha dengan keras dan rajin dan doa mohon kepada Tuhan, hasilnya terserah Tuhan. Tidak bersikap egois yang hanya mementingkan diri sendiri. Ada petuah: Sepi ing pamrih, rame ing gawe.artinya bertindak tanpa pamrih dan selalu siap bekerja demi kepentingan masyarakat dan kesejahteraan umat.Sikap yang demikian ,mudah menimbulkan tindakan ber-gotong royong, baik dalam lingkungan kecil maupun besar. Gotong Royong adalah kerjasama saling membantu dan hasilnya sama-sama dinikmati. Ini bisa berlaku diskop kecil seperti antar tetangga kampung yang merupakan kebiasaan yang sudah berjalan sejak masa kuno. Yang digotong royongkan antara lain : sama-sama membersihkan jalan desa, memperbaiki pra sarana seperti jalan desa, saluran air, balai desa dsb.Ada juga yang bergotong royong ramai-ramai membangun rumah seorang warga dll. Jadi pada intinya gotong royong adalah kerjasama antar beberapa pihak yang menghasilkan nilai lebih dipelbagai bidang yang dikerjakan bersama tersebut.
Dasar-dasar budi pekerti luhur ……………….. (2) Jujur, tidak menipu, welas asih kepada sesama. Berkelakuan baik tidak melakukan Mo Limo, yaitu : Main/berjudi; madon/ main perempuan atau selingkuh;mabuk karena minuman keras;madat menggunakan narkoba dan maling. Tentu saja tindakan jahat yang lain seperti membunuh, menista, mengakali, memeras, menyuap, melanggar hukum dan berbuat kejam ,harus tidak dilakukan. Berperilaku baik dengan menghindari perbuatan salah, supaya nama baik tetap terjaga dan supaya tidak kena malu.Terkena malu bagi orang Jawa tradisional adalah kehilangan kehormatan.Ada pepatah Jawa menyatakan : Kehilangan semua harta milik itu tidak kehilangan apapun; kehilangan nyawa artinya kehilangan separoh hidup kita; tetapi kalau kehilangan kehormatan artinya kehilangan semuanya. Memelihara kerukunan, bebas dari konflik diantara keluarga, tetangga, kampung, desa, selanjutnya ditingkat negara dan dunia, dimana hubungan harmonis antar manusia teramat penting. Kerusakan dan kekacauan yang timbul didunia ini, yang paling besar adalah dikarenakan oleh sikap manusia’Ingatlah pepatah : Rukun agawe santoso artinya : Rukun membuat kita sehat kuat.
Nilai-nilai universal budaya Jawa Vs nilai-nilai global Nilai-nilai budaya lokal khas DIY yang akan diaktualkan, seperti : - hamemayu hayuning bawono, - nyawiji (sawiji), greget, sengguh, ora mingkuh, - ojo dumeh, - suradira jayaningrat lebur dening pangastuti, - dudu kadang yen mati melu kelangan - dharmaning Satrio Mahanani Rahayuning Nagoro Nilai modernitas nasional meliputi: karakter nasional & karakter sosial, seperti : - kreativitas (perpaduan detail imajinasi dan orisinalitas); - nilai modernitas (merupakan sinergi antara profesionalisme, kejujuran dan etos kerja); - rasionalitas (racikan dari efisiensi dan ketepatan/ presisi).
1. Sawiji Apabila sedang memikul tanggung jawab atau mempunyai cita-cita, maka konsentrasi harus diarahkan ke tujuan yang satu, seperti pepatah : Pamenthanging Gandhewa, Pamanthenging Cipta. 2. Greget Dinamik dan semangat harus diarahkan ke tujuan melalui saluran yang wajar. 3. Sengguh Percaya penuh pada kemampuan diri pribadinya untuk mencapai tujuan, namun tetap harus santun dan tidak sombong. 4. Ora Mingkuh Meskipun dalam perjalanan menuju cita-cita akan menghadapi rintangan dan halangan tetap tidak akan mundur setapakpun, dan akan bertanggung jawab penuh atas apa yang dilakukan. Sumber : KRT Jatiningrat, “Budaya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat”
Apa itu Pendidikan Budi Pekerti ? Pendidikan budi pekerti adalah gerakan untuk menciptakan sekolah yang mampu membentuk etika, tanggungjawab, dan kepedulian peserta didik dengan cara pemberian contoh dan pengajaran sikap yang dapat diterima secara universal. Pendidikan budi pekerti bukanlah suatu pekerjaan yang langsung jadi. Pendidikan budi pekerti merupakan proses berkelanjutan bagi anak didik oleh seluruh komponen mulai dari keluarga, sekolah dan masyarakat.
Enam Pilar Pendidikan Budi Pekerti di Lingkungan Sekolah yang perlu didukung Keluarga dan Masyarakat Sesuai dengan prinsip pertama, perlu adanya nilai-nilai (pilar) dalam pendidikan budi pekerti yang menjadi dasar pemahaman dan pengembangan serta dasar tindakan seluruh komponen sekolah yaitu: Dapat dipercaya Bertanggung jawab Respek / Menghormati Fairness / Sportif Peduli Warga yang baik
Dimensi Dapat Dipercaya Jujur kepada siapa saja Tidak menyontek saat ulangan Tidak ingkar janji Tidak menyalahgunakan uang SPP Tidak berbohong kepada orang lain Tidak mengambil milik orang lain
Contoh 1 : Nilai kejujuran: Setiap guru di sekolah-sekolah pada saat melakukan ulangan diwajibkan melakukan pengamatan terhadap kejujuran siswa dalam menjawab soal-soal. Apabila seorang siswa melakukan tindakan tidak jujur (mencontek, ngerpek ) guru yang bersangkutan mencatat dan diserahkan ke pusat Pendidikan Budi Pekerti. Setiap orangtua pada saat memerintahkan sesuatu diwajibkan melakukan pengamatan kejujuran Masyarakat menerapkan iklim yang mendukung kejujuran
Dimensi Tanggung Jawab Tidak terlambat datang sekolah Tidak terlambat masuk kelas Menyerahkan tugas tepat waktu Tidak bolos sekolah Membayar SPP tepat waktu Membawa peralatan sekolah / buku dan alat tulis
Contoh 2 : Tanggung Jawab : Pada saat memberikan pekerjaan rumah setiap guru diwajibkan memberikan ketentuan kapan pekerjaan rumah tersbt harus diserahkan, apabila ada seorang siswa menyerahkan pekerjaan rumah tdk sesuai dgn waktu yg ditetapkan (terlambat) maka guru yg bersangkutan menbuat catatan dan catatan tersebut diserahkan ke pusat Pendidikan Budi Pekerti
Dimensi Respek / Menghormati Tidak mengucapkan kata-kata kotor Memperhatikan guru saat pelajaran Duduk sopan / tidak metingkrang Tidak mengaktifkan HP saat PBM Ijin guru saat keluar / masuk kelas Tidak membuat gaduh dikelas saat PBM Tidak melompat cendela / pagar Tidak menggedor pintu kamar mandi
Contoh 3 Menghormati : Pd saat guru mengajar didalam kelas kemudian ada seorang anak keluar ruangan tanpa ijin maka guru yg bersangkutan membuat catatan terhadap perilaku tersebut kemudian catatan itu di serahkan ke pusat PBP.
Dimensi Fairness / Sportif Taat pada aturan main Mau mengakui kelebihan orang lain Mau menerima kekalahan Mau mengakui kesalahan
Contoh 4 Fairness / Sportif : Pada saat pelajaran olah raga guru membentuk kelompok-kelompok untuk dipertandingkan Futsal, dalam pertandingan tersebut ada yg kalah dan yg menang, apabila ada kelompok yg kalah melakukan hal yg tidak baik maka guru tersebut mencatat perilaku anak dan diserahkan ke Pusat PBP.
Dimensi Peduli Peduli terhadap orang lain / teman Membantu guru / karyawan Membantu kegiatan sekolah Mengingatkan orang lain yang melakukan perbuatan tidak benar
Contoh 5 Peduli : Pada saat kegiatan gren and clean kelas tersebut mengadakan proyek yg membutuhkan dana kebetulan ada siswa yg tidak bisa membayar, tetapi ada siswa yg peduli kepada siswa tersebut untuk membayar iurannya, maka wali kelas mencatat siswa yg membayar iuran siwa tersebut maka wali kelas mencatat dan diserahkan ke Pusat PBP.
Dimensi Warga Yang Baik Memakai seragam dan atribut sekolah sesuai ketentuan Memakai helm saat mengendarai motor Memelihara kebersihan kelas dan lingkungan sekolah (membuang sampah pada tempatnya , mengambil sampah yang tidak pada tempatnya) Melaksanakan piket sekolah Tidak melakukan kegaduhan di lingkungan sekolah (berkelahi) Menjaga kelestarian lingkungan Terlibat dalam kegiatan positif seperti Pramuka, Karang Taruna, PMR, Polisi Sekolah, Pecinta Alam
Contoh 6 warga yg baik : Semua siswa wajib mentaati peraturan yg dibuat oleh sekolah salah satu diantaranya adalah siswa wajib menggunakan dasi, apabila ada siswa yg tidak menggunakan dasi maka guru / karyawan yang menemukan mencatat dan diserahkan ke Pusat PBP.
Tatakrama dan Tata Susila juga tak terlepas dari budi pekerti Tatakrama dan Tata Susila juga tak terlepas dari budi pekerti. Berlaku sopan, bertatakrama yang meliputi sikap badan, cara duduk, berbicara dll. Misalnya dengan orang tua berbahasa halus/kromo, dengan teman berbahasa ngoko. Bahasa Jawa memang unik, dengan mudah bisa menunjukkan sifat tatakrama seseorang.
5 Langkah dalam implementasi Pendidikan Budi Pekerti (Character Building) 5 E ini dapat diaplikasikan secara sinergi dan serempak pada setiap sisi tripilar pendidikan, yaitu di lingkungan masyarakat, pendidikan, dan keluarga dan dimantapkan oleh pemerintah 1.Example (memberi contoh, keteladanan) Menerapkan semua perilaku yang dibangun untuk dapat menjadi contoh, suri tauladan
2. Explanation (menjelaskan) Pemahaman nilai-nilai budi pekerti luhur 3. Exhortation (mengingatkan) Terus menerus memberi peringatan untuk melakukan perilaku positif 4. Environment (lingkungan) Menciptakan Iklim dan sistem yang mendukung penerapan budi pekerti 5. Experience (pengalaman) Sekolah sebagai lingkungan yang terstruktur harus dapat digunakan siswa/peserta didik mempelajari apa yang harus dan tidak boleh dilakukan. Sebaiknya diciptakan kondisi yang dapat mendukung siswa/peserta didik untuk mempraktekkan perhatian pada orang lain, menerima tanggungjawab dan kesempatan dalam membuat keputusan.
Hasil pendidikan budi pekerti yang paling utama adalah bagaimana masyarakat DIY menjalankan nilai-nilai yang dibangun baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun lingkungan sosialnya terutama dalam: Tingkat Kejujurannya Tingkat Tanggungjawabnya Tingkat Toleransinya Tingkat Sportifitasnya Tingkat Kepeduliannya Tingkat Ketaatannya Pada Peraturan
PRINSIP PEMBELAJARAN 1 Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar berbasis aneka sumber belajar Dari pendekatan tekstual menuju proses (penguatan penggunaan pendekatan ilmiah) Dari pembelajaran berbasis konten menuju berbasis kompetensi Dari pembelajaran parsial menuju terpadu Daripembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju jawaban yang kebenarannya multi dimensi 51
2 PRINSIP PEMBELAJARAN Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif Peningkatan dan keseimbangan antara hardskill dan softskill Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani 52
PRINSIP PEMBELAJARAN 3 Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; Pengakuan atas perbedaan individudan latar belakang budayapeserta didik
PENILAIAN HASIL DAN PROSES PEMBELAJARAN Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan authentic assesment yang menilai kesiapan siswa, proses dan hasil belajar. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya dan perolehan belajar siswa atau bahkan mampu menyidik instructional effect dan nurturant effect dari pembelajaran yang diikuti siswa. Hasil penilaian yang authenctic tersebut juga dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan program remedi, pengayaan, atau pelimpahan pelayanan konseling. Bahkan hasil yang otentik tersebut juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dengan menggunakan angket, observasi, catatan anekdot, dan refleksi.
REKOMENDASI Untuk mewujudkan visi DIY untuk menjadi Pusat Budaya dan Pendidikan Terkemuka diperlukan SDM-SDM yang berkualitas dan beretika serta lingkunga yang humanis. Melihat kondisi akhir-akhir ini bangsa dan negara Indonesia, khususnya DIY, maka didesak segera melakukan Reformasi Sistem Pendidikan Budi Pekerti Plug in Nilai-nilai Budi Pekerti dalam setiap mata pelajaran di semua tingkat pendidikan dimulai sejak dini Menjadikan tata nilai ke Yogyakartaan sebagai acuan atau sumber pembelajaran budi pekerti Sinergitas tripilar pendidikan : masyarakat, sekolah, keluarga harus dioptimalkan Nilai-nilai yang harus segera dibina dalam pribadi orang Yogyakarta adalah nilai-nilai kesejarahan dan peradaban Yogyakarta, nilai-nilai filosofis Implementasi nilai-nilai budaya Yogyakarta di lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, lingkungan keluarga, lingkungan eksekutif, lingkungan legislatif, lingkungan yudikatif, lingkungan pengusaha, lingkungan LSM, dan sebagainya.